Sebenarnya sih
aku bukan seorang guru tapi menjadi pendidik tentulah tidak harus seorang guru
bukan? Bisa siapa saja yang mampu dan mau bekerja keras untuk bisa menanamkan
nilai-nilai luhur dan ilmu pengetahuan di dalam otak orang lain yang bahkan
bukan anggota keluarganya. Tapi meski aku bukan seorang guru dan tidak memiliki
gelar Sarjana Pendidikan, aku memiliki pengalaman yang cukup unik dari menjadi
seorang pendidik. Ya..aku pernah menjadi guru untuk orang lain, mengajar dan
memberikan ilmu pengetahuan kepada orang yang membutuhkan. Pengalaman yang baru
ini kudapatkan ketika aku mengikuti kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari
universitas tempat aku menuntut ilmu. Aku menjadi pendidik selama kurang lebih
1 ½ bulan dan banyak pengalan baru yang aku dapatkan. Dari pengalaman itu, aku
mengetahui bahwa menjadi seorang pendidik harus memiliki tingkat kesabaran yang
tinggi agar orang yang di didik bisa mengerti dan akhirnya tahu tentang apa
yang diajarkan.
Pada tahun 2009, aku dan 9 temanku
yang lain berangkat dari universitasku dan ditugaskan menjadi pendidik dalam
rangka kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di salah satu desa di Banjarnegara,
Jawa Tengah. Desa yang kami dapat lumayan dekat dengan kota Banjarnegara, akan tetapi dusun-dusun
yang ada berjarak sangat jauh dan harus melewati hutan-hutan yang terbentang
luas. Di sana,
aku dan teman-temanku bertugas dalam rangka upaya pemerintah dalam
Pemberantasan Buta Aksara (PBA), dan tebak siapa yang jadi
murid-muridku??Benar, mereka yang sudah berusia lanjut dan belum pernah
mengenal abjad sama sekali. Padahal kalau dipikir, jika kita mengajar orang tua
sama halnya kita mengajar pada anak yang masih balita, ckckckckc, sungguh berat
memang. Tapi langkah demi langkah aku dan teman-temanku lalui untuk
melaksanakan tugas ini. SEMANGAT!!!
Kejutan lain yang kami dapat ketika
akan mulai melaksanakan pengajaran, bahwa kami harus pergi ke dusun yang berada
di atas bukit dan melalui jalan sempit dan hutan serta yang paling mengejutkan
lagi, aku dan teman-temanku harus melakukannya di malam hari. Appaaaaa????Shock
mendengarnya. akan tetapi, hal ini masuk akal juga, karena sebagian besar warga
yang buta aksara berdomisili di dusun tersebut yang jauh dari kota dan juga pada siang hari tentunya mereka
pergi ke ladang dan hutan untuk bekerja. Akhirnya, aku dan teman-temanku
mengendarai 5 sepeda motor, saling berboncengan menuju dusun tersebut setiap 3
kali dalam seminggu di malam hari yang dingin. Tidak peduli dalam kondisi hujan
sekalipun, aku dan teman-temanku harus tetap memenuhi kewajiban kami.
Pengajaran sudah mulai terlaksana
dengan baik. Aku mendapat murid yang perlu mendapat perhatian lebih, sehingga
aku selalu mendampinginya. Dia
seorang wanita berusia sekita 70 tahunan tapi masih memiliki semangat belajar
yang tinggi. Wanita itu tidak mengenal huruf sama sekali, tapi angka dia masih
mengenalnya, karena seorang wanita tentunya tidak jauh dari uang
bukan???hehehehe. Aku memulainya dengan mengenalkan huruf pada wanita tersebut.
Dan dengan caraku sendiri wanita itu selalu kuberi latihan untuk dilakukannya
ketika senggang di rumah dan aku selalu bilang padanya untuk meminta tolong
pada cucunya yang masih duduk di bangku sekolah dasar jika dia mengalami
kesulitan. Dan pada akhirnya, wanita itu cukup mengenal huruf dan mampu
menuliskannya kembali dengan baik. Aku sangat senang mengetahui perkembangan
pada wanita itu. Rasa bahagia itu bukanlah rasa sombong yang ingin menunjukkan
kemampuanku, akan tetapi rasa syukur yang teramat sangat melihat wanita itu
berhasil maju satu langkah dalam pengenalan huruf. Teman-temanku juga sangat
senang mengetahui hampir sebagian besar warga yang datang untuk belajar,
akhirnya sudah mengenal huruf dan mampu menulis dan membaca dengan cukup baik. Misi
aku dan teman-temanku dikatakan sukses oleh pendamping KKN. Alhamdulillah….puji
syukur kami panjatkan. Berhasil, berhasil, berhasil…Hore!!!!
Ketika aku harus mengajar di malam
hari, di siang hari aku mengisi waktu senggangku untuk mengajarkan tari modern
bagi siswa sekolah dasar terdekat. Meski jadwal latihan hanya 2 kali dalam
seminggu, tapi setiap hari aku terus berlatih sendiri, agar nantinya ketika
akan diajarkan kepada murid-muridku, aku sendiri sudah siap. Sebenarnya juga
aku bukan berasal dari jurusan seni tari, tapi aku memang hobi dalam menari
tari kreasi baru dan kadang menciptakan tari modern untuk anak-anak di saat acara
pesta tujuh belasan. Meski rasa lelah dan pegal melanda semua tubuhku, ketika
melihat murid-muridku baik yang berusia lanjut maupun kanak-kanak yang sangat ramah
dan senang dengan kehadiranku, rasa itu langsung sirna dan menjadi kobaran api
semangat untuk melakukannya dengan baik.
Tak terasa waktu aku dan
teman-temanku di sana
sudah selesai. Waktunya aku kembali ke kehidupan lamaku dengan rutinitas
keseharianku sebagai mahasiswa. Hal yang paling memberatkan hati akhirnya
terjadi, ketika berpamitan kepada murid-muridku mereka memelukku dengan erat
dan mengucapkan banyak terima kasih dengan berurai air mata. Mereka berharap
suatu saat nanti aku dan teman-temanku sudi berkunjung lagi ke sana. Aku tidak dapat membendung air mata,
ketika kulihat anak-anak murid tariku melambaikan tangan padaku dan berteriak
namaku berkali-kali sambil menangis. Sungguh kejadian yang menmilukan hati
terutama hatiku yang dalam kehidupan sehari-hari selalu penuh dengan
ketidakpedulian dan tidak ada rasa sama sekali. Akan tetapi, kejadian itu,
membuat hatiku sangat banyak rasa yang bercampur aduk. I Want To Cry...Cry Cry
Can You See The Music…
Janji aku untuk kembali ke sana sampai sekarang belum bisa terwujud.
Kesibukanku dan kegiatanku yang menghalangi untuk kembali ke sana. Tapi tidak
apalah, yang penting aku masih mengingat kalian semua dan aku harap kalian juga
masih mengingatku dan teman-temanku. Meski jauh di mata tapi dekat di hati.
Aku harap begitu. Bagiku itu pengalaman mendidik yang pertama dan mungkin
terakhir kalinya dalam hidupku, karena mungkin bidang pekerjaanku nanti bukan
menjadi pendidik. Tapi aku masih berharap bisa menjadi pendidik di waktu
luangku sebagai part time meski di lembaga-lembaga pendidikan. Bagiku menjadi
pendidik memberikan banyak manfaat bagi orang lain dan bagi diri kita sendiri.