Annyeong Haseyo.....Welcome To My World......

LOVELY....WITH YOUR HEART AND YOUR LOVE....

Minggu, 23 September 2012

The House




Di gedung stasiun televisi
            Sangat ramai di luar sebuah gedung berlantai 20 ini. “Black Star...Black Star!!!!”teriak sekumpulan anak-anak muda sambil membawa poster, light stick, kaos berwarna hitam, dan berbagai pernak-pernik lainnya yang menghiasi tubuh mereka. “Kapan kita boleh masuk pak??”tanya seorang gadis pada petugas keamanan yang menghadang mereka untuk memasuki gedung. “Nanti...setelah jam 2 siang...Apa kamu tidak sekolah??”tanya petugas itu sambil mengamati seragam sekolah dari balik jaketnya. “Buat apa sekolah, lebih baik aku lihat Black Star saja...”teriak gadis lainnya. “Bukan begitu…teman-teman Staring???”teriak gadis itu. “Yaaaa….!!!!!”jawab hampir seluruh anak-anak muda dengan kompak. Petugas keamanan hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. “Black Star memang menjadi bintang di negeri ini ya…”kata petugas keamanan kepada petugas keamanan yang lain. “Iya, benar…putriku saja yang baru berusia 10 tahun sudah pandai menyanyi dan menarikan hampir semua lagu Black Star….”jawab petugas keamanan itu. “Aku ingin foto bareng dengan mereka dan kalau bisa sih aku ingin foto berdua dengan si bontot, Karen…hehehehe…”sela petugas keamanan yang lain. Dua petugas keamanan yang sedang mengobrol langsung berpandangan dan mengelengkan kepalanya.
            Di dalam gedung pertunjukkan, semua kru tampak sibuk mempersiapkan segalanya. “Hari ini Black Star akan menyanyikan dua lagu dengan property penuh. Kita harus menyiapkannya segera dan menempatkannya dengan baik..”teriak petugas panggung. “Baik…”jawab para pegawainya. “Black Star hari ini akan tampail dengan 2 lagu??”tanya salah seorang pegawai kepada asisten produser. “Iya…kata managernya mereka akan mengucapkan rasa terima kasih kepada para fansnya yang telah mendukung mereka hingga mereka mampu meraih posisi 1 di berbagai chart musik dalam 3 bulan terakhir ini…”jawab asisten produser sambil memantau pekerjaan para pegawainya. “Baru kali ini, ada lagu yang begitu populernya hingga mampu bertahan di posisi puncak sampai 3 bulan….mereka luar biasa…”puji asisten produser kepada produser Black Star yang duduk di kursi penonton. “Mereka telah bekerja keras dan mau terus berusaha…jadi hal ini memang mereka pantas mendapatkannya…”kata produser Black Star. Asisiten produser hanya mengangguk menyetujui perkataannya.
Di sebuah apartment di tengah kota.
            Tampak kesibukan yang dilakukan para wanita 20 tahunan ini. “Siapa yang sedang mandi???”teriak wanita berambut panjang coklat, Stephanie. “Nana….dia baru saja masuk…”jawab Linda sambil terus makan cemilan yang ada di meja. “Kakak....baju apa yang cocok buatku ya???”tanya wanita berambut pendek coklat, Katie, sambil terus memilih baju dari lemari bajunya yang sudah sangat penuh. “Ini saja....ini sangat cocok untukmu...”jawab wanita berambut merah panjang, Anggun, sambil menyerahkan baju berwarna putih dan celana pendek hitam dan juga sweater berwarna hitam bergaris putih. “Terima kasih kak...”kata Katie sembari langsung memakai bajunya. “Di mana Lisa???”tanya Karen keluar dari kamar mandi. “Eh...dia belum bangun...bangunkan dia...cepat....”teriak Stephanie. Karen pun langsung lari menuju kamar Lisa. “Padahal kan kamu teman sekamarnya, malah lupa dengan Lisa yang masih teretidur pulas..ckckckck..”omel Linda. “Hehehe..maaf...”jawab Stephanie sambil menggaruk tangannya.

Perjalanan menuju gedung stasiun televisi
“Hari ini kita akan menyanyikan 2 lagu sebagai ucapan terima kasih kita kepada para fans...jadi kita harus persiapkan pertunjukkan kita dengan sebaik-baiknya...”kata Stephanie, sang leader. “Iya...!!!”jawab lainnya dengan semangat. “Oh ya..katanya nanti malam kita akan mendapat hadiah dari produser kita lho...”kata Stephanie tiba-tiba. “Beneran???Orang seangker itu mau memberikan kita hadiah???”tanya Lisa. Karen menyetujui ucapan Lisa dengan anggukannya. “Sssttt..jangan begitu…meski dia angker dan galak seperti monster, tapi karena dia juga kita bisa jadi seperti sekarang...”kata Linda dengan bijak. “Iya...seperti malaikat maut!!!”timpal Nana yang diiringi tawa dari anggota yang lain. “Aku datang...kalian akan langsung mati!!!”kata Karen sambil membesarkan suaranya sehingga terdengar lucu. “Ih…itu membuatku takut…”kata Anggun sambil memeluk lengan Katie. Semua tertawa senang dalam mobil yang mereka tumpangi. “Lihat….para fans kita sudah memenuhi halaman gedung..”teriak Katie. Semua anggota langsung melihat ke arah yang ditunjuk Katie. “Wah…padahal baru jam setengah 2 siang….apa mereka membolos demi melihat kita??”tanya Linda sambil mengelengkan kepalanya. “Wah...nanti kita ke dalamnya bagaimana??”tanya Lisa cemas. “Iya..ya...nanti kita akan dikerumuni seperti minggu lalu...ckckckc...”kata Karen cemas. “Itulah resikonya jadi bintang...harus dijalani...”kata Nana dengan bijak. “Berati nanti Nana yang keluar duluan, membuka jalan buat kita…”usul Lisa tiba-tiba. “Iya..benar-benar...”teriak yang lain. Nana langsung diam dan mencibir ke arah Lisa. “Tidak...menakutkan sekali..”kata Nana kemudian. “Huuuuuu....”teriak yang lain sambil mengusap rambut Nana.

Di ruang tunggu artis Black Star
            Para personil Black Star sedang berganti baju dengan kostum panggung yang sudah disiapkan asisten mereka. “Black Star kalian tampil ke 5 dan 10 ya…”teriak asisten produksi. “Baiklah…”teriak Stephanie sambil di make up. “Kita akan bertanding dengan siapa di urutan atas?”tanya Linda. “Sepertinya dengan White Moon”jawab Nana. “Oh..aku tahu itu..yang lagunya…Give me…Give me..Give me your love…baby…begitu kan??”tanya Lisa sambil menyanyi. “Nananananana….tetap yang nomor satu adalah kita….Never Mind…Never remember…Just forget…And put in dark box….Good Bye…”kata Karen sambil menarikan lagu grupnya. “Iya!!!!”teriak yang lain. “Begitu sombongnya kah kalian???”kata seseorang tiba-tiba dari balik pintu. “Siapa itu??”tanya Stephanie kaget. Pintu terbuka perlahan dan tampaklah Ibu Intan, manager Black Star. “Ibu…mengangetkanku saja…”kata Stephanie lega. Ibu Intan tersenyum dan memandang ke 7 wanita di depannya. “Kalian harus memberikan yang terbaik yang kalian bisa…anggaplah ini penampilan kalian yang terakhir…dan berikan kepada fans kalian kenagan yang tak terlupakan…”kata Ibu Intan. “Baik…”teriak semua enggota Black Star kompak.
Panggung pertunjukkan
            “Silahkan kepada Black Star dan White Star untuk di depan panggung…dan kepada pengisi acara yang lain berada di belakang…karena kita akan mengumumkan siapa sang juara minggu ini…”kata MC Andre diiringi tepuk tangan penonton. “Black Star…Black Star…Black Star!!!!”teriak Starring keras. “Wah…wah…seperti konser tunggal Black Star saja malam ini…”kata MC Andre sambil melirik Black Star. “Iya..benar sekali…tapi malam ini kita semua akan mengetahui apakah Black Star mampu bertahan ataukah akan terkalahkan oleh White Moon…”kata MC Wina. “Huuuu…tidak akan pernah…”teriak Starring keras. “Wah…para pendukung Black Star tidak rela….”kata MC Andre sambil tertawa. “Iya…tapi lihat saja Black Star dan White Star sama-sama cantik, lagunya keren, dan juga sama-sama terdiri dari 7 wanita tinggi dan langsing…”kata MC Wina sambil melihat kea rah Black Star dan White Moon. “Tapi…bukan itu yang mendasari penilaian kita…penilaian yang sebenarnya adalah…silahkan monitor menampilkan hasilnya…”teriak MC Andre. Angka sari dua grup idola itu terus merangkak naik, dan semakin naik. White Moon sudah berhenti di angka 7000 sedangkan Black Star terus merangkak naik dan baru berhenti di angka 25000. “Horeee!!!!”teriak Starring keras. “Dan pemenangnya adalah Black Star!!!”teriak MC Andre dan MC Wina sambil menyerahkan piala dan seikat bunga.
Di sebuah tempat makan
‘Klikk!!!’tivipun dimatikan. “Hebat…hebat sekali…”teriak produser dengan gembira. Seluruh anggota Black Star dan Ibu Intan juga tertawa bahagia. “Kemenangan 12 kali berturut-turut….kita baru memecahkan rekor baru…”teriak produser sambil mengambil  minuman. “Oh ya...malam ini kalian akan mendapatkan hadiah istimewa dariku....pasti kalian akan menikmatinya....dan juga kalian mendapat waktu libur 3 hari untuk dapat menikmati hadiah dariku ini...”kata produser dengan bangga. “Wah...terima kasih banyak pak...”teriak Lisa dan Karen hampir bersamaan. “Tuh lihat…produser bukan monster kan???Dan bukan malaikat maut kan??”tanya Ibu Intan sambil tertawa. Stephanie, Nana, Lisa, Karen, Linda, Anggun dan Katie tertawa menutupi malu karena ketahuan pernah mengolok-olok produsernya.

Di depan sebuah rumah mewah dan megah yang dikelilingi taman bunga dan pagar tinggi
            Para anggota Black Star menyaksikan rumah itu dengan terpesona. “Wah…indah sekali…”teriak Anggun. “Sangat mewah….”kata Katie tanpa sadar. “Wow…..mengagumkan…..”teriak Stephanie dan Karen lalu mereka berdua tertawa menyadari ucapan mereka sama. “Aku belum pernah melihat rumah semegah ini sebelumnya….bahkan lebih megah dari rumah ibuku…”kata Linda. “Iya…lebih besar tentunya…”kata Nana. “Ini sudah menjadi milik kita bukan??”tanya Lisa tiba-tiba. Semua memandang ke arah Lisa. “Tentu saja...”jawab Nana sambil memukul kening Lisa. “Huuuu.....!!!!”ejek lainnya. “Kalau begitu kenapa kita masih di luar...ayo segera masuk dan menikmati rumah baru kita...”teriak Lisa dengan semangat. “Ayoooo....”teriak lainnya sambil berlari menuju rumah bercat putih gading itu. Semua anggota Black Star sibuk mengelilingi rumah dan mengamati rumah itu. Malam itu mereka tidur pulas di kamarnya masing-masing. Sementara di taman, hembusan angin malam menggoyangkan seluruh bunga yang ada di taman hingga ayunan berayun dengan sendirinya.
Hari minggu yang cerah di rumah baru Black Star
            Nana dan Linda masih asyik berolahraga di ruangan Gym pribadi. Lisa dan Karen masih tertidur di balik selimutnya. Stephanie sibuk dengan jadwal Black Star yang harus di susun ulang akibat liburnya mereka selama 3 hari ke depan. Anggun dan Katie sibuk membuat sarapan di dapur, meski ada pembantu yang membantu mereka sekarang. “Biarkan kami yang buat Bik, silahkan Bibik mengerjakan hal yang lain saja...”kata Katie sambil meminta wajan dari tangan Bibik. Bibik itu diam saja lalu pergi. “Bibik aneh ya...dari kemarin dia tidak pernah bicara sama sekali pada kita...”kata Anggun pelan. “Iya...aku juga merasakan hal yang sama..apalagi tangannya itu dingin sekali...”kata Katie sambil membuat roti bakar. Anggun mengangguk-angguk sambil mengolesi margarin ke roti bakan Katie.
            Stephani sibuk menuliskan sesuatu di buku catatannya, tiba-tiba ada darah yang menetes membasahi buku catatannya. “Ya ampun...aku mimisan lagi....”katanya sambil mengusap tisu pada lubang hidungnya. Tiba-tiba ada tangan dingin dan kaku memegang kening Stephanie. “Aakkhhhh!!!!”pekik Stephanie kaget. Dia lalu berbalik dan melihat Bibik sudah berada di belakangnya. “Bibik…megagetkanku saja….”kata Stephanie. Bibik tanpa sepatah katapun memberikan kompres air dingin untuk mengompres kepalanya. “Terima kasih Bik…tapi menurutku Bibik sendiri butuh minuman hangat uantuk menghangatkan badan…tangan Bibik dingin sekali…”kata Stephanie sambil tersenyum. Bibik hanya membungkukkan badan lalu pergi meninggalkan Stephanie. “Kenapa dia tidak pernah menjawab pertanyaanku??”batinnya mulai kesal.
            Di ruang Gym, Linda dan Nana sedang beristirahat setelah berolahraga. “Wah...tempat ini nyaman sekali ya...”kata Nana bahagia. “Iya...jadi betah berlama-lama olahraga di sini...”jawab Linda sambil mengelap keringatnya yang menetes. ‘Tok tok tok...’suara pintu di ketok keras. “Masuklah...”teriak Nana. Pintu terbuka dan masuklah Bibik sambil membawa handuk kecil dan 2 botol minuman. “Terima kasih Bik…”kata Linda langsung meminum minuman itu. Bibik langsung keluar dari ruangan itu. “Dia jelas-jelas tidak mau bicara dengan kita...memang apa salah kita??”tanya Nana penasaran. “Mungkin dia bukan tipe orang cerewet dan bawel seperti Stephanie...hahahaha...”kata Linda sambil tertawa. “Iya benar…kalau leader sih terus saja bicara…bawel…”kata Nana. Nana dan Linda pun tertawa lebar.
            Di kamar Lisa, tampak Lisa tidur di balik selimut bergambar the poohnya. Begitu pula di kamar Karen, yang tertidur di bawah selimut warna biru mudanya. Tiba-tiba angin keras menerpa kamar mereka hingga membuka jendela mereka yang terbuat dari kayu tua. ‘Brraaakkkk!!!!’bunyi benturan itu. Tiba-tiba kedua wanita itu terbangun dari tidurnya dengan keringat mengalir deras di tubuh mereka padahal suhu di kamar sangat dingin. “Mimpi apa barusan???”kata mereka hampir sama. Tampak ketakutan di wajah mereka berdua.
Di ruang makan
            “Hahahahaha...”tawa memenuhi seluruh ruangan. “Mimpi apa kalian??”tanya Nana mengejek. Lisa dan Karen yang baru saja menceritakan mimpi mereka hanya manyun, kesal terhadap teman-temannya yang mentertawakannya. “Ada-ada saja kalian ini...mimpi tentang kematian lagi....”kata Linda. “Makanya...lain kali kalau pagi, kalian itu bangun dan mandi,,,bukannya tidur lagi...tuh akibatnya mimpi buruk...”jelas Stephanie sambil menutup bukunya. “Beneran...aku tidak bohong...seperti sebuah kenyataan saja...aku sampai merinding jika mengingatnya...”kata Karen menyakinkan. “Menakutkan sekali...hihihi...”kata Anggun diiringi tawa Katie. “Ya sudahlah kalau kalian tidak percaya...pokoknya aku tidak akan tidur malam ini...”teriak Lisa kesal. “Jika kau tidur malam ini, maka kematian akan menghampirimu...”ejek Nana dengan mengeraskan suaranya. Yang lainpun langsung tertawa.
Di kantor management Black Star
            Wawancara sedang berlangsung antara produser Black Star dengan beberapa wartawan media lokal dan asing. “Black Star adalah anak-anaku yang istimewa..bukan hanya bakat luar biasa yang mereka miliki, tapi kerja keras dan usahanya pantas diacuni jempol....saya bangga menjadi produser mereka....”katanya sambil tersenyum. Ibu Intan melihatnya dari luar ruangan sambil tersenyum. “Permisi Ibu...ada yang harus saya serahkan kepada Ibu mengenai rumah yang dihuni Black Star sekarang...”kata asisten pegawainya. “Taruh saja di meja...”kata Ibu Intan. “Tapi anda harus membacanya sekarang, karena mungkin bisa menjadi hal yang penting...”katanya sambil terus berusaha menyodorkan kertas itu. Ibu Intan yang kesal karena keasyikannya melihat proses wawancara diganggu, akhirnya berbalik dan melemparkan kertas-kertas itu hingga berceceran di lantai. “Rapikan itu, dan taruh di meja saya...”teriaknya lalu pergi. Pegawai itu sudah pucat pasi takut dipecat tapi takut pula membaca kertas-kertas itu lagi.
Malam hari berkabut menyelimuti kawasan temapt tinggal Black Star
            Lisa dan Karen duduk di ruang tengah. “Apa benar kalian tidak akan tidur malam ini?”tanya Stephanie membuka pembicaraan. “Tidak…tidak….aku harus tetap membuka mataku..”kata Karen sambil ketakutan. Stephanie mulai merasa cemas dengan kondisi Lisa dan Karen yang sangat ketakutan. “Itu kan hanya mimpi…kita pasti baik-baik saja kok…”kata Linda. “Iya…kita akan terus hidup bersama selamanya…”kata Anggun dengan tersenyum. “Ini tehnya…silakan kita minum sama-sama…”teriak Katie sambil meletakkan 7 gelas cangkir di atas meja besar. “Tapi...itu benar-benar seperti kenyataan....rasa takut itu, rasa darah, suara, benar-benar seperti nyata...”kata Lisa sambil menggenggam gelas tehnya. “Ah Lisa...seharusnya aku yang bercerita mengerikan seperti itu....itu kan hobiku membuat kalian takut...sekaang kau ingin merebut keahlianku??”tanya Nana sambil memukul kening Lisa. Semua di dalam ruangan tertawa dengan candaan Nana kecuali Lisa dan Karen yang hanya diam. Tiba-tiba angin kencang membuka jendela besar yang menghadap ke taman belakang. “Akkhhhhhh!!!”pekik semua anggota Black Star. “Ayo kita tinggalkan tempat ini segera...”teriak Karen sambil menangis. “Kamu ini kenapa sih…itu kan hanya angin saja…”teriak Nana sambil menenangkan Karen. Lisa menatap ke taman belakang. “Aku akan menutupnya…”teriak Katie berlari ke jendela yang terbuka. “Jangan!!!!”teriak Lisa tiba-tiba. Katie berhenti dan berbalik. “Kenapa???”tanya Linda. Katie tetap melanjutkan langkahnya menutup jendela. Lisa histeris seketika. Nana memeluk Lisa untuk menenangkannya. “Ada apa sih kalian berdua ini??”tanya Stephanie kesal. “Sudahlah...tenangkan dirimu...”kata Linda. “Hei…ada darah keluar dari hidungmu??”teriak Anggun sambil memberikan tisu pada Stephanie. “Kamu tidak apa-apa??”tanya Linda. Stephanie menggeleng lalu berbaring di kursi panjang. “Malam ini kita beristirahat bersama-sama saja....”usul Stephanie. “Baik...”jawab yang lain.
            Jam besar menunjukkan pukul 02.00 tengah malam, semua anggota Black Star tertidur pulas di ruang tengah, kecuali Lisa dan Karen yang tidak mau memejamkan matanya sedetikpun, meski rasa kantuk mulai menyerang mereka. “Aku...aku...tidak boleh tidur...”kata Karen melirik Lisa. Lisa mengangguk. Tiba-tiba terdengar suara orang mengobrol di lantai 2. Karen dan Lisa memandang ke arah suara itu. “Siapa di sana??”tanya Lisa mulai khawatir. Karen menggenggam tangan Lisa. Suara obrolan itu langsung berhenti, dan berganti bunyi langkah kaki menuju lantai bawah, tempat mereka berada.  Lisa dan Karen menahan nafas ketika ada sesosok wanita seusia mereka yang mendekat dengan perlahan. “Siapa....siapa kamu???”tanya Lisa takut. Wanita itu mendekat dan meletakkan jarinya ke mulut Lisa dan Karen. Tangan dingin itu menempel di bibir Lisa dan Karen membuat mereka bergidik merinding. “Sssstttt…..diam saja ya….kalau ketahuan kita di sini, kita pasti akan dibunuhnya juga…”katanya pelan. Sorot matanya yang dingin dan gelap menambah suasana seram di malam itu. “Apa maksudmu???”tanya Karen gugup. “Kumohon diamlah...”pinta wanita itu sambil berusaha menahan nafas. Suara langkah kaki yang berat mengagetkan mereka bertiga. “Ternyata kamu di sini!!!”teriak laki-laki itu sambil membawa sebilah pisau. “Kumohon...jangan bunuh...aku..biarkan aku hidup...”pinta wanita itu sampai berlutut. Laki-laki itu tidak menghiraukan permintaannya, dan sedetik kemudian ditikamnya tubuh wanita itu berkali-kali hingga tewas seketika. Lisa dan Karen yang melihat kejadian itu hanya bisa menangis. Laki-laki itu melihat ke arah Lisa dan Karen. Lisa dan Karen menggeleng lemah sambil menangis. Laki-laki itu hanya tersenyum lalu pergi meninggalkan Lisa dan Karen dengan menggendong tubuh wanita itu di punggungnya. Lisa dan Karen hanya bisa menangis dan terus menangis, tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Pagi hari yang cerah
            Suara tangisan Anggun membangunkan semua orang yang tidur di ruang tengah. “Ada apa???”tanya Katie panik. “Kamu kenapa??”tanya Linda ikut khawatir. “Aku bermimpi hal yang sama dengan Lisa dan Karen….dan aku melihat aku mati…”kata Anggun pelan. Lisa dan Karen yang mendengar cerita Anggun, hanya bisa melirik Anggun yang sedang menangis. “Apa-apaan ini…apakah mimpi suatu penyakit???”teriak Nana tiba-tiba. “Nana....”kata Linda sambil menengkan Nana. “Leader...apa yang harus kita lakukan...”tanya Katie pada Stephanie. Stephanie hanya diam membisu dan mengamati teman-temannya. “Leader…leader…”teriak Linda keras. “Aku juga mengalami mimpi yang sama, tadi malam...aku malah mati ditusuk oleh laki-laki besar...”cerita Stephanie menahan nafas. Lisa dan Karen langsung teringat kejadian tadi malam. “Aaakkkhhhh!!!!”teriak Nana melepaskan kemarahannya. Tiba-tiba Bibik mumcul dan membawa minuman hangat dan cemilan. Semua anggota Black Star memandang kea rah Bibik. Bibik hanya menunduk lalu bersiap pergi. “Hei…kamu..tunggu dulu…kenapa kamu selalu diam saja???Hah!!!Kenapa tidak mau bicara sama sekali!!!”teriak Nana marah. Bibik itu hanya menunduk lalu pergi. “Hei…kamu bisu ya!!!Cepat jawab aku!!!”teriak Nana. “Sudahlah…”pinta Linda sambil menarik lengan Nana. Bibik itu berbalik badan dan melihat ketujuh wanita di depannya. “Baiklah..jika itu yang kamu minta…tapi jika kalian telah mendengar suaraku..maka kalian tidak bisa keluar dari sini hidup-hidup…”kata Bibik sambil tersenyum sinis. Semua anggota Black Star langsung kaget mendengar ucapan Bibik. “Ya…mimpi yang kalian alami, semuanya adalah peringatan agar kalian segera menjauh dari tempat ini…tapi kini sudah terlambat… mimpi itu akan segera menjadi kenyataan…”lanjutnya pelan. “Apa maksudmu…”tanya Katie. “Malam ini adalah malam 10 tahunnya kejadian itu…kejadian yang merupakan awal dari segalanya…”katanya sambil pergi dari ruang tengah. “Kita harus pergi dari sini…sekarang juga…”teriak Linda.
            Semua anggota Black Star berusaha untuk keluar dari rumah itu, tapi usahanya sia-sia. “Sial…semua rumah dikunci….”teriak Katie kesal. Semua berusaha untuk bisa keluar dari rumah itu, dengan cara berusaha memecahkan jendela kaca, mencongkel pintu, melalui pintu belakang tapi tidak ada hasilnya sama sekali. “Kenapa ini…kenapa ini yang terjadi…”teriak Stephanie. “Aku mau pulang….aku ingin pulang…”tangis Anggun menggema di seluruh ruangan. Mereka mulai kehabisan akal dan tenaga karena telah berusaha keluar dari rumah itu hingga sore hari. “Apa...apa yang harus kita lakukan???”tanya Nana panik. Lisa, Karen, Anggun dan Stephanie yang telah bermimpi tentang kematian mereka hanya bisa pasrah. “Kita harus tetap bersama...apapun yang terjadi...okey..”kata Linda sambil menatap teman-temannya. “Dengar..kita pssti bisa keluar dari sini bersama-sama...”kata Linda pelan sambil berusaha tersenyum.
Kantor management Black Star
            Poster besar Black Star di depan kantor mulai goyah tertiup angin yang kencang. Ibu Intan sedang melihat lagu-lagu yang akan dijadikan single di album terbaru Black Star. Tiba-tiba matanya tertuju pada tumpukkan kertas yang bertuliskan ‘Tragedi Berdarah yang Menewaskan Seluruh Penghuni Rumah..’Ibu Intan menatapnya dan mulai membacanya. “Kejadian ini bermula ketika sang ayah yang mulai mabuk dan kehilangan akal sehatnya karena pengaruh alcohol mulai kesal dengan putri-putrinya yang sangat nakal dan tidak mau dinasehati…lalu mengambil pisau daging dan dengan sengaja membunuh ketiga putrinya dan istrinya dalam semalam…seluruh anggota keluarganya disimpannya dalam ruang bawah tanah dan dia bunuh diri di ruangan itu dengan menusukkan pisau ke jantungnya…..apa-apaan ini…kenapa aku diberi berita criminal seperti ini??”katanya kesal lalu membereskan semua kertas itu untuk dibuangnya. Tiba-tiba ada sebuah kertas terjatuh lalu diamati gambar yang ada di kertas itu. “Bukankan itu gambar rumah Black Star???”gumamnya. “Oh...Tuhan..jangan-jangan....”Ibu Intan terkejut lalu membaca kertas-kertas yang lainnya. “Oh…Tuhanku….mereka dalam bahaya..”teriaknya keras. Ibu Intan berlari ke ruangan produser Black Star. “Dia sedang pergi..”kata sekretarisnya. “Ke mana dia??”tanyanya panic sambil menunggu di dalam ruangan produser.


Rumah Black Star
            Semua anggota Black Star masih berusaha untuk mencongkel pintu ruang bawah yang terkunci rapat. “Siapa tahu ada jalan lain untuk keluar...”kata Linda pelan. “Hei apa-apaan kalian...jangan buka pintu itu!!!!”teriak produser dari belakang. Tapi terlambat, pintu bawah tanah itu terbuka dengan mudah setelah gemboknya lepas. Hawa dingin dan menyengat langsung berhembus keluar dari ruangan itu. “Cepat..kita pergi dari sini!!!”teriak produser sambil menarik anggota Black Star. Merekapun mengikuti produser menuju pintu keluar. “Ayo...cepat-cepat!!!”teriak produser keras. Tiba-tiba pintu tertutup dengan sendirinya. “Ayo kita cari pintu lainnya!!!”teriak produser sambil berlari mencari pintu keluar. Nana yang tertinggal di belakang terjatuh. “Aduh...tunggu!!!”teriak Nana. Tapi yang lainnya tidak mendengar teriakan Nana dan lari terus menjauh. Nana berusaha bangkit dan mulai berlari ketika ada suara yang menghentikannya. “Hei...mau kemana kamu!!!”suara bentakan laki-laki dewasa membuat Nana kaget dan terjatuh lagi. Tiba-tiba ruangan berubah menjadi terang dan tampak di mata Nana seorang laki-laki membawa pisau daging sedang memarahi 3 gadis di depannya. “Apa!!!Kami mau pergi dari sini!!!Di sini kami tidak merasa nyaman tinggal bersamamu!!!Sejak tinggal di sini kau berubah menajdi orang yang kasar dan kejam!!!”teriak gadis berambut merah. ‘Plakkk!!!’tamparan menimpa pipi gadis itu. “Sombong sekali kamu....apa karena sekarang kamu sudah menjadi artis, kamu jadi merasa hebat dan tidak butuh ayah lagi...hah!!!!”teriak laki-laki itu. “Tidak....kami sudah tidak membutuhkanmu!!!”teriak gadis lainnya sambil berlalu meninggalkan laki-laki itu. “Hei...tunggu!!!tunggu!!!”teriak laki-laki itu. Ketiga gadis itu tak menghiraukan perintah ayah mereka. “Dasar...anak nakal!!!Lebih baik kalian mati saja!!!”teriaknya lalu menusukkan pisau itu ke tubuh putrinya sendiri satu persatu hingga ketiganya tewas bermandikan darah. Nana menahan nafasnya sama sekali dan laki-laki itu menghampirinya. “Kau...ibunya yang gagal menjadi ibu mereka....dan kau juga berselingkuh dengan temanku bukan???”tanyanya sambil menatap Nana. Nana menggeleng keras. “Dasar wanita munafik!!!”teriaknya sambil mengayunkan pisaunya untuk menusuk Nana.  “Tiddaaakkkk!!!!”teriak Nana histeris. “Hei Nana!!!”teriak Katie mengagetkan Nana. Nana melihat sekeliling dan semua tampak kembali seperti semula. Tidak ada laki-laki itu, tidak ada 3 gadis itu. “Ayo..kita pergi...”teriak Linda. Nana bangkit dari duduknya dan berlari mengikuti teman-temannya.
Di kantor management Black Star
            Ibu Intan menunggu di ruangan produser. “Kemana dia pergi??”gumamnya panik. Tiba-tiba matanya tertuju pada artikel yang ada di layar komputer. Tulisan besar berwarna biru terus dibacanya. ‘Arwah gentayangan tertangkap di dalam ruang bawah tanah di rumah mewah yang tak berpenghuni’. Ibu Intan menelusuri artikel yang lain. ‘Seluruh anggota grup idola tewas mengenaskan setelah rumah yang mereka tempati terbakar karena ledakan gas’. Ibu Intan mencari artikel lain lagi. ‘Ibu, Ayah dan seorang anak laki-laki dan pembantunya terjebak dalam rumah mewah terkutuk yang baru dihuninya seminggu’.  Ibu Intan terkejut bukan main. “Tuhanku....apa yang harus kulakukan...”katanya mulai menangis. Tiba-tiba ponselnya berdering. “Iya produser…baik..saya segera meluncur ke sana dan akan membukakan pintu depan…”katanya sambil berlari pergi menuju rumah Black Star.
Rumah Black Star
            “Baik…sekarang Ibu Intan sedang menuju kesini..kita pasti bisa melewati malam ini…”kata produser menenangkan anak-anaknya. “Mau kemana kalian!!!!”suara laki-laki mengagetkan semua anggota Black Star dan produser. “Siapa kamu!!!”teriak produser. Laki-laki itu muncul dengan wajah pucat pasi dan membawa pisau daging ditangannya. Semua anggota Black Star menjerit ketakutan. “Sudahlah…kalian tidak bisa pergi dari sini lagi….”kata seorang gadis di sisi kanan mereka. Gadis itu berada di depan sekumpulan gadis berjumlah 10 orang. “Kakak…kakak di sini saja…temani kami di sini….”kata anak laki-laki kecil yang memegang baju Karen. Karen menyingkirkan tangan anak itu segera. “Tidak…kami tidak mau di sini….”teriak produser keras. “Hahaha...seberapa keras usahamu untuk keluar dari sini, tapi kau tidak akan mampu keluar dari sini dengan selamat...”kata seoarang wanita di belakang laki-laki itu. “Bibik....”pekik Linda dan Katie bersamaan. “Sekarang kalian sudah mendengar suaraku bukan???Itulah keinginan kalian dan akhirnya terkabul…bagaimana??Senang??”tanya Bibik sambil tersenyum. “Kenapa???Kenapa Bibik melakukan ini pada kami…padahal Bibik sangat perhatian dengan kami semua…”teriak Nana menangis. “Nana…kau benar-benar anak yang membuatku bersemangat lagi…”jawab Bibik sambil membelai rambut Nana. “Iya..benar aku sangat sayang kalian semua…kalian anak-anak yang berbakat dan memiliki karakter yang kuat…hingga kuputuskan kalian akan di sini selamanya…”kata Bibik sambil menatap seluruh anggota Black Star. “Dan untuk produser…kau benar-benar orang yang sangat sayang pada anak-anakmu ini bukan…hingga rela dating ke sini untuk menyelamatkan anak-anakmu dari bahaya…tapi sayang kau sudah terlambat…”kata Bibik pelan lalu menusuk pisau ke jantung produser. “Akkkhhhhh…tidak…produser….”teriak anggota Black Star keras. “Pergi…larilah dari sini…cepat….ada mobil di belakang rumah ini…gunakan mobil itu dan tabrak pagarnya…cepatttt…”teriak produser sebelum akhirnya menghembuskan nafas terakhir. “Mau kemana kalian???”teriak Bibik sambil mengejar anggota Black Star yang berlari menuju belakang rumah.
Perjalanan menuju rumah Black Star
            Ibu Intan masih terus mencari informasi mengenai rumah mewah itu melalui notebooknya. “Tolong lebih cepat lagi ya pak...”pinta Ibu Intan kepada sopir Black Star. “Baik…”jawab sopir cepat. Ibu Intan sibuk melihat gambar-gambar para korban di rumah mewah itu. “Sebentar..apa ini??”tanyanya sambil menatap foto itu satu persatu. “Ya Tuhan...orang ini sama....”teriaknya panik. “Dia adalah orang yang melamar pekerjaan di rumah itu...dia si Bibik...”teriaknya panik sambil melihat setiap gambar yang ada di notebooknya. Tampak wajah Bibik bersama laki-laki dan tiga orang gadis muda. Di foto kedua, Bibik menjadi pelatih vokal pada grup idola yang tewas terbakar di rumah itu.  Dan di foto ketiga, Bibik menjadi pengasuh untuk anak laki-laki yang ada disampingnya. “Ya Tuhan....siapa dia??”tanyanya panik. “Kita hampir sampai Bu...”kata sopir mengagetkan Ibu Intan. “Iya...segera kesana...”kata Ibu Intan sambil memandang mobil di depannya yang berjalan cukup kencang.
Di rumah Black Star
            “Itu dia mobilnya…”teriak Anggun sambil meunjuk mobil yang parkir di belakang rumah. “Ayo kita segera kesana!!!”teriak Lisa dan tiba-tiba tangan Lisa ditarik oleh Bibik. “Kalian tidak bisa pergi bukan....”tanya Bibik sambil mengalungkan pisau dapur di leher Lisa yang ada di pelukannya. “Lisa...Lisa!!!”teriak Karen dan Stephanie bersahutan. “Jika kalian keluar dari sini..maka Lisa akan mati di sini...”kata Bibik pelan. “Lepaskan Lisa!!!”teriak Nana keras. “Kalian pergi saja...selamatkan diri kalian...”kata Lisa sambil menangis. “Tidak...kami tidak akan pergi tanpa kamu...”kata Linda keras. “Huhuhu...sungguh persaudaraan yang indah...aku jadi terharu dan hampir meneteskan air mata..”kata Bibik sambil tertawa kecil. Katie menatap Karen dan keduanya mengangguk. “Serang!!!”teriak Karen. Katie dan Karen sama-sama menendang Bibik sampai jatuh tersungkur. Lisa ditarik oleh Stephanie. Merekapun berhasil keluar dari rumah itu dan mulai menjalankan mobilnya. “Akhirnya kita bisa keluar dengan selamat…”kata Linda sambil menyetir mobil itu merobohkan pagar rumah dan melaju kencang dijalanan. Bibik hanya bisa menatap kepergian Black Star dengan senyuman yang tersungging di bibirnya. “Selamat datang Black Star…” ucapnya pelan. Mobil yang dikendarai Black Star melaju kencang di jalanan. “Pelan..pelan Linda…”teriak Anggun mulai khawatir dengan kecepatan mobilnya. “Apa….”teriak Linda panik. Semua mata tertuju pada Linda. “Kenapa??Ada apa??”tanya Stephanie cepat. “Remnya blong...”teriak Linda keras. Mobilpun melaju dengan cepat di jalan yang menurun. “Bagaimana ini??”tanya Lisa panik. Nana yang duduk di belakang hanya bisa pasrah ketika dilihatnya sang Bibik sudah terbujur kaku di bawah jok belakang mobilnya. “Dasar…wanita brengsek…dia benar-benar tidak melepaskan kita…”kata Nana mulai menangis. Semua mata tertuju ke tubuh Bibik yang sudah kaku dan dingin. “Sial….”teriak Nana marah. Semua anggota Black Star hanya menangis di dalam mobil dan saling berpegangan tangan satu sama lain. Stephanie mulai menghapus air matanya. “Jika harus berakhir seperti ini, aku akan rela karena aku bersama orang-orang yang kusayangi…”katanya sambil memeluk Anggun yang duduk disebelahnya. Semuanya mengangguk menyetujui ucapan Stephanie. “Seperti lagu kita bukan…Always togethet…forever..and ever….”kata Lisa sambil menyanyi lagi baru Black Star. Semuanya tersenyum mendengar lagu yang dinyanyikan Lisa. Mobil itu melaju tak terkendali dan bertemu dengan mobil yang ditumpangi Ibu Intan, karena jarak yang terlalu dekat akhirnya tabrakan tak terhindarkan lagi.  Mobil Black Star terbalik berkali-kali dan akhirnya jatuh ke dalam jurang sedalam 100 m. Sementara mobil Ibu Intan mengalami kerusakan parah di seluruh badan mobil. Jalanan yang sepi itu mendadak menjadi ramai karena suara benturan yang sangat keras yang membangunkan warga sekitar yang tertidur lelap.
Di rumah White Moon
            “Dengar ada berita yang menghebohkan….”teriak salah satu anggota White Moon sambil menyalakan televise. “Kecelakaan fatal telah menimpa grup idola Black Star tadi malam di jalanan menurun ini….kecelakaan ini menyebabkan seluruh anggota Black Star meninggal di tempat kejadian dengan mengalami luka yang cukup parah…”kata penyiar berita. “Wah….kasihan sekali mereka…”kata anggota White Moon lainnya. “Sungguh di luar perkiraan ya..”timpal lainnya. “Sekarang giliran kita untuk bisa menempati urutan teratas chart minggu ini…”teriak leader White Moon. “Ya..benar!!!”teriak anggota White Moon yang lain.
            Media cetak maupun elektronik memasang berita kematian Black Star dan manajernya serta produsernya menjadi berita utama. Dengan judul berita ‘Kematian Tragis sebuah Grup Idola ditengah Puncak Popularitas’ dengan foto Black Star yang sedang tersenyum manis di bawahnya. “Black Star…Black Star…”teriak para Staring yang berkumpul di depan rumah sakit tersebut sambil menangis pilu. “kami akan selalu menjadi fansmu selamanya…”teriak salah satu fans sambil membawa poster Black Star. Sementara poster Black Star di depan kantor management Black Star terjatuh dengan tiba-tiba dan mengagetkan semua yang berada di sekitar tempat itu. “Selamat jalan bintang..kalian akan jadi bintang bersinar dalam cerita dunia hiburan Negara kita…”kata MC Andre dalam acara musik yang di telah dimenangkan Black Star selama 3 bulan berturut-turut.  
Rumah mewah yang pernah didiami Black Star kini telah sepi dan sunyi kembali. Tidak ada yang berani menempatinya dan membelinya. Angina berhembus kencang, menggoyangkan bunga0bungan di taman dan mengayunkan ayunan di tengah taman. Tiba-tiba terdengar musik mengalun keras dari rumah mewah itu…” Never Mind…Never remember…Just forget…And put in dark box….Good Bye…”lagu hits Black Star mengalun merdu di dalam rumah mewah itu.

^^^^^S.E.L.E.S.A.I^^^^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

penulis

penulis

Halloooo.....

Foto saya
Bekasi, Jawa Barat, Indonesia
You can add me on fb ; Sung Anggie Hyolic or send to my email : My_stories54@yahoo.co.id Selamat menikmati blog pribadiku.... Gamsahamnida...