Annyeong Haseyo.....Welcome To My World......

LOVELY....WITH YOUR HEART AND YOUR LOVE....

Minggu, 23 September 2012

MY SISTER IS GANGSTER




Di sebuah SMU favorit di kota tersebut.
Seorang gadis berusia 17 tahun sedang duduk dengan membaca bukunya. “Hai Karen, ngapain di sini??” tanya Elia, sahabat Karen. Karen hanya menatap wajah sahabatnya itu sekilas lalu melanjutkan membaca lagi. “serial detektif…”ucap Elia sambil membaca judul buku yang dibaca Karen. Karen menutup bukunya dan menghela nafas. “Loe mau jadi detektif…??”tanya Elia. “Memang kenapa??”tanya Karen. “Emang loe gak takut ya, kalo jadi detektif kan selalu berurusan dengan penjahat..loe gak takut??”tanya Elia. Karen hanya menggeleng pasti. “Lagipula, loe kan cewek…”kata Elia cepat. “Emang kalo gue cewek, gue gak bisa jadi detektif??”tanya Karen. Elia tertawa. “Ya bukannya gitu, detektif kan pantesnya yang jadi cowok…”kata Elia sambil mengambil buku Karen. “Kata siapa…?”tanya Karen sambil meminum jus apelnya. “Gue..”jawab Elia singkat. Karen hanya tertawa lalu bersiap pergi dari tempat itu. “Karen tungguin gue dong..”kata Elia sambil berlari menyusul Karen.

Malam hari, di sebuah apartment di tengah kota
“Aku pulang…”teriak Karen memasuki apartment. Karen tampak mencari-cari sesuatu. “Kakak….kakak di mana??”tanya Karen keras. “Ada apa??”jawab Katrin sambil menemui adiknya. Karen tersenyum lebar melihat kakaknya ada di rumah. “Kakak…Karen kira kakak pergi lagi..”kata Karen sambil makan malam dengan Katrin. Katrin tersenyum melihat adiknya yang sangat manja dengannya. Dibelainya rambut adiknya dengan lembut. “Kakak tidak akan pernah meninggalkanmu…”kata Katrin sambil tersenyum. “Kakak janji..??”kata Karen sambil menyodorkan kelingkingnya. Katrin memandang geli pada kelingking Karen. “Ayo..”desak Karen. “Okey..kakak janji…”kata Katrin sambil mengaitkan kelingkingnya di kelingking Karen. Keduanya tersenyum bahagia.
Katrin dan Karen sedang menonton televisi di ruang keluarga. Karen menyandarkan kepalanya di pundak Katrin. “Kak…”kata Karen memecah kesunyian. “Ya…”jawab Katrin singkat sambil terus membelai rambut adiknya. “Apakah papa dan mama bahagia di sana??”tanya Karen sambil terus memandang televise. “Pasti…karena mereka ada di dekat Tuhan…”kata Katrin pelan. “Apakah orang yang berada di dekat Tuhan pasti bahagia?”tanya Karen lagi. “Tentu saja…”jawab Katrin singkat. “Kenapa???”tanya Karen sambil menatap kakaknya. Katrin tersenyum dan memandang Karen. “Karena mereka tidak perlu menjawab pertanyaan dari kamu…hahahahah”jawab Katrin sambil tertawa lebar. Karen cemberut lalu memukuli kakaknya. “Huuuuu….”teriak Karen sambil menjulurkan lidahnya. Katrin tertawa melihat ulah adiknya, lalu menarik Karen ke dalam pelukannya. “Tapi kakak adalah orang yang paling bahagia meski tidak berada di dekat Tuhan…”kata Katrin. “Kenapa??”tanya Karen cepat. “Karena kakak sudah di dekat Karen..”kata Katrin sambil mencium kening Karen. Karen sangat bahagia dan memeluk Katrin lebih erat lagi. “Aku sayang kakak…sampai kapanpun…’kata Karen. Katrin hanya bisa mengangguk dan tersenyum lebar.

Keesokan harinya, di SMU.
Sedang diadakan lomba adu analisis antar siswa. Semua siswa mengerumuni 2 siswa yang menjadi finalis utama setelah mengalahkan hampir 50 siswa dari berbagai SMU di kota tersebut. Elia tampak berdiri di barisan paling depan. Dia sibuk mengabadikan moment ini dengan kameranya. “Ayo…ayo….maju terus…”teriak Elia sangat keras. Teriakan Elia ditirukan hampir seluruh penonton. “Karen…Karen…Karen…”Elia terus meneriakkan nama Karen dengan keras. Karen yang berdiri di salah satu podium pertandingan hanya bisa tersenyum melihat tingkah laku sahabatnya. “Perhatian semuanya…mohon kepada seluruh pendukung untuk diam dan mari kita saksikan bersama Final Lomba Adu Analisi Tingkat SMU tahun 2011…”teriak pembawa acara. Semua penonton, pendukung dan peserta mulai diam dan berkonsentrasi pada acara. “Hari ini ada yang special, karena yang menjadi juri langsung adalah para polisi dari kepolisian pusat kota …”kata pembawa acara dengan jelas. “Gue harus bisa…gue harus bisa mengembalikan nama baik mama di kepolisian…”batin Karen sambil memperhatikan para polisi dari kepolisian pusat.

Sementara di apartment.
Katrin terlihat sedang membersihkan ruangan ketika bel berbunyi nyaring. Katrin membuka pintu. Seorang laki-laki berdiri di depan pintu dengan tegap. “Selamat pagi bos, katanya bos ada perlu dengan saya??”tanya laki-laki itu dengan penuh hormat. Katrin memberikan selembar kertas dan sebuah benda yang terbungkus dengan plastic hitam. “Hati-hati dan harus selesai tepat waktu..”kata Katrin tegas. Laki-laki itu mengangguk kemudian membungkuk dan pergi meninggalkan apartment.

Di SMU.
Lomba adu analisis sudah hampir selesai, tinggal menunggu penilaian dari juri. Karen yang kini duduk diantara Elia dan para pendukungnya sedang asyik bercengkrama. “Loe pasti menang…gue yakin..”kata anak laiki-laki pendukung Karen. “Terima kasih…”kata Karen sambil menundukkan badannya. Karen tersenyum senang melihat semua temannya mendukung dirinya untuk menang. “Jawaban loe paling realistis dan masuk di akal, daripada saingan loe itu…”kata Elia sambil merangkul pundak Karen. “Yaaaa…itu yang hanya ada di otak gue…hehehe”jawab Karen sambil nyengir. “Ya, sekarang hasil penjurian sudah ada di tangan saya dan sebelum saya mengumumkan pemenangnya, dimohon untuk kedua peserta kembali ke podium masing-masing”kata pembawa acara. Karen berdiri di podiumnya. “Dan pemenangnya adalah….Karen….”teriak pembawa acara. Karen dan semua pendukungnya bersorak riang. Karen menerima hadiah dari kepala kepolisian pusat. Karen tersenyum sangat senang. “Hebat loe….”teriak Elia smbil memeluk Karen.

Di Apartment.
Katrin akan menutup pintu, ketika seseorang mengagetkannya. “Angkat tangan!!!”teriak orang itu. Katrin pun langsung angkat tangan tanpa menoleh sedikitpun. Orang itu mulai terkekeh kekeh dengan kelakuan Katrin. Katrin langsung berbalik dan kaget bercampur marah. “Huh…awas ya…”teriak Katrin sambil terus memukuli laki-laki seumuran dengan Katrin. “Ampun…ampun….bos…”kata laki-laki itu sambil berusah menghindar dari timpukan kemoceng yang dibawa Katrin. Katrin menghentikan timpukannya dan memandang laki-laki itu. “Ada apa loe ke sini, Tom??”tanya Katrin dengan agak ketus. Laki-laki yang bernama Tom  hanya tersenyum lalu memeluk Katrin. “Gue kangen….bos…”kata Tom berbisik di telingan Katrin. Katrin hanya tersipu malu.


Keesokan hari…
Di SMU.
“Hah…loe dijadikan detektif SMU oleh kepolisian pusat??”teriak Elia tidak percaya. “Sssttttt…jangan keras-keras…”pinta Karen sambil menutup mulut sahabatnya itu. “Yang bener..???”tanya Elia lagi. Karen hanya mengangguk dan tersenyum. “Akhirnya, cita-cita loe kesampaian juga untuk jadi seorang detektif…”kata Elia bangga. “Iya…akhirnya cita-cita gue untuk bisa menjadi seperti mama dulu, tercapai juga…”kata Karen senang. “Tapi gimana dengan kakak loe…dia kan benci banget dengan polisi…”tanya Elia serius. “Untuk sementara, gue akan menyembunyikan hal ini dari kakak dulu…nanti kalau waktunya tepat, kakak akan gue kasih tahu…”kata Karen. Elia mengangguk. “Tapi…lebih cepat lebih baik…”kata Elia sambil mengangguk. Karen memandang sahabatnya. “Ah…loe sok bijak loe…huuuu”ledek Karen sambil tertawa. Elia pun ikut tertawa.

Di apartment
Katrin menyerahkan secangkir kopi kepada Tom. “Loe masih merahasiakan hal ini?”tanya Tom. “Apa..?”tanya Katrin sambil meletakkan sepiring kue kering di hadapan Tom. “Kalo loe adalah ketua gangster terbesar di kota ini…”kata Tom pelan. “Dia tidak perlu tahu…”kata Katrin sambil meminum kopinya. Tom menghela nafas. “Tapi..lama-lama, dia akan tahu juga…lebih menyakitkan jika tahu kebenaran dari orang lain…bukan dari orang yang bersangkutan…”kata Tom sambil memandang wajah Katrin. Katrin mulai menitikkan air mata. Tom menggenggam tangan Katrin. “Gue tidak bisa…gue tidak sanggup…gue tidak ingin dia tahu kalau kakaknya adalah seorang gangster…gue tidak ingin dia benci ma gue…”kata Katrin dalam tangis. Tom menggenggam erat tangan Katrin, seolah memahami yang dirasakan Katrin saat ini.

“Aku pulang!!!!!”teriak Karen memasuki apartment. Apartment sangat sunyi, hanya terdengar suara langkah Karen. “Kakak….Kakak…”panggil Karen sambil mengelilingi seluruh ruangan apartment. “Kakak kemana…”bingung Karen. “Eh…Karen sudah pulang…selamat datang!!!”sambut Tom dari dapur. “Elo..ngapain loe ada disini??”tanya Karen sambil menatap Tom. “Kan nungguin adik tersayang pulang sekolah…”jawab Tom sambil tersenyum lebar. Karen mencibir Tom. “Tidak usah sok baik deh loe…”kata Karen. “Kan gue emang baik dari dulu…hahahahahaha…”kata Tom sambil tertawa. Karen hanya menggelengkan kepalanya mendengar ucapan calon kakak iparnya. “Di mana kak Katrin???Loe pasti tahu dong..”tanya Karen. “Kakak loe pergi kerja…ini makan malam buat loe..”jawab Tom sambil menyerahkan sepiring nasi goreng pada Karen. Karen langsung memakan nasi goreng buatan Tom tersebut. “Memangnya kakak kerja dimana??”tanya Karen. “Kalau jawaban dari Katrin apa??”tanya Tom balik. “Katanya sih, kerja di club…”kata Karen sambil menunggu jawaban Tom. “Tuh, loe sudah tahu…”kata Tom. “Jadi kakak beneran kerja di club???”tanya Karen belum paham pertanyaan dari Tom. Tom hanya mengangguk. “Mudah-mudahan aja itu benar…”bisik Karen. “Apa…loe bilang apa??”tanya Tom cepat. “Hah…tidak…tidak kok…”jawab Karen langsung melahap nasi gorengnya. Tom menatap Karen sambil tersenyum tipis.

Malam hari….
Di sebuah club malam
            Kerasnya musik di dalam club menandai malam semakain larut. Tampak Katrin sedang duduk di meja bar dengan segelas minuman dingin. Matanya menatap ke segala penjuru club seperti sedang mengamati orang-orang disekitarnya. “Maaf bos…ada berita dari informan kita…”kata pria berbadan besar sambil menyerahkan sepucuk surat kepada Katrin. Katrin membuka surat itu dan membacanya. “Okey…sekarang ikut aku…”kata Katrin sambil berlalu meninggalkan club. Pria besar itu memanggil teman-temannya yang berada di dalam club untuk mengikuti atasannya. “Tetap awasi orang itu…jangan sampai dia kabur lagi…”kata Katrin pada salah satu anak buahnya. Pria yang ditunjuk Katrin langsung masuk ke dalam club lagi.
            Katrin berhenti di depan sebuah mobil mewah yang akan meninggalkan tempat parkir club. “Hey…minggir…”teriak sopir sambil terus membunyikan klakson. Katrin hanya tersenyum mengejek. Pak tua yang duduk di belakang sopir terus menatap Katrin tajam. “Anak itu…sangat mirip…”kata pak tua dengan suara gemetar. “Anda kenal dengan dia??”tanya sopir. Pak tua mulai ketakutan ketika melihat Katrin mendekati mobilnya dengan dikawal 5 anak buah Katrin. “Mana anak-anak bodoh itu???”teriak pak tua sambil berusaha mengambil pistol yang ada di bawah jok mobil. “Maksud anda anak buah anda tuan…???”tanya sopir mulai panik melihat ketakutan di wajah majikannya. “Iya!!!!”teriak pak Tua sambil menodongkan pistol ke arah Katrin. “mereka semua mabuk di dalam club..Tuan..”kata sopir sambil menunduk. Katrin sudah berada di depan pintu mobil pak Tua. “Dasar bodoh!!!!”kesal pak Tua sambil mengarahkan mulut pistol ke Katrin. “Hallooo…om…masih ingat saya???”sapa Katrin sambil melihat ke dalam mobil. Pak Tua mulai menggeser posisi duduknya menjauhi kaca mobil. Katrin memberikan kode pada anak buahnya dan dengan cepat anak buahnya menyeret pak Tua keluar dari mobil. Pak Tua melawan dengan menembakkan pistolnya berulang kali, namun nihil karena tidak ada peluru di dalamnya. Pak Tua berdiri di depan Katrin, ketakutan. “Mencari ini???”tanya Katrin sambil memperlihatkan 6 butir peluru. Pak Tua itu lalu terduduk dan  menangis, menyadari nyawanya dalam bahaya. “Tolong…tolong maafkan aku…maafkan …”kata pak Tua dalam isak tangisnya. Katrin tertawa keras. “Apa!!!!maafkan…tidak akan pernah bisa….sampai kapanpun..saya tidak pernah bisa maafkan om….jadi…selamat jalan…om….”kata Katrin sambil tersenyum pahit dan menembakkan peluru ke tubuh pak Tua. “Kenapa…???’teriak pak Tua dengan tubuh lunglai lalu jatuh ke tanah. Katrin menunduk. “Karena anda…orang tua saya pergi untuk selama-lamanya…”kata Katrin lirih bersamaan dengan hembusan nafas terakhir pak Tua. Katrin meninggalkan tempat kejadian dengan linangan air mata di kelopak matanya. “Bos…bagaimana dengan dia??”tanya salah satu anak buah Katrin sambil menunjuk sopir pak Tua. “Bereskan semua..jangan sampai ada jejak…”kata Katrin cepat lalu pergi. Beres bos…”teriak anak buah Katrin.

Siang hari…
Di SMU
            “Hei Karen…ada kasus lagi ya??”tanya Elia pada sahabatnya yang tengah asik membolak balikkan catatan dari kepolisian. “Iya nih…”jawab Karen singkat. “Kasus sulit ya??”tanya Elia penasaran. “Enggak kok…masih kasus mudah..”jawab Karen sambil sibuk membaca catatan dari kepolisian. “Eh Karen…hari minggu kita shopping yuk??”ajak Elia. “Sori…gue gak bisa…gue harus mecahin kasus ini sebelum masa kadaluarsa…”sesal Karen,menatap Elia. Elia cemberut. “Semenjak loe jadi detektif  SMU, kita jarang pergi bareng kan…loe malah sering pergi dengan para polisi…sementara gue…gue sering manyun di kamar aja…”curhat Elia dengan nada sedih. Karen menatap wajah sahabatnya dengan rasa bersalah. “Baiklah…tapi kita keluar malam minggu ya…soalnya…”jawab Karen tapi terpotong karena Elia langsung memeluknya. “Yaaaiiiii….asyyiiiiikkkk…akhirnya loe mau juga…”senang Elia. Karen tersenyum melihat Elia.
Di apartment…
            Katrin sedang memasak di dapur sambil mendengarkan musik klasik kesukaannya. Dipandanginya foto keluarganya yang diambil 10 tahun yang lalu sebelum orang tuanya meninggal. Wajah Katrin berubah menjadi sangat sedih, memendam kerinduan yang teramat sangat. Pikirannya kembali mengenang masa-masa orang tuanya masih hidup. Tak terasa air matanya mulai jatuh. Bunyi air yang mendidih, membuyarkan lamunannya. “Eh…”kaget Katrin sambil menghapus air matanya. “Ma…Pa…hari ini Katrin akan memasak semur telur kesukaan Karen. Semoga kelak dia menjadi anak yang baik. Tidak seperti Katrin”kata Katrin pada foto orangtuanya dan kemudian kembali memasak.
            ‘Tong Tong…Tong Tong…’suara bel menggema di seluruh ruangan apartment. “Iya…sebentar…”teriak Katrin lalu membuka pintu. “Hai…”sapa Tom ramah. “Tom…ada apa??”sambut Katrin senang. “Hhmmm…baunya enak…loe masak apa??”tanya Tom langsung menuju ke dapur. “Semur telur untuk Karen…kalau kamu mau coba aja…”kata Katrin. “MMmnnnn…nyammyyy..enak banget…”kata Tom sambil tersenyum. Katrin ikut bahagia. Dering hape Katrin membuyarkan suasana yang ada. “Sebentar..gue harus terima ini dulu..”pinta Katrin. “Silahkan…”jawab Tom sambil terus makan. “Iya…apa!!!!Baiklah aku akan segera ke sana…”kata Katrin sambil bersiap untuk pergi. “Loe mau kemana??”tanya Tom,bingung. “Ada urusan mendadak di tempat kerja…gue harus pergi…loe disini sampai Karen pulang ya…”kata Katrin. “Tapi…”jawab Tom. “Sebentar lagi dia pulang…katakana padanya gue ada kerjaan..”kata Katrin sambil keluar apartment. Tom menatap kepergian Katrin. Lalu dia menghubungi seseorang dengan hapenya.
Di kepolisian pusat..
            “Ternyata anak itu bisa diandalkan juga ya…”kata seorang polisi sambil meminum kopinya. “Iya…bayangkan saja baru satu bulan dia dilantik jadi detektif SMU, sudah 20 kasus yang dia pecahkan dengan mudah…jadi meringankan pekerjaan kita saja…”lanjut polisi yang lain. “Orang tuanya pasti bangga, memiliki anak dengan kemampuan yang dimilikinya…ckckckckck..mudah-mudahan putraku menjadi seperti dia…”kata polisi yang paling gemuk. “Tidak mungkin…putramu kan sudah 2 yahun tapi belum pandai bicara…”ejek polisi yang lain dan diiringi tawa polisi lainnya. “Bukankah orang tua anak itu sudah meninggal…”kata polisi yang lain. “Apa itu benar???”tanya yang lainnya penasaran. “Hei!!!Bukannya bekerja..malah sibuk membicarakan orang lain…!!!”bentak kepala polisi yang sudah berada di belakang para polisi tersebut. “Maafkan kami..pak…”kata para polisi itu sambil menunduk. Kepala polisi berlalu dan menuju kantornya. “Huh…untung tidak dihukum…”kata para polisi sambil bernafas lega.
            Kepala polisi itu duduk di dalam ruangan yang sejuk. Ditatapnya sebuah kertas dan terus dibacanya berulang-ulang. Pikiranya kembali mengingat obrolannya dengan kepala polisi divisi III semalam.
*flashback*
“Kamu tahu, rahasia si detektif SMU itu??”tanya kepala polisi divisi III. “Apa??”tanya kepala polisi. “Orangtuanya meninggal karena kesalahan pihak kita..polisi…”kata kepala polisi divisi III sambil mabuk. “Sudahlah..jangan bicara asal…kamu sudah mabuk…”kata kepala polisi tertawa. “Tidak!!!Ini kenyataan..aku mengetahuinya setelah membaca arsip di sekolahnya…nama ibunya adalah Anna Maureen Larazza…ayahnya Theoda Nawaz…pasangan unik di dunia kepolisian”kata kepala divisi III. “Kamu tahu..kalau sampai anak itu tahu tentang kematian orangtuanya…apa yang akan terjadi…”lanjutnya. Kepala polisi tercengang mendengar ocehan temannya itu.
*present*
            Kepala polisi terus memegang biodata dan foto Karen ditangannya. “Dia anak yang pandai…persis seperti ibunya…taktik yang dia miliki…persis seperti ayahnya…”kata kepala polisi pada foto Karen. “Apa yang harus kami lakukan???”tanyanya pelan. Kemudian dia membuka arsip kejadian tragis yang menimpa orang tua Karen di file yang disimpan rapat-rapat. “Aku harus menemukan siapa dalang dari semua kejadian itu…”ucapnya sambil terus membaca arsip lamanya. “Apa!!!”pekiknya ketika melihat hasil penyelidikan yang tertulis dalam arsipnya.
Pada waktu yang sama di tempat yang berbeda.
            “Jadi orang ini yang telah menyebabkan itu semua??”tanya Katrin pada anak buahnya. “Iya bos!!”jawab anak buahnya lantang. Dibukanya foto itu dan tampaklah foto seorang pria tua dengan seragam polisi melekat pada badannya. “Bukankah dia…wakil kepolisian pusat…”kata Katrin tercengang. “Iya benar bos…setelah kami telusuri jejak yang bos berikan…kami mendapatkan informasi tentang orang inilah yang menyebablkan terjadinya kejadian itu…”kata anak buah Katrin. Katrin meremas foto itu. “Kamu akan merasakan akibatnya…”marah Katrin.  

Pagi hari yang sangat cerah..
Di SMU..
            “Karen…ntar malam jadi kan???”tanya Elia. Karen mengangguk sambil terus mencatat pelajaran yang diajarkan gurunya. “Nanti malam kita bertemu di halte bis biasa ya…”lanjut Elia yang tampak sangat senang. “Oke!!!”jawab Karen sambil menunjukkan jempolnya pada Elia. “Elia!!!!Kenapa kamu senyum-senyum sendiri!!!”bentak guru yang sedang mengajar. “Eh…enggak apa-apa bu…”panik Elia. “Kalau begitu, kamu maju dan kerjakan soal yang ada di halaman 47…sekarang!!!”perintah guru yang tampak marah. Elia yang ketakutan pun langsung maju. Sementara Karen hanya bisa tertaw dalam hati, takut kena marah juga. Kepala polisi tampak sedang mengamati keadaan kelas Karen dari luar. “Anda mau bertemu dengan Karen??”tanya kepala sekolah yang mengagetkan kepala polisi itu. “Eh..iya pak..kalau diperbolehkan…”jawabnya sambil terus mengamati Karen. “Baiklah..ikuti saya…”kata kepala sekolah sambil berjalan meninggalkan tempat itu. Kepala polisi mengikuti perginya kepala sekolah. “Silahkan menunggu di sini, saya akan panggilkan Karen..”kata kepala sekolah lalu pergi. Kepala polisi duduk di dalam ruang tamu kepala sekolah.
Sementara di apartment…
            Katrin tampak sibuk membereskan kamar adiknya. “Anak itu…sampai kapan dia bisa tidur di kamar yang berantakan seperti ini…”omel Katrin melihat kamar Karen yang seperti kapal pecah. Katrin mengambil kertas-kertas yang berserakan di lantai kamar. “Apa ini??Bukankah ini lambang kepolisian??”tanya Katrin sambil membaca kertas-kertas yang berasal dari catatan kepolisian. Katrin terlihat sangat marah, lalu dirobek-robeknya kertas itu dan di buang sembarang.
            “Aku pulang!!!!”teriak Karen memasuki apartment. “Kakak…”kata Karen mendekati kakaknya yang sedang duduk di meja makan. Katrin menatap Karen tajam lalu ditamparnya adik yang paling disayanginya itu. Karen kaget menerima tamparan dari kakak yang dikenalnya sebagai kakak yang baik dan selalu tersenyum. “Kenapa???”teriak Karen. Katrin menangis keras. “Kenapa jadi detektif…kenapa??”tanya Katrin di sela tangisnya. Karen menangis sambil memeluk kakaknya. “Sudahlah….gue sudah muak dengan semua ini…”kata Katrin sambil melepaskan pelukan Karen dan mendorong Karen hingga terjatuh. Katrin menghubungi seseorang lewat hapenya. “Kita lakukan malam ini…”kata Katrin lalu pergi meninggalkan apartment. Karen berlari mengejar kakaknya tapi terlambat kakaknya sudah terlanjur masuk ke dalam lift. “Kakak!!!!Kakak!!!”teriak Karen di depan pintu lift. “Karen hanya ingin mengembalikan nama baik mama kak….hanya itu alasannya…”kata Karen di sela-sela tangisnya. Tom menyaksikan kejadian itu dari kejauhan, dan dia sedang menghubungi seseorang dengan hapenya.

Malam hari yang dingin..
            Karen menuju halte bis untuk bertemu dengan Elia. “Kakak ada dimana???Apakah kakak baik-baik saja??”bisik Karen sambil menatap foto dirinya dan Katrin di layer hape. “Hei…mau kemana manis…”kata Tom dari belakang Karen. “Eh loe…ada apa??”tanya Karen curiga. “Kenapa loe menjauh gue??ayo kita jalan bersama…”ajak Tom sambil berusaha meraih tangan Karen. “Tidak…terima kasih…”tolak Karen lalu berlari menjauhi Tom. “Cepat!!!Tangkap dia!!!”teriak Tom keras. Karen kaget seketika banyak orang yang mengelilinginya. Diseretnya Karen ke hadapan Tom. “Kenapa loe menghindar sayang…kan gue calon kakak ipar loe…”kata Tom sambil tersenyum. “Sudah kuduga..loe orang jahat…”teriak Karen. “hahahahah…asal loe tahu ya…kakak loe itu lebih jahat dan kejam…”kata Tom sambil mengacak-acak rambut Karen. “Apa!!!”tanya Karen penasaran. Tom memasuki mobilnya sambil tertawa lepas. Karen juga dimasukkan ke dalam mobil yang berbeda dengan Tom. Tapi kedua mobil itu melaju kea rah yang sama.
Di Kepolisian pusat..
            Kepala polisi sedang mencerna kata-kata yang diucapkan Karen di sekolah siang tadi. “Aku sudah membaca berkas-berkas tentang kematian orang tuaku dari catatan kepolisian…dan aku mendapatkan fakta yang bisa mengembalikan dama baik orang tuaku…meski papa adalah ketua gangster…tapi papa adalah orang yang baik…yang tidak akan melakukan serangkaian pembunuhan berantai yang dikasuskan oleh kalian…para polisi…anda pasti sudah membaca kesimpulanku bukan??”….
“Maaf pak…anda disuruh wakil kepala pusat untuk menghadap beliau…”kata polisi bawahannya. “Baik…”kata kepala polisi.
            Ruang yang sangat luas itu tampak sunyi di malam hari, hanya terlihat percakapan wakil kepala kepolisian pusat dengan kepala polisi. “Kita akan melakukan penangkapan terhadap ketua gangster yang telah melakukan pembunuhan beberapa bulan terakhir…”kata wakil kepala pusat. “Apakah yang anda maksud adalah serangkaian pembunuhan yang melibatkan mantan ketua gangster dahulu yang berhubungan dengan kejadian tragis di kepolisian pusat 10 tahun yang lalu…”tanya kepala polisi. “Iya…kau benar…”kata wakil kepala. Wajah kepala polisi langsung cemas seketika.
            Elia menunggu di halte bis dengan rasa panic. “Kenapa Karen belum dating juga ya…”tanyanya dalam hati. Tiba-tiba ada mobil yang berhenti di depannya. “Anda kan kepala polisi itu…”sapa Elia. “Dimana Karen???”tanya kepala polisi dengan cemas. “Saya juga tidak tahu pak…dari jam 6 saya sudah menunggunya di sini tapi dia tidak muncul juga…”kata Elia ikut cemas. “Okey..baiklah…lebih baik kamu pulang saja...kucarikan Karen…”kata kepala polisi lalu meninggalkan Elia di halte bis. “Dia akan melakukan rencana busuknya lagi untuk menyelahkan orang lain…kali ini tidak bisa kubiarkan…”kata kepala polisi sambil melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

Hujan turun dengan derasnya...
Di gudang kosong…
            Wakil kepala kepolisian pusat berdiri berhadapan dengan Katrin di tengah gudang  yang hanya diterangi cahaya lampu yang remang-remang. Di sisi lain, Karen yang mulutnya ditutup kain hanya bisa melihat kakaknya berhadapan dengan wakil kepala kepolisian pusat dan tidak bisa melakukan apa-apa. “Lihat…dan dengarkan…siapa kakak loe itu sebenarnya…”kata Tom sambil mengacak-acak rambut Karen. “Tak pernak disangka…gadis manis secantik dirimu bisa melakukan perbuatan kejam seperti itu…”kata wakil kepala sambil bertepuk tangan. “Iya…dan yang terakhir akan mati adalah….anda… tuan wakil kepala kepolisian pusat…”kata Katrin sambil menodongkan pistolnya ke dahi wakil kepala pusat. “Kakak!!!Jangan lakukan itu…”teriak Karen yang tiba=tiba muncul di belakang Katrin. “Karen…”kaget Katrin mengetahui adiknya ada di sini. “Meskipun kakak menjadi seorang gangster seperti papa…tapi jangan sampai melukai orang lain…”kata Karen. “O..o…o….kejadian ini mirip dengan kejadian 10 tahun yang lalu…sangat mirip…”kata wakil kepala pusat dengan keras. “Apa…”teriak Katrin dan Karen bersamaan. “Dulu yang ada dihadapanku adalah sepasang suami istri yang saling mencintai….sekarang kakak adik yang saling menyayangi…berusaha saling melindungi…begitu mengharukan…”kata wakil kepala pusat seolah mengejek. “Kurang ajar…matilah kau…”teriak Katrin sambil menembakkan pistolnya ke wakil kepala pusat tapi di tangkisnya pistol oleh Karen hingga terjatuh di lantai.
            Hening seketika di dalam gudang. Wakil kepala masih tampak shock atas kejadian yang baru saja dialami yang jika peluru tidak meleset maka dia akan mati. “Kenapa kau melakukan itu pada orang tuaku!!!”teriak Katrin keras. “Hahahaha…karena orang tuamu adalah tipe orang yang mudah dibodohi…dan mudah dimanfaatkan…”kata wakil kepala pusat sambil tertawa lebar. “Kurang ajar!!!”rasa benci semakin memenuhi hati Katrin. “Kakak…biarkanlah keadilan yang akan menghukumnya…”kata Karen cepat. “Kau benar…detektif cilik…sekarang tangkap 2 gadis ini dengan tuduhan pembunuhan berantai…”teriak wakil kepala pusat kepada bawahannya yang bersembunyi di bagian-bagian dalam gudang. Tidak ada satupun bawahan wakil kepala pusat yang keluar. “Ada apa ini??”teriaknya. “Maaf pak…tapi kami mendapat perintah langsung dari kepala kepolisian pusat untuk segera menangkap anda…”kata kepala polisi diikuti dengan banyaknya bawahan yang segera menangkap wakil kepala pusat. Katrin dan Karen tercengang dengan yang mereka lihat. “Terima kasih Karen..karena kamu telah berhasil memcahkan kasus orang tuamu…tapi maaf..kakak kamu harus ikut kami juga,,,”kata kepala polisi. Karen memeluk Katrin dengan erat. “Karen jangan nakal…harus bisa masak sendiri…merapikan kamar sendiri…jangan sampai membakar rumah ya…”kata Katrin memeluk adiknya erat. “Kakak…”kata Karen melihat Katrin dibawa 2 anggota polisi. Kepala polisi menenagkan Karen. “Kau harus masuk program perlindungan saksi…”katanya. Karen mengangguk. ‘Doorrr!!!!’suara tembakan mengagetkan Karen dan seluruh polisi yang ada di gedung itu. Karen melihat kakaknya jatuh terkulai di tanah. “Ka..kakkk!!!”teriak Karen menghampiri kakaknya. “Cepat temukan penembak itu!!!”teriak kepala polisi kepada seluruh anak buahnya. Karen menatap kakaknya yang telah bersimbah darah. “Jangan menangis…Karen jangan menangis…”pinta Katrin. “Ka..kakkk..”kata Karen di sela-sela tangisnya. “Karen menangis karena iri kan..kakak akan segera bertemu papa dan mama..iya kan…”canda Katrin. Karen menggeleng. “Kakak..tidak akan pernah bertemu mereka…karena kakak akan selalu berada di samping Karen…”kata Karen sedih. Katrin tersenyum. “Dengarlah Karen…”bisik Katrin pada Karen dan sedetik kemudian Katrinpun menghembuskan nafas terakhir di pangkuan Karen. “Kaaaa…kkkaaaakkkkk!!!”teriak Karen keras, sangat keras.

Setahun kemudian….
Di pemakaman umum…
            Seorang berdiri di depan makam yang bertuliskan nama Katrin Larazza Nawaz dengan membawa seikat bungan mawar putih. “Kakak…ternyata kakak benar…keadilan memang tidak bisa diandalkan…hanya kita yang bisa melakukan keadilan itu…”nafas berat terdengar di mulut Karen. “Kakak..aku akan pergi ke luar negeri…tapi kakak tenang saja…akau pasti akan kembali untuk menegakkan keadilan itu lagi dan menemukan orang yang bertanggungjawab atas kematian kakak…”kata Karen sambil mengusap makam Katrin. Karen berdiri, bersiap untuk pergi. “Titip salam buat papa dan mama ya…”kata Karen sambil tersenyum tipis. Kemudian Karen pergi meniggalkan makam kakaknya, Katrin. Angin berhembus kencang di sekitar makam, menerbangkan kertas-kertas bekas yang berserakan. Tampak selembar Koran yang menempel di nisan makam Katrin. ‘Wakil Kepala Kepolisian Pusat akhirnya dibebaskan karena terbukti tidak bersalah…’. Angin kencang pun menerbangkan lembaran koran itu sangat tinggi dan tinggi, mungkin tak sampai jatuh ke tanah lagi.

#### T A M A T ####

  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

penulis

penulis

Halloooo.....

Foto saya
Bekasi, Jawa Barat, Indonesia
You can add me on fb ; Sung Anggie Hyolic or send to my email : My_stories54@yahoo.co.id Selamat menikmati blog pribadiku.... Gamsahamnida...