Siang hari yang sangat panas dan berdebu. Jalan-jalan di penuhi kendaraan
yang lalu lalang menambah polusi udara. Orang-orang terlihat sangat kepanasan
dan kegerahan, tak terkecuali seorang gadis berusia 18 tahun yang sedang duduk
di bawah pohon palem di pinggir jalan. Sesekali gadis itu mengusap keringat di
keningnya. “Lisa!!!!”teriak seseorang. Gadis itu langsung menengok kearah
sumber suara. Tampak suara itu
berasal dari seseorang yang duduk di atas motornya. Gadis yang bernama Lisa itu
tersenyum dan menghampiri orang yang memanggilnya. “Kenapa kakak lama
sekali???Aku hampir mati kepanasan dan dehidrasi....”omel Lisa sambil memakai
helm birunya. “Maaf...kakak tadi ada acara di tempat kerja....”jelas Lusi,
kakak Lisa. Lisa langsung naik dan membonceng kakaknya. Dan Lusi pun langsung
menjalankan motornya menuju rumah mereka.
Pagi hari yang sangat cerah di hari Minggu. Rumah yang sangat sederhana
itu masih terlihat sepi. Lisa sang penghuni rumah masih tertidur lelap di
kamarnya. “Kkkkrrrrriiiiiiiinnngggg!!!!!”weker Lisa berbunyi nyaring, hampir
membuatnya terjatuh dari lantai. “Aahhhh….padahal sedasng mimpi indah…kenapa
harus sudah pagi sih???”teriak Lisa sambil mematikan wekernya yang menunjukkan
pukul 9 pagi. “Ahh…segarnya pagi ini….”ucap Lisa ketika baru membuka jendela
kamarnya. “Hari ini, kakak mau makan apa ya???”pikir Lisa sambil melihat isi
kulkas. “Ya ampun, aku lupa belum belanja…kenapa kakak tidak
mengingatkanku….”cemberut Lisa sambil bersiap menuju pasar dekat rumahnya. “Kau mau kemana???”tanya Bobby,
teman Lusi dan tetangga mereka. “Pasar...kakak lupa belum belanja...”jawab Lisa
sambil mengunci pintu rumah. “Tidak usah pergi...ni aku sudah bawa barang
belanjaannya...”kata Bobby sambil memberikan 3 buah plastik berisi belanjaan
yang penuh. “Wah...banyak sekali...maaf jadi merepotkan...tapi lain kali biar
aku sendiri saja yang kesana...”kata Lisa sambil membawa masuk belanjaan dari
Bobby. “Tidak usah...kalau kamu butuh apa-apa dari luar biar aku saja yang
belikan untukmu...”kata Bobby. Lisa berhenti lalu menengok ke arah Bobby.
“Siapa sebenarnya dirimu???Ayahku???Kekasihku???”tanya Lisa sambil mendekatkan
muka pada Bobby. Bobby hanya diam dan membuang pandangan dari mata Lisa.
“Oh...aku tau..jangan-jangan kau suka pada kakak ya???Jadi kau mendekati
adiknya terlebih dahulu untuk mendapat persetujuanku...benarkan??”tanya Lisa
lagi sambil terus menatap Bobby. Bobby hanya menggeleng cepat. “yah
sudahlah....dengan begini kan aku tidak perlu repot lagi pergi ke pasar...lagi
pula aku belum mandi..hehehe...”kata Lisa sambil tertawa cengengesan dan mulai
menyiapkan masakan. “Jangan-jangan kau pengawalku ya???”tanya Lisa sambil terus
mengeluarkan sayuran dan menatanya di dalam kulkas. Bobby mengangguk tapi Lisa
tidak melihatnya. “Hahahaha...memang siapa diriku hingga butuh dikawal....kacau
kacau...”cerocos Lisa membuat Bobby semakin pusing harus mendengarkan suara
cempreng Lisa. “Aku pulang dulu...”pamit Bobby sambil menuju pintu keluar.
“Tunggu...jangan-jangan kau suka padaku???Sampai-sampai membelikan ini
segala??”tanya Lisa sambil menunjukkan pembalut wanita. Bobby yang melihat
benda itu langsung tersipu malu dan menggelengkan kepala cepat lalu langsung
kabur. Lisa hanya menggelengkan kepalanya. “yang pasti, Bobby itu tetangga yang
baik....selesai...”kata Lisa sambil menutup pintu kulkas.
Malam yang sangat
dingin, Lusi melangkah pelan menuju kamar Lisa. Dilihatnya adik yang
sangat dicintainya sedang tertidur pulas di bawah selimut pandanya. Terbesit dalam ingatannya tentang
percakapannya dengan Lisa pada saat makan malam. “Kakak...sebenarnya pekerjaan
kakak apa????Aku harus tahu untuk mengisi biodata di kampus...”tanya Lisa.
“Tulis saja wiraswasta...”jawab Lusi sambil makan masakan Lisa. “Spesifik lagi
dong....wiraswastanya seperti apa, bagaimana, di mana, begitu...”tanya Lisa
cepat. “Wah..kau berbakat untuk jadi wartawan, selalu saja banyak
tanya...hahahaha...”jawab Lusi sambil tertawa. “Apa benar aku berbakat jadi
wartawan???”tanya Lisa semangat. “Iya..tentu saja...”jawab Lusi bangga. “Jika
nanti aku bisa jadi wartawan yang terkenal, apa kakak akan bangga
padaku??”tanya Lisa. “Tentu saja, adikku yang super bawel ini akan menjadi
kebanggaan terbesar bagi ku sepanjang hidup kakak...”jawab Lusi sambil mengusap
rambut Lisa. Lisa tersenyum lalu memeluk kakaknya. “Aku sayang kakak, aku mau
hidup bersama kakak selamanya...”kata Lisa. “Kakak juga sayang padamu...”jawab
Lusi sambil terus mengusap rambut Lisa.
Lusi menarik nafas
panjang lalu menutup pintu kamar Lisa pelan-pelan. Lusi lalu menelpon
seseorang. “Bobby...aku mau keluar dulu...kau jaga Lisa...aku harus menyusup lagi
ke dalam organisasi Red Eye, sepertinya mereka mulai menguntitku...”kata Lusi
sambil memeriksa seluruh ruangan di rumahnya. Lusi bersiap mengendarai
motornya, dilihatnya jendela kamar Lisa. “Hati-hati di rumah...”batin Lusi dan
perlahan motor Lusi meninggalkan rumah dan melaju cepat di jalanan yang basah
oleh air hujan. Lisa membuka matanya pelan dan memandang foto dirinya dan Lusi
yang terpasang di dinding kamar Lisa. “Kakak...hati-hati...”batin Lisa.
Di dalam gedung tua di
pelabuhan kota, tampak hingar bingar kegaduhan diiringi suara musik yang
mengalun keras dan banyak orang yang tampak menikmati musik sambil menyantap
minuman keras dan tentu saja narkoba. Lusi memarkirkan motornya dan tampak
berbicara dengan seseorang di pintu masuk. “Dari mana saja kamu???Bos sudah
menunggumu....”tanya penjaga pintu. “Ada perlu...di mana bos???”tanya Lusi
sambil melepaskan jaket kulitnya. “Di dalam...”kata penjaga sambil membukakan
pintu gerbang perlahan. Lusi memasuki gedung tua itu sambil sesekali berjoget
mengikuti irama musik yang dimainkan oleh DJ. Lusi mencari keberadaan seseorang
dan setelah matanya melihat sosok wanita 25 tahunan yang seumuran dengan Lusi,
diapun langsung menuju wanita itu. “Malam bos...ada apa bos memanggil
saya???”tanya Lusi sambil duduk di depan wanita itu. “Lusi...Lusi...kau sungguh
menarik...aku suka dirimu....”puji wanita itu sambil memberikan segelas wine
kepada Lusi. “Terima kasih bos...”kata Lusi sambil meminum wine tersebut.
“Jangan panggil aku bos...kita kan seumuran dan aku juga temanmu bukan???jadi
panggil saja dengan nama Rachel....namaku Rachel...dan di sana adikku,
Bian...”kata Rachel sambil menunjuk gadis seumuran Lisa yang sedang berjoget
ria dengan bawahan-bawahan Rachel. “Baik...Bos...eh...maaf...Rachel...apa
tugasku kali ini???” tanya Lusi.
“Kau...sungguh cepat tanggap ya...”kata Rachel sambil menunjukkan sebuah foto.
“Kau harus menangkap orang ini...dia harus membayar hutangnya padaku...”kata
Rachel sambil menyerahkan fotonya pada Lusi. “Baik....aku akan menangkapnya
malam ini juga...”kata Lusi lalu pergi meninggalkan gedung tua itu. Rachel
tersenyum lalu dia berbisik pada bawahannya. “Ikuti dia, dan awasi terus
rumahnya serta adiknya...aku ingin menunggu dia membongkar identitasnya
dulu....”kata Rachel sambil meremas foto Lisa. Lusi berhenti untuk
mengangkat telepon selularnya. “Ya..aku tahu itu...tapi aku harus menunggu dia
pada saat penerimaan narkoba skala besar, jika hanya jumlah kecil maka dia akan
didakwa dengan hukuman ringan...aku harus menangkapnya ketika dia menjadi ikan
kakap....”kata Lusi sambil memandang foto Lisa di dalam kalungnya.
Lisa sedang berlatih
menari di ruangan tari kampusnya. “Lisa!!!!”teriak seseorang dari belakang.
“Hai....Bian!!!”teriak Lisa lalu menghampiri teman baiknya itu. “Kamu
sudah makan???”tanya Bian. Lisa menggeleng. “Ayo kita makan bersama....”ajak
Bian. “Okey…tapi aku akan ganti baju dulu….kamu jaga tasku ya…”kata Lisa sambil
berlari meuju ruang ganti. Bian mengangguk. Bian melihat seseorang…bukan ada 3
orang yang dia kenal sebagai bawahan kakaknya sedang mengawasi Lisa. Bian menghampiri
salah satunya yang sedang asyik mengawasi Lisa. “Hai…kenapa kau di sini!!!”kata
Bian cepat dan tegas. Pria itu langsung kaget dan menghormat pada Bian. “Apa
kamu di suruh oleh kakak untuk mengawasiku???”tanya Bian cepat. Pria itu langsung mengangguk. “Tapi,
kenapa kau mengawasi Lisa???Apa kamu khawatir pada Lisa??Tenang saja dia teman
baikku kok...dia sangat baik...”kata Bian sambil menyuruh pria itu pulang.
“Bian!!!Sedang apa di situ???”tanya Lisa yang sudah berganti pakaian. “Tadi aku
dengar ada kegaduhan di luar, maka kupikir aku harus melihatnya...”jawab Bian
sanbil menutup jendela dan pria itu langsung terjatuh ke semak belukar karena tidak
ada pegangan. “Ternyata ada apa di luar???”tanya Lisa menghampiri Bian. “Ada
pertandingan sepakbola antar kampus...tuh lihat...”kata Bian sambil menunjuk ke
arah lapangan. “Iya...ramai sekali...”kata Lisa pelan. “Ya sudah, ayo
kita makan...”tarik Bian menuju ke kantin kampus. “Iya..iya….”kata Lisa.
Seperti biasa Bian sedang mengikuti irama musik yang mengalun keras di
dalam gedung tua, tapi malam ini dia kelihatan tidak bersemangat. “Ada apa Bian???Tidak
seperti biasanya kamu malam ini???”tanya seseorang di samping Bian. Bian hanya
diam saja dan melihat ke arah kakaknya, Rachel yang sedang sibuk berbincang
dengan para koleganya. Bian!!!”teriak orang itu lagi. Bian yang kaget langsung
memandang orang itu. “Ada
apa??”tanya Bian bingung. Orang itu hanya menggeleng dan meninggalkan Bian. “Sebenarnya…apa yang direncanakan
kakak??Kenapa ada foto Lisa di dalam kamar kakak??” bisik Bian sambil terus
memandangi Rachel. Rachel yang sedang astik berbincangpun merasa ada yang
memperhatikan dirinya, diputarlah pandangannya tapi tidak menemukan sepasang
mata yang memandanginya. Rachel lalu melihat adiknya, Bian yang sedang duduk di
kursi panjang sambil memainkan pistolnya. Rachel mendekati Bian dan
merampas pistolnya. Bian kaget lalu memandang kakaknya. “Kenapa???”tanya Bian
cepat. “Kau tidak boleh menggunakan ini…”kata Rachel lalu pergi meninggalkan
Bian. “Kenapa kakak??!!!Kakak juga selalu menggunakannya bukan???Bukankah
nantinya aku juga akan menjadi sepertimu??”teriak Bian menahan tangis. Rachel
terdiam sejenak lalu berjalan lagi meninggalkan gedung tua. “Kau tidak boleh
menjadi sepertiku…kau harus menjadi orang yang lebih baik lagi..”batin Rachel
dalam perjalanan menuju rumahnya. Sementara itu Bian menangis di belakang
gedung tua yang masih hiruk pikuk musik dan teriakan para orang yang sedang
menari dan mabuk.
Hujan kembali turun
dengan derasnya, setelah semalamam mengguyur kota sampai basah kuyup. Lisa dan
Lusi tampak sedang sarapan. “Huh...kenapa
pada saat libur harus hujan begini???”kecewa Lisa sambil memandang keluar
jendela. “Kenapa??Apa kau ada acara??”tanya Lusi. “Enggak kak...aku hanya ingin
berkebun dengan kakak...heehehe..”kata Lisa sambil tersenyum. Lusi hanya
tersenyum lalu memakan sarapannya lagi. “Kakak...nanti malam ada pekerjaan
lagi??” tanya Lisa. Lusi hanya mengangguk. “Hah..kenapa kakak selalu masuk
kerja pada malam hari??”omel Lisa. “Wah...kau mulai seperti nenek nenek,
bawel..”kata Lusi sambil mencubit pipi Lisa. Lisa hanya cemberut. “Nanti kalau sudah selesai, aku akan
segera pulang...”kata Lusi ambil tersenyum. “Janji???”tanya Lisa sambil
menunjukkan kelingkingnya. “Janji...”jawab Lusi sambil mengaitkan kelingkingnya
di kelingking Lisa. Lisa dan Lusi pun tersenyum bahagia.
Rachel duduk di depan televisi menemani Bian yang sedang asyik melihat
acara musik. “Apa yang akan kamu lakukan malam ini Lusi….sang agen rahasia
kepolisian pusat…pada saat kau melihatku bertransaksi narkoba dalan skala
besar…”batin Rachel. Bian yang melihat wajah kakaknya yang berubah sangat
serius langsung bergidik. Rachel menyadari kalau dia tengah diamati Bian lalu
memandang Bian. “Kenapa??”tanya Rachel
cepat. “Jika kakak seperti itu, kakak terlihat sangat
menakutkan..sungguh..”kata Bian sambil kembali melihat televisi. “Dasar kau anak
kecil, sudah liat saja acara favoritmu itu, kakak mau tidur..”kata Rachel
sambil menuju kamarnya. Di dalam kamar, Rachel langsung mengambil sebuah foto
yang terdiri dari 3 orang anak kecil berusia 7 tahunan yang tampak sangat
bahagia. “Aku menakutkan???Ya..sekarang aku bukanlah manusia..aku sudah menjadi
monster yang sangat menakutkan…ini semua gara-gara kamu…gara-gara kamu…”batin
Rachel sambil menitikkan air mata,
Kantor kepolisian pusat, tampak sangat sibuk di dalam sebuah kantor.
“Kita mendapat info dari salah seorang agen kita, bahwa nanti malam ada
transaksi besar-besaran yang dilakukan oleh Red Eye, kita harus mengatur
strategi untuk dapat menagkapnya. “kata kepala kepolisian pusat. “Tapi…bukankah
kita diminta untuk tidak melakukan apa-apa, biar agen Lusi saja yang
menangkapnya??”tanya seorang polisi cepat. “Kita juga akan mengambil tindakan,
kalian kesana memang untuk memantau saja tapi jika terjadi sesuatu di luar
kehendak kita, kita harus tetap menangkapnya..mengerti!!!”teriak kepala polisi
tegas. “mengerti!!!!”teriak polisi lainnya. Semua polisi mulai keluar dari
ruangan berukuran 5X6 meter tersebut. Tapi salah seorang polisi malah memasuki
ruangan. “Ada
apa Bobby??”tanya kepala polisi tersebut. “Maaf pak…tapi bukankan yang diminita
oleh Lusi adalah dia ingin menagkapnya sendiri??Bukan dengan satu peleton
pasukan seperti ini??”kata Bobby. “Kau tidak pernah mengerti..betapa
berbahayanya kelompok Red Eye itu…seharusnya Lusi sanga tbertindak
sendirian…dia sudah selamat sampai detik ini pun masih dianggap
keajaiban..”kata kepala polisi sambil memandang Bobby. “Tapi pak…”kata Bobby
langsung terputus oleh suara telepon yang berbunyi nyaring. Bobby terdiam dan
kemudian keluar dari ruamgan tersebut dengan wajah gusar.
Malam hari yang sejuk dan sepi, Lusi menuju ke gedung tua di mana
dijadwalkan kedatangan narkoba skala besar oleh Rachel. Rachel pun memandangi
Lusi dengan senyum senang. “Kau akhirnya datang juga Lusi….karena kau sudah
menjadi bawahanku yang paling setia, maka kamu kupercaya untuk melakukan
transaksi ini…”kata Rachel sambil membuka pintu mobil trailer besar yang berisi
banyak boneka besar. “Cobalah..kau pasti akan menyukainya..”kata Rachel.
Lusipun mendekati trailer itu, dan mengambil salah satu boneka beruang berwarna
coklat muda. Rachel hanya tersenyum melihat Lusi ayng mulai membuka boneka dan
menemukan narkoba di dalamnya. “Bagaimana???”tanya Rachel. Lusi hanya menatap
Rachel. “Apa kau akan menangkapku??Agen Lusi??”tanya Rachel cepat dan
menodongkan pistolnya ke kepala Lusi. Lusi yang kaget karena statusnya
terbongkar hanya bisa diam dan menatap Lusi. Lisa yang melihat kakaknya dalam
bahaya langsung keluar dari persembunyiannya dan berdiri di depan Lusi. “Jangan kau sakiti kakakku…”teriak
Lisa. “Lisa!!!”teriak Lusi kaget. “Owh...adik yang manis dan baik hati…akhirnya
keluar juga dari persembuyianmu itu…ckckckckck…”kata Rachel sambil tertawa
pelan. “Bagaimana kau tahu??”teriak Lisa. “Aku..tahu segalanya..aku tahu
identitas kakakmu, tahu siapa dirimu..tapi sungguh sangat disesalkan..kau anak
yang baik Lisa, sungguh berbeda dengan kakakmu…sanga tberbeda…”kata Rachel
mulai serius sambil memandang Lusi. “Maafkan aku..maafkan aku Vany..aku
benar-benar menyesal…”kata Lusi sambil menitikkan air mata. “Kau tahu aku ini
Vany??”tanya Rachel kaget. “Ya..aku tahu kau adalah Vany sejak pertama kita
bertemu...meski kau sudah mengoperasi wajahmu, tapi aku tetap mengenalmu
sebagai Vany..Vany sahabatku…”kata Lusi sambil menangis. Rachel hanya tertawa
tipis. “Lalu..jika kau tahu aku sahabatmu..kenapa kau masih mau
menangkapku??Sahabat macam apa kau ini!!!”teriak Rachel sambil menembakkan
pistol kearah Lisa. “Aaarrggghhhh!!!!”teriak Lisa panic. Lusi langsung
menggeser posisi Lisa dan menjadikan dirinya tameng untuk Lisa dan peluru pun
sukses masuk ke dalam tubuh Lusi. “Tidaakkkkk!!!”teriak Lisa sambil memeluk
Lusi yang jatuh tersungkur ke tanah. “Aku tetap sebagai sahabatmu Vany…aku akan
menyelamatkanmu dari keterpurukanmu sekarang ini….aku…aku..tetap
menyayangimu..”kata Lusi lalu menutup mata dan nafaspun langsung berhenti.
“Kakakkkkk!!!!”teriak Lisa. Bian yang melihat pemandangan itu dari kejauhan
hanya bisa berdiri terpaku, dan tiba-tiba sebuah peluru ditembakkan ke tubuh
Rachel oleh seseorang di dalam kegelapan. Semua bawahan Rachel langsung
bergerak mendekati sumber tembakan dan dari kegelapan munculah sekelompok
polisi bersenjata lengkap. “Kakak!!!”teriak Bian yang mulai bersiap menghampiri
tubuh kakaknya. “Maaf…anda harus pergi dari sini…”kata seseorang dan membius
Bian hingga pingsan dan menggendongnya masuk ke dalam mobil serta membawanya
pergi dari tempat tersebut. Rachel yang melihat tubuh Lusi yang sudah tidak
bernyawa dan mengenggam tangan dingin Lusi. “Kau yang membuatku jadi seperti
ini…kau merubahku menjadi sangat jahat…seperti tokoh yang selalu kita mainkan
pada waktu kecil…”batin Rachel sambil meremas tangan Lusi. Rachel melihat Bian
berteriak dan dibawa lari seseorang secara samar-samar. “Bian…dia mirip
denganku atau denganmu??Bian adik kita…saudara kembar Lisa...sepertinya dia
tidak akan mirip denganku..”kata Rachel lalu menghembuskan nafas terakhir.
“Kuharap kita bertiga berkumpul lagi di sana…aku,
kamu dan Angel..”kata terakhir Rachel sebelum akhirnya meninggal dunia. Lisa
yang sedang menangis pun langsung dihampiri seseorang dan membawanya pergi dari
pertempuran antar polisi dan anggota kelompok Red Eye. Tubuh Lusi dan Rachel
masih tergeletak di bawah lantai ketika pertempuran terjadi dan kemenanganpun
di dapatkan oleh kepolisian. Beberapa anggota Red Eye ayng tertangkap masih
hidup memilih untuk bunuh diri sehingga tidak ada satu saksi hidup dari
kelompok Red Eye yang bisa dimintai keterangan. Polisi pun hanya bisa membawa
barang bukti dan jenasah Rachel, Lusi dan pengikut Red Eye untuk dimakamkan.
Lisa menghadiri pemakaman Lusi dan Rachel dengan membawa 2 ikat bunga.
Wajahnya masih diliputi kesedihan dan masih terlintas dalam ingatannya tentang
pembicaraannya tadi malam dengan Bobby. “Kau harus membawa 2 bunga..”kata Bobby
sambil menghampiri Lisa yang tengah duduk di meja makan. Lisa hanya menatap
Bobby tajam. “Satu untuk kakakmu, satu untuk kakakmu yang satunya…”kata Bobby
pelan. “Siapa??”tanya Lisa bingung. “Rachel adalah kakakmu juga..dia adalah
saudara kembar Lusi dan sebenarnya masih ada satu lagi, yaitu Angel tapi dia
sudah meninggal dalam kasus yang sangat rumit yang menyebabkan Lusi dan Rachel
terpisah dan seperti kemarin…”kata Bobby. “Aku Tidak mengerti…”kata Lisa
bingung. “Rachel atau nama aslinya Vany, Lusi dan Angel adalah 3 saudara
kembar, mereka hidup bahagia dengan kedua orang tuamu..dan mereka tambah
bahagia lagi ketika mereka mendapatkan sepasang adik kembar, yakni kamu dan
saudara kembarmu…tapi nasib berkata lain..hubungan suami istri itupun berubah
menjadi saling benci karena kehadiran orang ketiga..merekapun berpisah…Angel,
Lusi dan kamu ikut bersama ayahmu yang seorang polisi..sementara Vany dan
saudara kembarmu ikut bersama ibumu..tapi nasib malang menimpa mereka, ternyata ayah tiri
mereka adalah penjudi dan pengedar narkoba kelas kakap dan kesalah pahaman
terjadi di sini. Ayahmu tidak sengaja menembak mati ayah tiri Vany yang membuat
marah ibumu, ibumu langsung menemui ayahmu dan akan membalas dendam dengan
menembak ayahmu tapi yang terkena tembakan justru Angel, dan tak disangka Lusi
memukul ibumu sebagai perlawanan terhadap ibumu hingga tewas seketika. Vany
melihat Lusi memukul ibumu dan diapun marah besar pada Lusi..dan sejak saat
itu, Vany dan saudara kembarmu tidak pernah lagi muncul di depan Lusi dan
kamu…”jelas Bobby. Lisa hanya menatap foto kakak-kakaknya yang diberikan oleh
Bobby. “Kakak!!!”teriak Lisa dalam tangisan yang dalam. Kembali ke areal pemakaman Lusi dan Rachel.
Lisa menatap foto Lusi dan Rachel secara bergantian. Kemudian dia pergi
meninggalkan areal pemakaman sambil mengenggam foto Bian yang didapatkannya
dari penyidik. “Kakak...aku akan menemukan saudara kembarku...aku berjanji aku
akan membawa pulang dia...”kata Lisa. Angin berhembus sangat kencang
menerbangkan beberapa bunga dan daun yang berserekan.
####TAMAT####
Tidak ada komentar:
Posting Komentar