Di SMU.
Lomba adu analisis sudah hampir selesai, tinggal menunggu penilaian dari juri. Karen yang kini duduk diantara Elia dan para pendukungnya sedang asyik bercengkrama. “Loe pasti menang…gue yakin..”kata anak laiki-laki pendukung Karen. “Terima kasih…”kata Karen sambil menundukkan badannya. Karen tersenyum senang melihat semua temannya mendukung dirinya untuk menang. “Jawaban loe paling realistis dan masuk di akal, daripada saingan loe itu…”kata Elia sambil merangkul pundak Karen. “Yaaaa…itu yang hanya ada di otak gue…hehehe”jawab Karen sambil nyengir. “Ya, sekarang hasil penjurian sudah ada di tangan saya dan sebelum saya mengumumkan pemenangnya, dimohon untuk kedua peserta kembali ke podium masing-masing”kata pembawa acara. Karen berdiri di podiumnya. “Dan pemenangnya adalah….Karen….”teriak pembawa acara. Karen dan semua pendukungnya bersorak riang. Karen menerima hadiah dari kepala kepolisian pusat. Karen tersenyum sangat senang. “Hebat loe….”teriak Elia smbil memeluk Karen.
Di Apartment.
Katrin akan menutup pintu, ketika seseorang mengagetkannya. “Angkat tangan!!!”teriak orang itu. Katrin pun langsung angkat tangan tanpa menoleh sedikitpun. Orang itu mulai terkekeh kekeh dengan kelakuan Katrin. Katrin langsung berbalik dan kaget bercampur marah. “Huh…awas ya…”teriak Katrin sambil terus memukuli laki-laki seumuran dengan Katrin. “Ampun…ampun….bos…”kata laki-laki itu sambil berusah menghindar dari timpukan kemoceng yang dibawa Katrin. Katrin menghentikan timpukannya dan memandang laki-laki itu. “Ada apa loe ke sini, Tom??”tanya Katrin dengan agak ketus. Laki-laki yang bernama Tom hanya tersenyum lalu memeluk Katrin. “Gue kangen….bos…”kata Tom berbisik di telingan Katrin. Katrin hanya tersipu malu.
Di SMU.
“Hah…loe dijadikan detektif SMU oleh kepolisian pusat??”teriak Elia tidak percaya. “Sssttttt…jangan keras-keras…”pinta Karen sambil menutup mulut sahabatnya itu. “Yang bener..???”tanya Elia lagi. Karen hanya mengangguk dan tersenyum. “Akhirnya, cita-cita loe kesampaian juga untuk jadi seorang detektif…”kata Elia bangga. “Iya…akhirnya cita-cita gue untuk bisa menjadi seperti mama dulu, tercapai juga…”kata Karen senang. “Tapi gimana dengan kakak loe…dia kan benci banget dengan polisi…”tanya Elia serius. “Untuk sementara, gue akan menyembunyikan hal ini dari kakak dulu…nanti kalau waktunya tepat, kakak akan gue kasih tahu…”kata Karen. Elia mengangguk. “Tapi…lebih cepat lebih baik…”kata Elia sambil mengangguk. Karen memandang sahabatnya. “Ah…loe sok bijak loe…huuuu”ledek Karen sambil tertawa. Elia pun ikut tertawa.
Di apartment
Katrin menyerahkan secangkir kopi kepada Tom. “Loe masih merahasiakan hal ini?”tanya Tom. “Apa..?”tanya Katrin sambil meletakkan sepiring kue kering di hadapan Tom. “Kalo loe adalah ketua gangster terbesar di kota ini…”kata Tom pelan. “Dia tidak perlu tahu…”kata Katrin sambil meminum kopinya. Tom menghela nafas. “Tapi..lama-lama, dia akan tahu juga…lebih menyakitkan jika tahu kebenaran dari orang lain…bukan dari orang yang bersangkutan…”kata Tom sambil memandang wajah Katrin. Katrin mulai menitikkan air mata. Tom menggenggam tangan Katrin. “Gue tidak bisa…gue tidak sanggup…gue tidak ingin dia tahu kalau kakaknya adalah seorang gangster…gue tidak ingin dia benci ma gue…”kata Katrin dalam tangis. Tom menggenggam erat tangan Katrin, seolah memahami yang dirasakan Katrin saat ini.
tO bE Continued....