Di sebuah SMU
favorit di kota
tersebut.
Seorang gadis berusia 17 tahun sedang duduk dengan membaca bukunya. “Hai
Karen, ngapain di sini??” tanya Elia, sahabat Karen. Karen hanya menatap wajah
sahabatnya itu sekilas lalu melanjutkan membaca lagi. “serial detektif…”ucap
Elia sambil membaca judul buku yang dibaca Karen. Karen menutup bukunya dan
menghela nafas. “Loe mau jadi detektif…??”tanya Elia. “Memang kenapa??”tanya
Karen. “Emang loe gak takut ya, kalo jadi detektif kan selalu berurusan dengan penjahat..loe
gak takut??”tanya Elia. Karen hanya menggeleng pasti. “Lagipula, loe kan cewek…”kata Elia
cepat. “Emang kalo gue cewek, gue gak bisa jadi detektif??”tanya Karen. Elia
tertawa. “Ya bukannya gitu, detektif kan
pantesnya yang jadi cowok…”kata Elia sambil mengambil buku Karen. “Kata
siapa…?”tanya Karen sambil meminum jus apelnya. “Gue..”jawab Elia singkat.
Karen hanya tertawa lalu bersiap pergi dari tempat itu. “Karen tungguin gue
dong..”kata Elia sambil berlari menyusul Karen.
Malam hari, di
sebuah apartment di tengah kota
“Aku pulang…”teriak Karen memasuki apartment. Karen tampak mencari-cari
sesuatu. “Kakak….kakak di mana??”tanya Karen keras. “Ada apa??”jawab Katrin sambil menemui
adiknya. Karen tersenyum lebar melihat kakaknya ada di rumah. “Kakak…Karen kira
kakak pergi lagi..”kata Karen sambil makan malam dengan Katrin. Katrin
tersenyum melihat adiknya yang sangat manja dengannya. Dibelainya rambut
adiknya dengan lembut. “Kakak tidak akan pernah meninggalkanmu…”kata Katrin
sambil tersenyum. “Kakak janji..??”kata Karen sambil menyodorkan kelingkingnya.
Katrin memandang geli pada kelingking Karen. “Ayo..”desak Karen. “Okey..kakak
janji…”kata Katrin sambil mengaitkan kelingkingnya di kelingking Karen.
Keduanya tersenyum bahagia.
Katrin dan Karen sedang menonton televisi di ruang keluarga. Karen
menyandarkan kepalanya di pundak Katrin. “Kak…”kata Karen memecah kesunyian.
“Ya…”jawab Katrin singkat sambil terus membelai rambut adiknya. “Apakah papa
dan mama bahagia di sana??”tanya
Karen sambil terus memandang televise. “Pasti…karena mereka ada di dekat
Tuhan…”kata Katrin pelan. “Apakah orang yang berada di dekat Tuhan pasti
bahagia?”tanya Karen lagi. “Tentu saja…”jawab Katrin singkat. “Kenapa???”tanya
Karen sambil menatap kakaknya. Katrin tersenyum dan memandang Karen. “Karena
mereka tidak perlu menjawab pertanyaan dari kamu…hahahahah”jawab Katrin sambil
tertawa lebar. Karen cemberut lalu memukuli kakaknya. “Huuuuu….”teriak Karen
sambil menjulurkan lidahnya. Katrin tertawa melihat ulah adiknya, lalu menarik
Karen ke dalam pelukannya. “Tapi kakak adalah orang yang paling bahagia meski
tidak berada di dekat Tuhan…”kata Katrin. “Kenapa??”tanya Karen cepat. “Karena
kakak sudah di dekat Karen..”kata Katrin sambil mencium kening Karen. Karen sangat
bahagia dan memeluk Katrin lebih erat lagi. “Aku sayang kakak…sampai
kapanpun…’kata Karen. Katrin hanya bisa mengangguk dan tersenyum lebar.
Keesokan
harinya, di SMU.
Sedang diadakan lomba adu analisis antar siswa. Semua siswa mengerumuni 2
siswa yang menjadi finalis utama setelah mengalahkan hampir 50 siswa dari
berbagai SMU di kota
tersebut. Elia tampak berdiri di barisan paling depan. Dia sibuk mengabadikan
moment ini dengan kameranya. “Ayo…ayo….maju terus…”teriak Elia sangat keras. Teriakan
Elia ditirukan hampir seluruh penonton. “Karen…Karen…Karen…”Elia terus
meneriakkan nama Karen dengan keras. Karen yang berdiri di salah satu podium
pertandingan hanya bisa tersenyum melihat tingkah laku sahabatnya. “Perhatian
semuanya…mohon kepada seluruh pendukung untuk diam dan mari kita saksikan
bersama Final Lomba Adu Analisi Tingkat SMU tahun 2011…”teriak pembawa acara.
Semua penonton, pendukung dan peserta mulai diam dan berkonsentrasi pada acara.
“Hari ini ada yang special, karena yang menjadi juri langsung adalah para
polisi dari kepolisian pusat kota
…”kata pembawa acara dengan jelas. “Gue harus bisa…gue harus bisa mengembalikan
nama baik mama di kepolisian…”batin Karen sambil memperhatikan para polisi dari
kepolisian pusat.
Sementara di
apartment.
Katrin terlihat sedang membersihkan ruangan ketika bel berbunyi nyaring.
Katrin membuka pintu. Seorang laki-laki berdiri di depan pintu dengan tegap.
“Selamat pagi bos, katanya bos ada perlu dengan saya??”tanya laki-laki itu
dengan penuh hormat. Katrin memberikan selembar kertas dan sebuah benda yang
terbungkus dengan plastic hitam. “Hati-hati dan harus selesai tepat
waktu..”kata Katrin tegas. Laki-laki itu mengangguk kemudian membungkuk dan
pergi meninggalkan apartment.
Di SMU.
Lomba adu analisis sudah hampir selesai, tinggal menunggu penilaian dari
juri. Karen yang kini duduk diantara Elia dan para pendukungnya sedang asyik
bercengkrama. “Loe pasti menang…gue yakin..”kata anak laiki-laki pendukung
Karen. “Terima kasih…”kata Karen sambil menundukkan badannya. Karen tersenyum
senang melihat semua temannya mendukung dirinya untuk menang. “Jawaban loe
paling realistis dan masuk di akal, daripada saingan loe itu…”kata Elia sambil
merangkul pundak Karen. “Yaaaa…itu yang hanya ada di otak gue…hehehe”jawab
Karen sambil nyengir. “Ya, sekarang hasil penjurian sudah ada di tangan saya
dan sebelum saya mengumumkan pemenangnya, dimohon untuk kedua peserta kembali
ke podium masing-masing”kata pembawa acara. Karen berdiri di podiumnya. “Dan
pemenangnya adalah….Karen….”teriak pembawa acara. Karen dan semua pendukungnya
bersorak riang. Karen menerima hadiah dari kepala kepolisian pusat. Karen
tersenyum sangat senang. “Hebat loe….”teriak Elia smbil memeluk Karen.
Di Apartment.
Katrin akan menutup pintu, ketika seseorang mengagetkannya. “Angkat
tangan!!!”teriak orang itu. Katrin pun langsung angkat tangan tanpa menoleh
sedikitpun. Orang itu mulai terkekeh kekeh dengan kelakuan Katrin. Katrin
langsung berbalik dan kaget bercampur marah. “Huh…awas ya…”teriak Katrin sambil
terus memukuli laki-laki seumuran dengan Katrin. “Ampun…ampun….bos…”kata
laki-laki itu sambil berusah menghindar dari timpukan kemoceng yang dibawa
Katrin. Katrin menghentikan timpukannya dan memandang laki-laki itu. “Ada apa loe ke sini,
Tom??”tanya Katrin dengan agak ketus. Laki-laki yang bernama Tom hanya tersenyum lalu memeluk Katrin. “Gue
kangen….bos…”kata Tom berbisik di telingan Katrin. Katrin hanya tersipu malu.
Keesokan hari…
Di SMU.
“Hah…loe dijadikan detektif SMU oleh kepolisian pusat??”teriak Elia tidak
percaya. “Sssttttt…jangan keras-keras…”pinta Karen sambil menutup mulut
sahabatnya itu. “Yang bener..???”tanya Elia lagi. Karen hanya mengangguk dan
tersenyum. “Akhirnya, cita-cita loe kesampaian juga untuk jadi seorang
detektif…”kata Elia bangga. “Iya…akhirnya cita-cita gue untuk bisa menjadi
seperti mama dulu, tercapai juga…”kata Karen senang. “Tapi gimana dengan kakak
loe…dia kan
benci banget dengan polisi…”tanya Elia serius. “Untuk sementara, gue akan
menyembunyikan hal ini dari kakak dulu…nanti kalau waktunya tepat, kakak akan
gue kasih tahu…”kata Karen. Elia mengangguk. “Tapi…lebih cepat lebih baik…”kata
Elia sambil mengangguk. Karen memandang sahabatnya. “Ah…loe sok bijak
loe…huuuu”ledek Karen sambil tertawa. Elia pun ikut tertawa.
Di apartment
Katrin menyerahkan secangkir kopi kepada Tom. “Loe masih merahasiakan hal
ini?”tanya Tom. “Apa..?”tanya Katrin sambil meletakkan sepiring kue kering di
hadapan Tom. “Kalo loe adalah ketua gangster terbesar di kota ini…”kata Tom pelan. “Dia tidak perlu
tahu…”kata Katrin sambil meminum kopinya. Tom menghela nafas. “Tapi..lama-lama,
dia akan tahu juga…lebih menyakitkan jika tahu kebenaran dari orang lain…bukan
dari orang yang bersangkutan…”kata Tom sambil memandang wajah Katrin. Katrin
mulai menitikkan air mata. Tom menggenggam tangan Katrin. “Gue tidak bisa…gue
tidak sanggup…gue tidak ingin dia tahu kalau kakaknya adalah seorang
gangster…gue tidak ingin dia benci ma gue…”kata Katrin dalam tangis. Tom
menggenggam erat tangan Katrin, seolah memahami yang dirasakan Katrin saat ini.
“Aku pulang!!!!!”teriak Karen memasuki apartment. Apartment sangat sunyi,
hanya terdengar suara langkah Karen. “Kakak….Kakak…”panggil Karen sambil
mengelilingi seluruh ruangan apartment. “Kakak kemana…”bingung Karen. “Eh…Karen
sudah pulang…selamat datang!!!”sambut Tom dari dapur. “Elo..ngapain loe ada
disini??”tanya Karen sambil menatap Tom. “Kan nungguin adik tersayang pulang sekolah…”jawab
Tom sambil tersenyum lebar. Karen mencibir Tom. “Tidak usah sok baik deh
loe…”kata Karen. “Kan
gue emang baik dari dulu…hahahahahaha…”kata Tom sambil tertawa. Karen hanya
menggelengkan kepalanya mendengar ucapan calon kakak iparnya. “Di mana kak
Katrin???Loe pasti tahu dong..”tanya Karen. “Kakak loe pergi kerja…ini makan
malam buat loe..”jawab Tom sambil menyerahkan sepiring nasi goreng pada Karen.
Karen langsung memakan nasi goreng buatan Tom tersebut. “Memangnya kakak kerja
dimana??”tanya Karen. “Kalau jawaban dari Katrin apa??”tanya Tom balik.
“Katanya sih, kerja di club…”kata Karen sambil menunggu jawaban Tom. “Tuh, loe
sudah tahu…”kata Tom. “Jadi kakak beneran kerja di club???”tanya Karen belum
paham pertanyaan dari Tom. Tom hanya mengangguk. “Mudah-mudahan aja itu
benar…”bisik Karen. “Apa…loe bilang apa??”tanya Tom cepat. “Hah…tidak…tidak
kok…”jawab Karen langsung melahap nasi gorengnya. Tom menatap Karen sambil
tersenyum tipis.
Malam hari….
Di sebuah club
malam
Kerasnya musik di dalam club
menandai malam semakain larut. Tampak Katrin sedang duduk di meja bar dengan
segelas minuman dingin. Matanya menatap ke segala penjuru club seperti sedang
mengamati orang-orang disekitarnya. “Maaf bos…ada berita dari informan
kita…”kata pria berbadan besar sambil menyerahkan sepucuk surat kepada Katrin. Katrin membuka surat itu dan membacanya.
“Okey…sekarang ikut aku…”kata Katrin sambil berlalu meninggalkan club. Pria
besar itu memanggil teman-temannya yang berada di dalam club untuk mengikuti
atasannya. “Tetap awasi orang itu…jangan sampai dia kabur lagi…”kata Katrin
pada salah satu anak buahnya. Pria yang ditunjuk Katrin langsung masuk ke dalam
club lagi.
Katrin berhenti di depan sebuah
mobil mewah yang akan meninggalkan tempat parkir club. “Hey…minggir…”teriak
sopir sambil terus membunyikan klakson. Katrin hanya tersenyum mengejek. Pak
tua yang duduk di belakang sopir terus menatap Katrin tajam. “Anak itu…sangat
mirip…”kata pak tua dengan suara gemetar. “Anda kenal dengan dia??”tanya sopir.
Pak tua mulai ketakutan ketika melihat Katrin mendekati mobilnya dengan dikawal
5 anak buah Katrin. “Mana anak-anak bodoh itu???”teriak pak tua sambil berusaha
mengambil pistol yang ada di bawah jok mobil. “Maksud anda anak buah anda
tuan…???”tanya sopir mulai panik melihat ketakutan di wajah majikannya.
“Iya!!!!”teriak pak Tua sambil menodongkan pistol ke arah Katrin. “mereka semua
mabuk di dalam club..Tuan..”kata sopir sambil menunduk. Katrin sudah berada di
depan pintu mobil pak Tua. “Dasar bodoh!!!!”kesal pak Tua sambil mengarahkan
mulut pistol ke Katrin. “Hallooo…om…masih ingat saya???”sapa Katrin sambil
melihat ke dalam mobil. Pak Tua mulai menggeser posisi duduknya menjauhi kaca
mobil. Katrin memberikan kode pada anak buahnya dan dengan cepat anak buahnya
menyeret pak Tua keluar dari mobil. Pak Tua melawan dengan menembakkan
pistolnya berulang kali, namun nihil karena tidak ada peluru di dalamnya. Pak
Tua berdiri di depan Katrin, ketakutan. “Mencari ini???”tanya Katrin sambil
memperlihatkan 6 butir peluru. Pak Tua itu lalu terduduk dan menangis, menyadari nyawanya dalam bahaya.
“Tolong…tolong maafkan aku…maafkan …”kata pak Tua dalam isak tangisnya. Katrin
tertawa keras. “Apa!!!!maafkan…tidak akan pernah bisa….sampai kapanpun..saya
tidak pernah bisa maafkan om….jadi…selamat jalan…om….”kata Katrin sambil
tersenyum pahit dan menembakkan peluru ke tubuh pak Tua. “Kenapa…???’teriak pak
Tua dengan tubuh lunglai lalu jatuh ke tanah. Katrin menunduk. “Karena
anda…orang tua saya pergi untuk selama-lamanya…”kata Katrin lirih bersamaan
dengan hembusan nafas terakhir pak Tua. Katrin meninggalkan tempat kejadian
dengan linangan air mata di kelopak matanya. “Bos…bagaimana dengan dia??”tanya
salah satu anak buah Katrin sambil menunjuk sopir pak Tua. “Bereskan
semua..jangan sampai ada jejak…”kata Katrin cepat lalu pergi. Beres bos…”teriak
anak buah Katrin.
Siang hari…
Di SMU
“Hei Karen…ada kasus lagi ya??”tanya
Elia pada sahabatnya yang tengah asik membolak balikkan catatan dari
kepolisian. “Iya nih…”jawab Karen singkat. “Kasus sulit ya??”tanya Elia
penasaran. “Enggak kok…masih kasus mudah..”jawab Karen sambil sibuk membaca
catatan dari kepolisian. “Eh Karen…hari minggu kita shopping yuk??”ajak Elia.
“Sori…gue gak bisa…gue harus mecahin kasus ini sebelum masa kadaluarsa…”sesal
Karen,menatap Elia. Elia cemberut. “Semenjak loe jadi detektif SMU, kita jarang pergi bareng kan…loe malah sering
pergi dengan para polisi…sementara gue…gue sering manyun di kamar aja…”curhat
Elia dengan nada sedih. Karen menatap wajah sahabatnya dengan rasa bersalah.
“Baiklah…tapi kita keluar malam minggu ya…soalnya…”jawab Karen tapi terpotong
karena Elia langsung memeluknya. “Yaaaiiiii….asyyiiiiikkkk…akhirnya loe mau
juga…”senang Elia. Karen tersenyum melihat Elia.
Di apartment…
Katrin sedang memasak di dapur
sambil mendengarkan musik klasik kesukaannya. Dipandanginya foto keluarganya
yang diambil 10 tahun yang lalu sebelum orang tuanya meninggal. Wajah Katrin
berubah menjadi sangat sedih, memendam kerinduan yang teramat sangat.
Pikirannya kembali mengenang masa-masa orang tuanya masih hidup. Tak terasa air
matanya mulai jatuh. Bunyi air yang mendidih, membuyarkan lamunannya.
“Eh…”kaget Katrin sambil menghapus air matanya. “Ma…Pa…hari ini Katrin akan
memasak semur telur kesukaan Karen. Semoga kelak dia menjadi anak yang baik.
Tidak seperti Katrin”kata Katrin pada foto orangtuanya dan kemudian kembali
memasak.
‘Tong Tong…Tong Tong…’suara bel
menggema di seluruh ruangan apartment. “Iya…sebentar…”teriak Katrin lalu
membuka pintu. “Hai…”sapa Tom ramah. “Tom…ada apa??”sambut Katrin senang.
“Hhmmm…baunya enak…loe masak apa??”tanya Tom langsung menuju ke dapur. “Semur
telur untuk Karen…kalau kamu mau coba aja…”kata Katrin. “MMmnnnn…nyammyyy..enak
banget…”kata Tom sambil tersenyum. Katrin ikut bahagia. Dering hape Katrin
membuyarkan suasana yang ada. “Sebentar..gue harus terima ini dulu..”pinta
Katrin. “Silahkan…”jawab Tom sambil terus makan. “Iya…apa!!!!Baiklah aku akan
segera ke sana…”kata
Katrin sambil bersiap untuk pergi. “Loe mau kemana??”tanya Tom,bingung. “Ada urusan mendadak di
tempat kerja…gue harus pergi…loe disini sampai Karen pulang ya…”kata Katrin. “Tapi…”jawab
Tom. “Sebentar lagi dia pulang…katakana padanya gue ada kerjaan..”kata Katrin
sambil keluar apartment. Tom menatap kepergian Katrin. Lalu dia menghubungi
seseorang dengan hapenya.
Di kepolisian
pusat..
“Ternyata anak itu bisa diandalkan
juga ya…”kata seorang polisi sambil meminum kopinya. “Iya…bayangkan saja baru
satu bulan dia dilantik jadi detektif SMU, sudah 20 kasus yang dia pecahkan
dengan mudah…jadi meringankan pekerjaan kita saja…”lanjut polisi yang lain.
“Orang tuanya pasti bangga, memiliki anak dengan kemampuan yang
dimilikinya…ckckckckck..mudah-mudahan putraku menjadi seperti dia…”kata polisi
yang paling gemuk. “Tidak mungkin…putramu kan sudah 2 yahun tapi belum pandai
bicara…”ejek polisi yang lain dan diiringi tawa polisi lainnya. “Bukankah orang
tua anak itu sudah meninggal…”kata polisi yang lain. “Apa itu benar???”tanya
yang lainnya penasaran. “Hei!!!Bukannya bekerja..malah sibuk membicarakan orang
lain…!!!”bentak kepala polisi yang sudah berada di belakang para polisi
tersebut. “Maafkan kami..pak…”kata para polisi itu sambil menunduk. Kepala
polisi berlalu dan menuju kantornya. “Huh…untung tidak dihukum…”kata para
polisi sambil bernafas lega.
Kepala polisi itu duduk di dalam
ruangan yang sejuk. Ditatapnya sebuah kertas dan terus dibacanya
berulang-ulang. Pikiranya kembali mengingat obrolannya dengan kepala polisi
divisi III semalam.
*flashback*
“Kamu tahu,
rahasia si detektif SMU itu??”tanya kepala polisi divisi III. “Apa??”tanya
kepala polisi. “Orangtuanya meninggal karena kesalahan pihak kita..polisi…”kata
kepala polisi divisi III sambil mabuk. “Sudahlah..jangan bicara asal…kamu sudah
mabuk…”kata kepala polisi tertawa. “Tidak!!!Ini kenyataan..aku mengetahuinya
setelah membaca arsip di sekolahnya…nama ibunya adalah Anna Maureen Larazza…ayahnya
Theoda Nawaz…pasangan unik di dunia kepolisian”kata kepala divisi III. “Kamu
tahu..kalau sampai anak itu tahu tentang kematian orangtuanya…apa yang akan
terjadi…”lanjutnya. Kepala polisi tercengang mendengar ocehan temannya itu.
*present*
Kepala polisi terus memegang biodata
dan foto Karen ditangannya. “Dia anak yang pandai…persis seperti ibunya…taktik
yang dia miliki…persis seperti ayahnya…”kata kepala polisi pada foto Karen.
“Apa yang harus kami lakukan???”tanyanya pelan. Kemudian dia membuka arsip
kejadian tragis yang menimpa orang tua Karen di file yang disimpan rapat-rapat.
“Aku harus menemukan siapa dalang dari semua kejadian itu…”ucapnya sambil terus
membaca arsip lamanya. “Apa!!!”pekiknya ketika melihat hasil penyelidikan yang
tertulis dalam arsipnya.
Pada waktu yang
sama di tempat yang berbeda.
“Jadi orang ini yang telah
menyebabkan itu semua??”tanya Katrin pada anak buahnya. “Iya bos!!”jawab anak
buahnya lantang. Dibukanya foto itu dan tampaklah foto seorang pria tua dengan
seragam polisi melekat pada badannya. “Bukankah dia…wakil kepolisian
pusat…”kata Katrin tercengang. “Iya benar bos…setelah kami telusuri jejak yang
bos berikan…kami mendapatkan informasi tentang orang inilah yang menyebablkan
terjadinya kejadian itu…”kata anak buah Katrin. Katrin meremas foto itu. “Kamu
akan merasakan akibatnya…”marah Katrin.
Pagi hari yang
sangat cerah..
Di SMU..
“Karen…ntar malam jadi kan???”tanya Elia. Karen
mengangguk sambil terus mencatat pelajaran yang diajarkan gurunya. “Nanti malam
kita bertemu di halte bis biasa ya…”lanjut Elia yang tampak sangat senang.
“Oke!!!”jawab Karen sambil menunjukkan jempolnya pada Elia. “Elia!!!!Kenapa
kamu senyum-senyum sendiri!!!”bentak guru yang sedang mengajar. “Eh…enggak
apa-apa bu…”panik Elia. “Kalau begitu, kamu maju dan kerjakan soal yang ada di
halaman 47…sekarang!!!”perintah guru yang tampak marah. Elia yang ketakutan pun
langsung maju. Sementara Karen hanya bisa tertaw dalam hati, takut kena marah
juga. Kepala polisi tampak sedang mengamati keadaan kelas Karen dari luar.
“Anda mau bertemu dengan Karen??”tanya kepala sekolah yang mengagetkan kepala
polisi itu. “Eh..iya pak..kalau diperbolehkan…”jawabnya sambil terus mengamati
Karen. “Baiklah..ikuti saya…”kata kepala sekolah sambil berjalan meninggalkan
tempat itu. Kepala polisi mengikuti perginya kepala sekolah. “Silahkan menunggu
di sini, saya akan panggilkan Karen..”kata kepala sekolah lalu pergi. Kepala
polisi duduk di dalam ruang tamu kepala sekolah.
Sementara di
apartment…
Katrin tampak sibuk membereskan
kamar adiknya. “Anak itu…sampai kapan dia bisa tidur di kamar yang berantakan
seperti ini…”omel Katrin melihat kamar Karen yang seperti kapal pecah. Katrin
mengambil kertas-kertas yang berserakan di lantai kamar. “Apa ini??Bukankah ini
lambang kepolisian??”tanya Katrin sambil membaca kertas-kertas yang berasal
dari catatan kepolisian. Katrin terlihat sangat marah, lalu dirobek-robeknya
kertas itu dan di buang sembarang.
“Aku pulang!!!!”teriak Karen
memasuki apartment. “Kakak…”kata Karen mendekati kakaknya yang sedang duduk di
meja makan. Katrin menatap Karen tajam lalu ditamparnya adik yang paling
disayanginya itu. Karen kaget menerima tamparan dari kakak yang dikenalnya
sebagai kakak yang baik dan selalu tersenyum. “Kenapa???”teriak Karen. Katrin
menangis keras. “Kenapa jadi detektif…kenapa??”tanya Katrin di sela tangisnya.
Karen menangis sambil memeluk kakaknya. “Sudahlah….gue sudah muak dengan semua
ini…”kata Katrin sambil melepaskan pelukan Karen dan mendorong Karen hingga
terjatuh. Katrin menghubungi seseorang lewat hapenya. “Kita lakukan malam
ini…”kata Katrin lalu pergi meninggalkan apartment. Karen berlari mengejar
kakaknya tapi terlambat kakaknya sudah terlanjur masuk ke dalam lift.
“Kakak!!!!Kakak!!!”teriak Karen di depan pintu lift. “Karen hanya ingin
mengembalikan nama baik mama kak….hanya itu alasannya…”kata Karen di sela-sela
tangisnya. Tom menyaksikan kejadian itu dari kejauhan, dan dia sedang
menghubungi seseorang dengan hapenya.
Malam hari yang
dingin..
Karen menuju halte bis untuk bertemu
dengan Elia. “Kakak ada dimana???Apakah kakak baik-baik saja??”bisik Karen
sambil menatap foto dirinya dan Katrin di layer hape. “Hei…mau kemana
manis…”kata Tom dari belakang Karen. “Eh loe…ada apa??”tanya Karen curiga.
“Kenapa loe menjauh gue??ayo kita jalan bersama…”ajak Tom sambil berusaha
meraih tangan Karen. “Tidak…terima kasih…”tolak Karen lalu berlari menjauhi
Tom. “Cepat!!!Tangkap dia!!!”teriak Tom keras. Karen kaget seketika banyak
orang yang mengelilinginya. Diseretnya Karen ke hadapan Tom. “Kenapa loe
menghindar sayang…kan
gue calon kakak ipar loe…”kata Tom sambil tersenyum. “Sudah kuduga..loe orang
jahat…”teriak Karen. “hahahahah…asal loe tahu ya…kakak loe itu lebih jahat dan
kejam…”kata Tom sambil mengacak-acak rambut Karen. “Apa!!!”tanya Karen
penasaran. Tom memasuki mobilnya sambil tertawa lepas. Karen juga dimasukkan ke
dalam mobil yang berbeda dengan Tom. Tapi kedua mobil itu melaju kea rah yang
sama.
Di Kepolisian
pusat..
Kepala polisi sedang mencerna
kata-kata yang diucapkan Karen di sekolah siang tadi. “Aku sudah membaca
berkas-berkas tentang kematian orang tuaku dari catatan kepolisian…dan aku
mendapatkan fakta yang bisa mengembalikan dama baik orang tuaku…meski papa
adalah ketua gangster…tapi papa adalah orang yang baik…yang tidak akan
melakukan serangkaian pembunuhan berantai yang dikasuskan oleh kalian…para
polisi…anda pasti sudah membaca kesimpulanku bukan??”….
“Maaf pak…anda
disuruh wakil kepala pusat untuk menghadap beliau…”kata polisi bawahannya.
“Baik…”kata kepala polisi.
Ruang yang sangat luas itu tampak
sunyi di malam hari, hanya terlihat percakapan wakil kepala kepolisian pusat
dengan kepala polisi. “Kita akan melakukan penangkapan terhadap ketua gangster
yang telah melakukan pembunuhan beberapa bulan terakhir…”kata wakil kepala
pusat. “Apakah yang anda maksud adalah serangkaian pembunuhan yang melibatkan
mantan ketua gangster dahulu yang berhubungan dengan kejadian tragis di
kepolisian pusat 10 tahun yang lalu…”tanya kepala polisi. “Iya…kau benar…”kata
wakil kepala. Wajah kepala polisi langsung cemas seketika.
Elia menunggu di halte bis dengan
rasa panic. “Kenapa Karen belum dating juga ya…”tanyanya dalam hati. Tiba-tiba
ada mobil yang berhenti di depannya. “Anda kan kepala polisi itu…”sapa Elia. “Dimana
Karen???”tanya kepala polisi dengan cemas. “Saya juga tidak tahu pak…dari jam 6
saya sudah menunggunya di sini tapi dia tidak muncul juga…”kata Elia ikut
cemas. “Okey..baiklah…lebih baik kamu pulang saja...kucarikan Karen…”kata
kepala polisi lalu meninggalkan Elia di halte bis. “Dia akan melakukan rencana
busuknya lagi untuk menyelahkan orang lain…kali ini tidak bisa kubiarkan…”kata
kepala polisi sambil melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Hujan turun
dengan derasnya...
Di gudang
kosong…
Wakil kepala kepolisian pusat
berdiri berhadapan dengan Katrin di tengah gudang yang hanya diterangi cahaya lampu yang
remang-remang. Di sisi lain, Karen yang mulutnya ditutup kain hanya bisa
melihat kakaknya berhadapan dengan wakil kepala kepolisian pusat dan tidak bisa
melakukan apa-apa. “Lihat…dan dengarkan…siapa kakak loe itu sebenarnya…”kata
Tom sambil mengacak-acak rambut Karen. “Tak pernak disangka…gadis manis
secantik dirimu bisa melakukan perbuatan kejam seperti itu…”kata wakil kepala
sambil bertepuk tangan. “Iya…dan yang terakhir akan mati adalah….anda… tuan
wakil kepala kepolisian pusat…”kata Katrin sambil menodongkan pistolnya ke dahi
wakil kepala pusat. “Kakak!!!Jangan lakukan itu…”teriak Karen yang tiba=tiba
muncul di belakang Katrin. “Karen…”kaget Katrin mengetahui adiknya ada di sini.
“Meskipun kakak menjadi seorang gangster seperti papa…tapi jangan sampai
melukai orang lain…”kata Karen. “O..o…o….kejadian ini mirip dengan kejadian 10
tahun yang lalu…sangat mirip…”kata wakil kepala pusat dengan keras.
“Apa…”teriak Katrin dan Karen bersamaan. “Dulu yang ada dihadapanku adalah
sepasang suami istri yang saling mencintai….sekarang kakak adik yang saling
menyayangi…berusaha saling melindungi…begitu mengharukan…”kata wakil kepala
pusat seolah mengejek. “Kurang ajar…matilah kau…”teriak Katrin sambil
menembakkan pistolnya ke wakil kepala pusat tapi di tangkisnya pistol oleh
Karen hingga terjatuh di lantai.
Hening seketika di dalam gudang.
Wakil kepala masih tampak shock atas kejadian yang baru saja dialami yang jika
peluru tidak meleset maka dia akan mati. “Kenapa kau melakukan itu pada orang
tuaku!!!”teriak Katrin keras. “Hahahaha…karena orang tuamu adalah tipe orang
yang mudah dibodohi…dan mudah dimanfaatkan…”kata wakil kepala pusat sambil
tertawa lebar. “Kurang ajar!!!”rasa benci semakin memenuhi hati Katrin.
“Kakak…biarkanlah keadilan yang akan menghukumnya…”kata Karen cepat. “Kau
benar…detektif cilik…sekarang tangkap 2 gadis ini dengan tuduhan pembunuhan
berantai…”teriak wakil kepala pusat kepada bawahannya yang bersembunyi di
bagian-bagian dalam gudang. Tidak ada satupun bawahan wakil kepala pusat yang
keluar. “Ada
apa ini??”teriaknya. “Maaf pak…tapi kami mendapat perintah langsung dari kepala
kepolisian pusat untuk segera menangkap anda…”kata kepala polisi diikuti dengan
banyaknya bawahan yang segera menangkap wakil kepala pusat. Katrin dan Karen
tercengang dengan yang mereka lihat. “Terima kasih Karen..karena kamu telah
berhasil memcahkan kasus orang tuamu…tapi maaf..kakak kamu harus ikut kami
juga,,,”kata kepala polisi. Karen memeluk Katrin dengan erat. “Karen jangan
nakal…harus bisa masak sendiri…merapikan kamar sendiri…jangan sampai membakar
rumah ya…”kata Katrin memeluk adiknya erat. “Kakak…”kata Karen melihat Katrin
dibawa 2 anggota polisi. Kepala polisi menenagkan Karen. “Kau harus masuk
program perlindungan saksi…”katanya. Karen mengangguk. ‘Doorrr!!!!’suara
tembakan mengagetkan Karen dan seluruh polisi yang ada di gedung itu. Karen
melihat kakaknya jatuh terkulai di tanah. “Ka..kakkk!!!”teriak Karen
menghampiri kakaknya. “Cepat temukan penembak itu!!!”teriak kepala polisi
kepada seluruh anak buahnya. Karen menatap kakaknya yang telah bersimbah darah.
“Jangan menangis…Karen jangan menangis…”pinta Katrin. “Ka..kakkk..”kata Karen
di sela-sela tangisnya. “Karen menangis karena iri kan..kakak akan segera bertemu papa dan
mama..iya kan…”canda
Katrin. Karen menggeleng. “Kakak..tidak akan pernah bertemu mereka…karena kakak
akan selalu berada di samping Karen…”kata Karen sedih. Katrin tersenyum.
“Dengarlah Karen…”bisik Katrin pada Karen dan sedetik kemudian Katrinpun
menghembuskan nafas terakhir di pangkuan Karen. “Kaaaa…kkkaaaakkkkk!!!”teriak
Karen keras, sangat keras.
Setahun
kemudian….
Di pemakaman
umum…
Seorang berdiri di depan makam yang
bertuliskan nama Katrin Larazza Nawaz dengan membawa seikat bungan mawar putih.
“Kakak…ternyata kakak benar…keadilan memang tidak bisa diandalkan…hanya kita
yang bisa melakukan keadilan itu…”nafas berat terdengar di mulut Karen.
“Kakak..aku akan pergi ke luar negeri…tapi kakak tenang saja…akau pasti akan
kembali untuk menegakkan keadilan itu lagi dan menemukan orang yang
bertanggungjawab atas kematian kakak…”kata Karen sambil mengusap makam Katrin.
Karen berdiri, bersiap untuk pergi. “Titip salam buat papa dan mama ya…”kata
Karen sambil tersenyum tipis. Kemudian Karen pergi meniggalkan makam kakaknya,
Katrin. Angin berhembus kencang di sekitar makam, menerbangkan kertas-kertas
bekas yang berserakan. Tampak selembar Koran yang menempel di nisan makam
Katrin. ‘Wakil Kepala Kepolisian Pusat akhirnya dibebaskan karena terbukti
tidak bersalah…’. Angin kencang pun menerbangkan lembaran koran itu sangat
tinggi dan tinggi, mungkin tak sampai jatuh ke tanah lagi.
####
T A M A T ####
Tidak ada komentar:
Posting Komentar