Annyeong Haseyo.....Welcome To My World......

LOVELY....WITH YOUR HEART AND YOUR LOVE....

Minggu, 23 September 2012

FAMILY CASE






Siang hari yang sangat panas dan berdebu. Jalan-jalan di penuhi kendaraan yang lalu lalang menambah polusi udara. Orang-orang terlihat sangat kepanasan dan kegerahan, tak terkecuali seorang gadis berusia 18 tahun yang sedang duduk di bawah pohon palem di pinggir jalan. Sesekali gadis itu mengusap keringat di keningnya. “Lisa!!!!”teriak seseorang. Gadis itu langsung menengok kearah sumber suara. Tampak suara itu berasal dari seseorang yang duduk di atas motornya. Gadis yang bernama Lisa itu tersenyum dan menghampiri orang yang memanggilnya. “Kenapa kakak lama sekali???Aku hampir mati kepanasan dan dehidrasi....”omel Lisa sambil memakai helm birunya. “Maaf...kakak tadi ada acara di tempat kerja....”jelas Lusi, kakak Lisa. Lisa langsung naik dan membonceng kakaknya. Dan Lusi pun langsung menjalankan motornya menuju rumah mereka.  
Pagi hari yang sangat cerah di hari Minggu. Rumah yang sangat sederhana itu masih terlihat sepi. Lisa sang penghuni rumah masih tertidur lelap di kamarnya. “Kkkkrrrrriiiiiiiinnngggg!!!!!”weker Lisa berbunyi nyaring, hampir membuatnya terjatuh dari lantai. “Aahhhh….padahal sedasng mimpi indah…kenapa harus sudah pagi sih???”teriak Lisa sambil mematikan wekernya yang menunjukkan pukul 9 pagi. “Ahh…segarnya pagi ini….”ucap Lisa ketika baru membuka jendela kamarnya. “Hari ini, kakak mau makan apa ya???”pikir Lisa sambil melihat isi kulkas. “Ya ampun, aku lupa belum belanja…kenapa kakak tidak mengingatkanku….”cemberut Lisa sambil bersiap menuju pasar dekat rumahnya. “Kau mau kemana???”tanya Bobby, teman Lusi dan tetangga mereka. “Pasar...kakak lupa belum belanja...”jawab Lisa sambil mengunci pintu rumah. “Tidak usah pergi...ni aku sudah bawa barang belanjaannya...”kata Bobby sambil memberikan 3 buah plastik berisi belanjaan yang penuh. “Wah...banyak sekali...maaf jadi merepotkan...tapi lain kali biar aku sendiri saja yang kesana...”kata Lisa sambil membawa masuk belanjaan dari Bobby. “Tidak usah...kalau kamu butuh apa-apa dari luar biar aku saja yang belikan untukmu...”kata Bobby. Lisa berhenti lalu menengok ke arah Bobby. “Siapa sebenarnya dirimu???Ayahku???Kekasihku???”tanya Lisa sambil mendekatkan muka pada Bobby. Bobby hanya diam dan membuang pandangan dari mata Lisa. “Oh...aku tau..jangan-jangan kau suka pada kakak ya???Jadi kau mendekati adiknya terlebih dahulu untuk mendapat persetujuanku...benarkan??”tanya Lisa lagi sambil terus menatap Bobby. Bobby hanya menggeleng cepat. “yah sudahlah....dengan begini kan aku tidak perlu repot lagi pergi ke pasar...lagi pula aku belum mandi..hehehe...”kata Lisa sambil tertawa cengengesan dan mulai menyiapkan masakan. “Jangan-jangan kau pengawalku ya???”tanya Lisa sambil terus mengeluarkan sayuran dan menatanya di dalam kulkas. Bobby mengangguk tapi Lisa tidak melihatnya. “Hahahaha...memang siapa diriku hingga butuh dikawal....kacau kacau...”cerocos Lisa membuat Bobby semakin pusing harus mendengarkan suara cempreng Lisa. “Aku pulang dulu...”pamit Bobby sambil menuju pintu keluar. “Tunggu...jangan-jangan kau suka padaku???Sampai-sampai membelikan ini segala??”tanya Lisa sambil menunjukkan pembalut wanita. Bobby yang melihat benda itu langsung tersipu malu dan menggelengkan kepala cepat lalu langsung kabur. Lisa hanya menggelengkan kepalanya. “yang pasti, Bobby itu tetangga yang baik....selesai...”kata Lisa sambil menutup pintu kulkas.
Malam yang sangat dingin, Lusi melangkah pelan menuju kamar Lisa. Dilihatnya adik yang sangat dicintainya sedang tertidur pulas di bawah selimut pandanya. Terbesit dalam ingatannya tentang percakapannya dengan Lisa pada saat makan malam. “Kakak...sebenarnya pekerjaan kakak apa????Aku harus tahu untuk mengisi biodata di kampus...”tanya Lisa. “Tulis saja wiraswasta...”jawab Lusi sambil makan masakan Lisa. “Spesifik lagi dong....wiraswastanya seperti apa, bagaimana, di mana, begitu...”tanya Lisa cepat. “Wah..kau berbakat untuk jadi wartawan, selalu saja banyak tanya...hahahaha...”jawab Lusi sambil tertawa. “Apa benar aku berbakat jadi wartawan???”tanya Lisa semangat. “Iya..tentu saja...”jawab Lusi bangga. “Jika nanti aku bisa jadi wartawan yang terkenal, apa kakak akan bangga padaku??”tanya Lisa. “Tentu saja, adikku yang super bawel ini akan menjadi kebanggaan terbesar bagi ku sepanjang hidup kakak...”jawab Lusi sambil mengusap rambut Lisa. Lisa tersenyum lalu memeluk kakaknya. “Aku sayang kakak, aku mau hidup bersama kakak selamanya...”kata Lisa. “Kakak juga sayang padamu...”jawab Lusi sambil terus mengusap rambut Lisa.
Lusi menarik nafas panjang lalu menutup pintu kamar Lisa pelan-pelan. Lusi lalu menelpon seseorang. “Bobby...aku mau keluar dulu...kau jaga Lisa...aku harus menyusup lagi ke dalam organisasi Red Eye, sepertinya mereka mulai menguntitku...”kata Lusi sambil memeriksa seluruh ruangan di rumahnya. Lusi bersiap mengendarai motornya, dilihatnya jendela kamar Lisa. “Hati-hati di rumah...”batin Lusi dan perlahan motor Lusi meninggalkan rumah dan melaju cepat di jalanan yang basah oleh air hujan. Lisa membuka matanya pelan dan memandang foto dirinya dan Lusi yang terpasang di dinding kamar Lisa. “Kakak...hati-hati...”batin Lisa.
Di dalam gedung tua di pelabuhan kota, tampak hingar bingar kegaduhan diiringi suara musik yang mengalun keras dan banyak orang yang tampak menikmati musik sambil menyantap minuman keras dan tentu saja narkoba. Lusi memarkirkan motornya dan tampak berbicara dengan seseorang di pintu masuk. “Dari mana saja kamu???Bos sudah menunggumu....”tanya penjaga pintu. “Ada perlu...di mana bos???”tanya Lusi sambil melepaskan jaket kulitnya. “Di dalam...”kata penjaga sambil membukakan pintu gerbang perlahan. Lusi memasuki gedung tua itu sambil sesekali berjoget mengikuti irama musik yang dimainkan oleh DJ. Lusi mencari keberadaan seseorang dan setelah matanya melihat sosok wanita 25 tahunan yang seumuran dengan Lusi, diapun langsung menuju wanita itu. “Malam bos...ada apa bos memanggil saya???”tanya Lusi sambil duduk di depan wanita itu. “Lusi...Lusi...kau sungguh menarik...aku suka dirimu....”puji wanita itu sambil memberikan segelas wine kepada Lusi. “Terima kasih bos...”kata Lusi sambil meminum wine tersebut. “Jangan panggil aku bos...kita kan seumuran dan aku juga temanmu bukan???jadi panggil saja dengan nama Rachel....namaku Rachel...dan di sana adikku, Bian...”kata Rachel sambil menunjuk gadis seumuran Lisa yang sedang berjoget ria dengan bawahan-bawahan Rachel. “Baik...Bos...eh...maaf...Rachel...apa tugasku kali ini???”  tanya Lusi. “Kau...sungguh cepat tanggap ya...”kata Rachel sambil menunjukkan sebuah foto. “Kau harus menangkap orang ini...dia harus membayar hutangnya padaku...”kata Rachel sambil menyerahkan fotonya pada Lusi. “Baik....aku akan menangkapnya malam ini juga...”kata Lusi lalu pergi meninggalkan gedung tua itu. Rachel tersenyum lalu dia berbisik pada bawahannya. “Ikuti dia, dan awasi terus rumahnya serta adiknya...aku ingin menunggu dia membongkar identitasnya dulu....”kata Rachel sambil meremas foto Lisa. Lusi berhenti untuk mengangkat telepon selularnya. “Ya..aku tahu itu...tapi aku harus menunggu dia pada saat penerimaan narkoba skala besar, jika hanya jumlah kecil maka dia akan didakwa dengan hukuman ringan...aku harus menangkapnya ketika dia menjadi ikan kakap....”kata Lusi sambil memandang foto Lisa di dalam kalungnya.
Lisa sedang berlatih menari di ruangan tari kampusnya. “Lisa!!!!”teriak seseorang dari belakang. “Hai....Bian!!!”teriak Lisa lalu menghampiri teman baiknya itu. “Kamu sudah makan???”tanya Bian. Lisa menggeleng. “Ayo kita makan bersama....”ajak Bian. “Okey…tapi aku akan ganti baju dulu….kamu jaga tasku ya…”kata Lisa sambil berlari meuju ruang ganti. Bian mengangguk. Bian melihat seseorang…bukan ada 3 orang yang dia kenal sebagai bawahan kakaknya sedang mengawasi Lisa. Bian menghampiri salah satunya yang sedang asyik mengawasi Lisa. “Hai…kenapa kau di sini!!!”kata Bian cepat dan tegas. Pria itu langsung kaget dan menghormat pada Bian. “Apa kamu di suruh oleh kakak untuk mengawasiku???”tanya Bian cepat. Pria itu langsung mengangguk. “Tapi, kenapa kau mengawasi Lisa???Apa kamu khawatir pada Lisa??Tenang saja dia teman baikku kok...dia sangat baik...”kata Bian sambil menyuruh pria itu pulang. “Bian!!!Sedang apa di situ???”tanya Lisa yang sudah berganti pakaian. “Tadi aku dengar ada kegaduhan di luar, maka kupikir aku harus melihatnya...”jawab Bian sanbil menutup jendela dan pria itu langsung terjatuh ke semak belukar karena tidak ada pegangan. “Ternyata ada apa di luar???”tanya Lisa menghampiri Bian. “Ada pertandingan sepakbola antar kampus...tuh lihat...”kata Bian sambil menunjuk ke arah lapangan. “Iya...ramai sekali...”kata Lisa pelan. “Ya sudah, ayo kita makan...”tarik Bian menuju ke kantin kampus. “Iya..iya….”kata Lisa.
Seperti biasa Bian sedang mengikuti irama musik yang mengalun keras di dalam gedung tua, tapi malam ini dia kelihatan tidak bersemangat. “Ada apa Bian???Tidak seperti biasanya kamu malam ini???”tanya seseorang di samping Bian. Bian hanya diam saja dan melihat ke arah kakaknya, Rachel yang sedang sibuk berbincang dengan para koleganya. Bian!!!”teriak orang itu lagi. Bian yang kaget langsung memandang orang itu. “Ada apa??”tanya Bian bingung. Orang itu hanya menggeleng dan meninggalkan Bian. “Sebenarnya…apa yang direncanakan kakak??Kenapa ada foto Lisa di dalam kamar kakak??” bisik Bian sambil terus memandangi Rachel. Rachel yang sedang astik berbincangpun merasa ada yang memperhatikan dirinya, diputarlah pandangannya tapi tidak menemukan sepasang mata yang memandanginya. Rachel lalu melihat adiknya, Bian yang sedang duduk di kursi panjang sambil memainkan pistolnya. Rachel mendekati Bian dan merampas pistolnya. Bian kaget lalu memandang kakaknya. “Kenapa???”tanya Bian cepat. “Kau tidak boleh menggunakan ini…”kata Rachel lalu pergi meninggalkan Bian. “Kenapa kakak??!!!Kakak juga selalu menggunakannya bukan???Bukankah nantinya aku juga akan menjadi sepertimu??”teriak Bian menahan tangis. Rachel terdiam sejenak lalu berjalan lagi meninggalkan gedung tua. “Kau tidak boleh menjadi sepertiku…kau harus menjadi orang yang lebih baik lagi..”batin Rachel dalam perjalanan menuju rumahnya. Sementara itu Bian menangis di belakang gedung tua yang masih hiruk pikuk musik dan teriakan para orang yang sedang menari dan mabuk.
Hujan kembali turun dengan derasnya, setelah semalamam mengguyur kota sampai basah kuyup. Lisa dan Lusi tampak sedang sarapan.  “Huh...kenapa pada saat libur harus hujan begini???”kecewa Lisa sambil memandang keluar jendela. “Kenapa??Apa kau ada acara??”tanya Lusi. “Enggak kak...aku hanya ingin berkebun dengan kakak...heehehe..”kata Lisa sambil tersenyum. Lusi hanya tersenyum lalu memakan sarapannya lagi. “Kakak...nanti malam ada pekerjaan lagi??” tanya Lisa. Lusi hanya mengangguk. “Hah..kenapa kakak selalu masuk kerja pada malam hari??”omel Lisa. “Wah...kau mulai seperti nenek nenek, bawel..”kata Lusi sambil mencubit pipi Lisa. Lisa hanya cemberut. “Nanti kalau sudah selesai, aku akan segera pulang...”kata Lusi ambil tersenyum. “Janji???”tanya Lisa sambil menunjukkan kelingkingnya. “Janji...”jawab Lusi sambil mengaitkan kelingkingnya di kelingking Lisa. Lisa dan Lusi pun tersenyum bahagia.
Rachel duduk di depan televisi menemani Bian yang sedang asyik melihat acara musik. “Apa yang akan kamu lakukan malam ini Lusi….sang agen rahasia kepolisian pusat…pada saat kau melihatku bertransaksi narkoba dalan skala besar…”batin Rachel. Bian yang melihat wajah kakaknya yang berubah sangat serius langsung bergidik. Rachel menyadari kalau dia tengah diamati Bian lalu memandang Bian. “Kenapa??”tanya  Rachel cepat. “Jika kakak seperti itu, kakak terlihat sangat menakutkan..sungguh..”kata Bian sambil kembali melihat televisi. “Dasar kau anak kecil, sudah liat saja acara favoritmu itu, kakak mau tidur..”kata Rachel sambil menuju kamarnya. Di dalam kamar, Rachel langsung mengambil sebuah foto yang terdiri dari 3 orang anak kecil berusia 7 tahunan yang tampak sangat bahagia. “Aku menakutkan???Ya..sekarang aku bukanlah manusia..aku sudah menjadi monster yang sangat menakutkan…ini semua gara-gara kamu…gara-gara kamu…”batin Rachel sambil menitikkan air mata,
Kantor kepolisian pusat, tampak sangat sibuk di dalam sebuah kantor. “Kita mendapat info dari salah seorang agen kita, bahwa nanti malam ada transaksi besar-besaran yang dilakukan oleh Red Eye, kita harus mengatur strategi untuk dapat menagkapnya. “kata kepala kepolisian pusat. “Tapi…bukankah kita diminta untuk tidak melakukan apa-apa, biar agen Lusi saja yang menangkapnya??”tanya seorang polisi cepat. “Kita juga akan mengambil tindakan, kalian kesana memang untuk memantau saja tapi jika terjadi sesuatu di luar kehendak kita, kita harus tetap menangkapnya..mengerti!!!”teriak kepala polisi tegas. “mengerti!!!!”teriak polisi lainnya. Semua polisi mulai keluar dari ruangan berukuran 5X6 meter tersebut. Tapi salah seorang polisi malah memasuki ruangan. “Ada apa Bobby??”tanya kepala polisi tersebut. “Maaf pak…tapi bukankan yang diminita oleh Lusi adalah dia ingin menagkapnya sendiri??Bukan dengan satu peleton pasukan seperti ini??”kata Bobby. “Kau tidak pernah mengerti..betapa berbahayanya kelompok Red Eye itu…seharusnya Lusi sanga tbertindak sendirian…dia sudah selamat sampai detik ini pun masih dianggap keajaiban..”kata kepala polisi sambil memandang Bobby. “Tapi pak…”kata Bobby langsung terputus oleh suara telepon yang berbunyi nyaring. Bobby terdiam dan kemudian keluar dari ruamgan tersebut dengan wajah gusar.
Malam hari yang sejuk dan sepi, Lusi menuju ke gedung tua di mana dijadwalkan kedatangan narkoba skala besar oleh Rachel. Rachel pun memandangi Lusi dengan senyum senang. “Kau akhirnya datang juga Lusi….karena kau sudah menjadi bawahanku yang paling setia, maka kamu kupercaya untuk melakukan transaksi ini…”kata Rachel sambil membuka pintu mobil trailer besar yang berisi banyak boneka besar. “Cobalah..kau pasti akan menyukainya..”kata Rachel. Lusipun mendekati trailer itu, dan mengambil salah satu boneka beruang berwarna coklat muda. Rachel hanya tersenyum melihat Lusi ayng mulai membuka boneka dan menemukan narkoba di dalamnya. “Bagaimana???”tanya Rachel. Lusi hanya menatap Rachel. “Apa kau akan menangkapku??Agen Lusi??”tanya Rachel cepat dan menodongkan pistolnya ke kepala Lusi. Lusi yang kaget karena statusnya terbongkar hanya bisa diam dan menatap Lusi. Lisa yang melihat kakaknya dalam bahaya langsung keluar dari persembunyiannya dan berdiri di depan Lusi. “Jangan kau sakiti kakakku…”teriak Lisa. “Lisa!!!”teriak Lusi kaget. “Owh...adik yang manis dan baik hati…akhirnya keluar juga dari persembuyianmu itu…ckckckckck…”kata Rachel sambil tertawa pelan. “Bagaimana kau tahu??”teriak Lisa. “Aku..tahu segalanya..aku tahu identitas kakakmu, tahu siapa dirimu..tapi sungguh sangat disesalkan..kau anak yang baik Lisa, sungguh berbeda dengan kakakmu…sanga tberbeda…”kata Rachel mulai serius sambil memandang Lusi. “Maafkan aku..maafkan aku Vany..aku benar-benar menyesal…”kata Lusi sambil menitikkan air mata. “Kau tahu aku ini Vany??”tanya Rachel kaget. “Ya..aku tahu kau adalah Vany sejak pertama kita bertemu...meski kau sudah mengoperasi wajahmu, tapi aku tetap mengenalmu sebagai Vany..Vany sahabatku…”kata Lusi sambil menangis. Rachel hanya tertawa tipis. “Lalu..jika kau tahu aku sahabatmu..kenapa kau masih mau menangkapku??Sahabat macam apa kau ini!!!”teriak Rachel sambil menembakkan pistol kearah Lisa. “Aaarrggghhhh!!!!”teriak Lisa panic. Lusi langsung menggeser posisi Lisa dan menjadikan dirinya tameng untuk Lisa dan peluru pun sukses masuk ke dalam tubuh Lusi. “Tidaakkkkk!!!”teriak Lisa sambil memeluk Lusi yang jatuh tersungkur ke tanah. “Aku tetap sebagai sahabatmu Vany…aku akan menyelamatkanmu dari keterpurukanmu sekarang ini….aku…aku..tetap menyayangimu..”kata Lusi lalu menutup mata dan nafaspun langsung berhenti. “Kakakkkkk!!!!”teriak Lisa. Bian yang melihat pemandangan itu dari kejauhan hanya bisa berdiri terpaku, dan tiba-tiba sebuah peluru ditembakkan ke tubuh Rachel oleh seseorang di dalam kegelapan. Semua bawahan Rachel langsung bergerak mendekati sumber tembakan dan dari kegelapan munculah sekelompok polisi bersenjata lengkap. “Kakak!!!”teriak Bian yang mulai bersiap menghampiri tubuh kakaknya. “Maaf…anda harus pergi dari sini…”kata seseorang dan membius Bian hingga pingsan dan menggendongnya masuk ke dalam mobil serta membawanya pergi dari tempat tersebut. Rachel yang melihat tubuh Lusi yang sudah tidak bernyawa dan mengenggam tangan dingin Lusi. “Kau yang membuatku jadi seperti ini…kau merubahku menjadi sangat jahat…seperti tokoh yang selalu kita mainkan pada waktu kecil…”batin Rachel sambil meremas tangan Lusi. Rachel melihat Bian berteriak dan dibawa lari seseorang secara samar-samar. “Bian…dia mirip denganku atau denganmu??Bian adik kita…saudara kembar Lisa...sepertinya dia tidak akan mirip denganku..”kata Rachel lalu menghembuskan nafas terakhir. “Kuharap kita bertiga berkumpul lagi di sana…aku, kamu dan Angel..”kata terakhir Rachel sebelum akhirnya meninggal dunia. Lisa yang sedang menangis pun langsung dihampiri seseorang dan membawanya pergi dari pertempuran antar polisi dan anggota kelompok Red Eye. Tubuh Lusi dan Rachel masih tergeletak di bawah lantai ketika pertempuran terjadi dan kemenanganpun di dapatkan oleh kepolisian. Beberapa anggota Red Eye ayng tertangkap masih hidup memilih untuk bunuh diri sehingga tidak ada satu saksi hidup dari kelompok Red Eye yang bisa dimintai keterangan. Polisi pun hanya bisa membawa barang bukti dan jenasah Rachel, Lusi dan pengikut Red Eye untuk dimakamkan.
Lisa menghadiri pemakaman Lusi dan Rachel dengan membawa 2 ikat bunga. Wajahnya masih diliputi kesedihan dan masih terlintas dalam ingatannya tentang pembicaraannya tadi malam dengan Bobby. “Kau harus membawa 2 bunga..”kata Bobby sambil menghampiri Lisa yang tengah duduk di meja makan. Lisa hanya menatap Bobby tajam. “Satu untuk kakakmu, satu untuk kakakmu yang satunya…”kata Bobby pelan. “Siapa??”tanya Lisa bingung. “Rachel adalah kakakmu juga..dia adalah saudara kembar Lusi dan sebenarnya masih ada satu lagi, yaitu Angel tapi dia sudah meninggal dalam kasus yang sangat rumit yang menyebabkan Lusi dan Rachel terpisah dan seperti kemarin…”kata Bobby. “Aku Tidak mengerti…”kata Lisa bingung. “Rachel atau nama aslinya Vany, Lusi dan Angel adalah 3 saudara kembar, mereka hidup bahagia dengan kedua orang tuamu..dan mereka tambah bahagia lagi ketika mereka mendapatkan sepasang adik kembar, yakni kamu dan saudara kembarmu…tapi nasib berkata lain..hubungan suami istri itupun berubah menjadi saling benci karena kehadiran orang ketiga..merekapun berpisah…Angel, Lusi dan kamu ikut bersama ayahmu yang seorang polisi..sementara Vany dan saudara kembarmu ikut bersama ibumu..tapi nasib malang menimpa mereka, ternyata ayah tiri mereka adalah penjudi dan pengedar narkoba kelas kakap dan kesalah pahaman terjadi di sini. Ayahmu tidak sengaja menembak mati ayah tiri Vany yang membuat marah ibumu, ibumu langsung menemui ayahmu dan akan membalas dendam dengan menembak ayahmu tapi yang terkena tembakan justru Angel, dan tak disangka Lusi memukul ibumu sebagai perlawanan terhadap ibumu hingga tewas seketika. Vany melihat Lusi memukul ibumu dan diapun marah besar pada Lusi..dan sejak saat itu, Vany dan saudara kembarmu tidak pernah lagi muncul di depan Lusi dan kamu…”jelas Bobby. Lisa hanya menatap foto kakak-kakaknya yang diberikan oleh Bobby. “Kakak!!!”teriak Lisa dalam tangisan yang dalam. Kembali ke areal pemakaman Lusi dan Rachel. Lisa menatap foto Lusi dan Rachel secara bergantian. Kemudian dia pergi meninggalkan areal pemakaman sambil mengenggam foto Bian yang didapatkannya dari penyidik. “Kakak...aku akan menemukan saudara kembarku...aku berjanji aku akan membawa pulang dia...”kata Lisa. Angin berhembus sangat kencang menerbangkan beberapa bunga dan daun yang berserekan.

####TAMAT####

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

penulis

penulis

Halloooo.....

Foto saya
Bekasi, Jawa Barat, Indonesia
You can add me on fb ; Sung Anggie Hyolic or send to my email : My_stories54@yahoo.co.id Selamat menikmati blog pribadiku.... Gamsahamnida...