Di gedung
stasiun televisi
Sangat ramai di luar sebuah gedung berlantai 20 ini. “Black Star...Black
Star!!!!”teriak sekumpulan anak-anak muda sambil membawa poster, light stick,
kaos berwarna hitam, dan berbagai pernak-pernik lainnya yang menghiasi tubuh
mereka. “Kapan kita boleh masuk pak??”tanya seorang gadis pada petugas keamanan
yang menghadang mereka untuk memasuki gedung. “Nanti...setelah jam 2
siang...Apa kamu tidak sekolah??”tanya petugas itu sambil mengamati seragam
sekolah dari balik jaketnya. “Buat apa sekolah, lebih baik aku lihat
Black Star saja...”teriak gadis lainnya. “Bukan begitu…teman-teman
Staring???”teriak gadis itu. “Yaaaa….!!!!!”jawab hampir seluruh anak-anak muda
dengan kompak. Petugas keamanan hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Black Star memang menjadi bintang di negeri ini ya…”kata petugas keamanan
kepada petugas keamanan yang lain. “Iya, benar…putriku saja yang baru berusia
10 tahun sudah pandai menyanyi dan menarikan hampir semua lagu Black
Star….”jawab petugas keamanan itu. “Aku ingin foto bareng dengan mereka dan
kalau bisa sih aku ingin foto berdua dengan si bontot, Karen…hehehehe…”sela
petugas keamanan yang lain. Dua petugas keamanan yang sedang mengobrol langsung
berpandangan dan mengelengkan kepalanya.
Di dalam gedung pertunjukkan, semua
kru tampak sibuk mempersiapkan segalanya. “Hari ini Black Star akan menyanyikan
dua lagu dengan property penuh. Kita harus menyiapkannya segera dan
menempatkannya dengan baik..”teriak petugas panggung. “Baik…”jawab para pegawainya.
“Black Star hari ini akan tampail dengan 2 lagu??”tanya salah seorang pegawai
kepada asisten produser. “Iya…kata managernya mereka akan mengucapkan rasa
terima kasih kepada para fansnya yang telah mendukung mereka hingga mereka
mampu meraih posisi 1 di berbagai chart musik dalam 3 bulan terakhir ini…”jawab
asisten produser sambil memantau pekerjaan para pegawainya. “Baru kali ini, ada
lagu yang begitu populernya hingga mampu bertahan di posisi puncak sampai 3
bulan….mereka luar biasa…”puji asisten produser kepada produser Black Star yang
duduk di kursi penonton. “Mereka telah bekerja keras dan mau terus
berusaha…jadi hal ini memang mereka pantas mendapatkannya…”kata produser Black
Star. Asisiten produser hanya mengangguk menyetujui perkataannya.
Di sebuah
apartment di tengah kota.
Tampak kesibukan yang dilakukan para
wanita 20 tahunan ini. “Siapa yang sedang mandi???”teriak wanita berambut
panjang coklat, Stephanie. “Nana….dia
baru saja masuk…”jawab Linda sambil terus makan cemilan yang ada di meja. “Kakak....baju
apa yang cocok buatku ya???”tanya wanita berambut pendek coklat, Katie, sambil
terus memilih baju dari lemari bajunya yang sudah sangat penuh. “Ini
saja....ini sangat cocok untukmu...”jawab wanita berambut merah panjang,
Anggun, sambil menyerahkan baju berwarna putih dan celana pendek hitam dan juga
sweater berwarna hitam bergaris putih. “Terima kasih kak...”kata Katie sembari
langsung memakai bajunya. “Di mana Lisa???”tanya Karen keluar dari kamar mandi.
“Eh...dia belum bangun...bangunkan dia...cepat....”teriak Stephanie. Karen pun
langsung lari menuju kamar Lisa. “Padahal kan kamu teman sekamarnya, malah lupa
dengan Lisa yang masih teretidur pulas..ckckckck..”omel Linda.
“Hehehe..maaf...”jawab Stephanie sambil menggaruk tangannya.
Perjalanan menuju gedung stasiun
televisi
“Hari ini kita akan
menyanyikan 2 lagu sebagai ucapan terima kasih kita kepada para fans...jadi
kita harus persiapkan pertunjukkan kita dengan sebaik-baiknya...”kata
Stephanie, sang leader. “Iya...!!!”jawab lainnya dengan semangat. “Oh
ya..katanya nanti malam kita akan mendapat hadiah dari produser kita
lho...”kata Stephanie tiba-tiba. “Beneran???Orang seangker itu mau
memberikan kita hadiah???”tanya Lisa. Karen menyetujui ucapan Lisa dengan
anggukannya. “Sssttt..jangan
begitu…meski dia angker dan galak seperti monster, tapi karena dia juga kita
bisa jadi seperti sekarang...”kata Linda dengan bijak. “Iya...seperti malaikat
maut!!!”timpal Nana yang diiringi tawa dari anggota yang lain. “Aku
datang...kalian akan langsung mati!!!”kata Karen sambil membesarkan suaranya
sehingga terdengar lucu. “Ih…itu membuatku takut…”kata Anggun sambil memeluk
lengan Katie. Semua tertawa senang dalam mobil yang mereka tumpangi.
“Lihat….para fans kita sudah memenuhi halaman gedung..”teriak Katie. Semua
anggota langsung melihat ke arah yang ditunjuk Katie. “Wah…padahal baru jam setengah 2 siang….apa
mereka membolos demi melihat kita??”tanya Linda sambil mengelengkan kepalanya.
“Wah...nanti kita ke dalamnya bagaimana??”tanya Lisa cemas. “Iya..ya...nanti
kita akan dikerumuni seperti minggu lalu...ckckckc...”kata Karen cemas. “Itulah
resikonya jadi bintang...harus dijalani...”kata Nana dengan bijak. “Berati
nanti Nana yang keluar duluan, membuka jalan buat kita…”usul Lisa tiba-tiba.
“Iya..benar-benar...”teriak yang lain. Nana langsung diam dan mencibir ke arah
Lisa. “Tidak...menakutkan sekali..”kata Nana kemudian. “Huuuuuu....”teriak yang
lain sambil mengusap rambut Nana.
Di ruang tunggu
artis Black Star
Para
personil Black Star sedang berganti baju dengan kostum panggung yang sudah
disiapkan asisten mereka. “Black Star kalian tampil ke 5 dan 10 ya…”teriak
asisten produksi. “Baiklah…”teriak Stephanie sambil di make up. “Kita akan
bertanding dengan siapa di urutan atas?”tanya Linda. “Sepertinya dengan White
Moon”jawab Nana. “Oh..aku tahu itu..yang lagunya…Give me…Give me..Give me your
love…baby…begitu kan??”tanya
Lisa sambil menyanyi. “Nananananana….tetap yang nomor satu adalah kita….Never
Mind…Never remember…Just forget…And put in dark box….Good Bye…”kata Karen
sambil menarikan lagu grupnya. “Iya!!!!”teriak yang lain. “Begitu sombongnya kah kalian???”kata seseorang
tiba-tiba dari balik pintu. “Siapa itu??”tanya Stephanie kaget. Pintu
terbuka perlahan dan tampaklah Ibu Intan, manager Black Star. “Ibu…mengangetkanku
saja…”kata Stephanie lega. Ibu Intan tersenyum dan memandang ke 7 wanita di
depannya. “Kalian harus memberikan yang terbaik yang kalian bisa…anggaplah ini
penampilan kalian yang terakhir…dan berikan kepada fans kalian kenagan yang tak
terlupakan…”kata Ibu Intan. “Baik…”teriak semua enggota Black Star kompak.
Panggung
pertunjukkan
“Silahkan kepada Black Star dan
White Star untuk di depan panggung…dan kepada pengisi acara yang lain berada di
belakang…karena kita akan mengumumkan siapa sang juara minggu ini…”kata MC
Andre diiringi tepuk tangan penonton. “Black Star…Black Star…Black
Star!!!!”teriak Starring keras. “Wah…wah…seperti konser tunggal Black Star saja
malam ini…”kata MC Andre sambil melirik Black Star. “Iya..benar sekali…tapi
malam ini kita semua akan mengetahui apakah Black Star mampu bertahan ataukah
akan terkalahkan oleh White Moon…”kata MC Wina. “Huuuu…tidak akan
pernah…”teriak Starring keras. “Wah…para pendukung Black Star tidak rela….”kata
MC Andre sambil tertawa. “Iya…tapi lihat saja Black Star dan White Star
sama-sama cantik, lagunya keren, dan juga sama-sama terdiri dari 7 wanita
tinggi dan langsing…”kata MC Wina sambil melihat kea rah Black Star dan White
Moon. “Tapi…bukan itu yang mendasari penilaian kita…penilaian yang sebenarnya
adalah…silahkan monitor menampilkan hasilnya…”teriak MC Andre. Angka sari dua grup idola itu terus
merangkak naik, dan semakin naik. White Moon sudah berhenti di angka
7000 sedangkan Black Star terus merangkak naik dan baru berhenti di angka
25000. “Horeee!!!!”teriak Starring keras. “Dan pemenangnya adalah Black
Star!!!”teriak MC Andre dan MC Wina sambil menyerahkan piala dan seikat bunga.
Di sebuah tempat
makan
‘Klikk!!!’tivipun dimatikan. “Hebat…hebat sekali…”teriak produser dengan
gembira. Seluruh anggota Black Star dan Ibu Intan juga tertawa bahagia. “Kemenangan 12 kali
berturut-turut….kita baru memecahkan rekor baru…”teriak produser sambil
mengambil minuman. “Oh ya...malam ini
kalian akan mendapatkan hadiah istimewa dariku....pasti kalian akan
menikmatinya....dan juga kalian mendapat waktu libur 3 hari untuk dapat
menikmati hadiah dariku ini...”kata produser dengan bangga. “Wah...terima
kasih banyak pak...”teriak Lisa dan Karen hampir bersamaan. “Tuh lihat…produser
bukan monster kan???Dan
bukan malaikat maut kan??”tanya
Ibu Intan sambil tertawa. Stephanie, Nana, Lisa, Karen, Linda, Anggun dan Katie
tertawa menutupi malu karena ketahuan pernah mengolok-olok produsernya.
Di depan sebuah
rumah mewah dan megah yang dikelilingi taman bunga dan pagar tinggi
Para
anggota Black Star menyaksikan rumah itu dengan terpesona. “Wah…indah
sekali…”teriak Anggun. “Sangat mewah….”kata Katie tanpa sadar.
“Wow…..mengagumkan…..”teriak Stephanie dan Karen lalu mereka berdua tertawa
menyadari ucapan mereka sama. “Aku belum pernah melihat rumah semegah ini
sebelumnya….bahkan lebih megah dari rumah ibuku…”kata Linda. “Iya…lebih besar
tentunya…”kata Nana. “Ini
sudah menjadi milik kita bukan??”tanya Lisa tiba-tiba. Semua memandang ke arah
Lisa. “Tentu saja...”jawab Nana sambil memukul kening Lisa. “Huuuu.....!!!!”ejek
lainnya. “Kalau begitu kenapa kita masih di luar...ayo segera masuk dan
menikmati rumah baru kita...”teriak Lisa dengan semangat. “Ayoooo....”teriak
lainnya sambil berlari menuju rumah bercat putih gading itu. Semua anggota
Black Star sibuk mengelilingi rumah dan mengamati rumah itu. Malam itu mereka
tidur pulas di kamarnya masing-masing. Sementara di taman, hembusan angin malam
menggoyangkan seluruh bunga yang ada di taman hingga ayunan berayun dengan
sendirinya.
Hari minggu yang
cerah di rumah baru Black Star
Nana dan Linda masih asyik berolahraga di ruangan Gym pribadi. Lisa dan
Karen masih tertidur di balik selimutnya. Stephanie sibuk dengan jadwal Black
Star yang harus di susun ulang akibat liburnya mereka selama 3 hari ke depan.
Anggun dan Katie sibuk membuat sarapan di dapur, meski ada pembantu yang
membantu mereka sekarang. “Biarkan kami yang buat Bik, silahkan Bibik
mengerjakan hal yang lain saja...”kata Katie sambil meminta wajan dari tangan
Bibik. Bibik itu diam saja lalu pergi. “Bibik aneh ya...dari kemarin dia tidak
pernah bicara sama sekali pada kita...”kata Anggun pelan. “Iya...aku juga
merasakan hal yang sama..apalagi tangannya itu dingin sekali...”kata Katie
sambil membuat roti bakar. Anggun mengangguk-angguk sambil mengolesi margarin
ke roti bakan Katie.
Stephani
sibuk menuliskan sesuatu di buku catatannya, tiba-tiba ada darah yang menetes
membasahi buku catatannya. “Ya ampun...aku mimisan lagi....”katanya sambil
mengusap tisu pada lubang hidungnya. Tiba-tiba ada tangan dingin dan
kaku memegang kening Stephanie. “Aakkhhhh!!!!”pekik Stephanie kaget. Dia lalu
berbalik dan melihat Bibik sudah berada di belakangnya. “Bibik…megagetkanku
saja….”kata Stephanie. Bibik tanpa sepatah katapun memberikan kompres air
dingin untuk mengompres kepalanya. “Terima kasih Bik…tapi menurutku Bibik
sendiri butuh minuman hangat uantuk menghangatkan badan…tangan Bibik dingin
sekali…”kata Stephanie sambil tersenyum. Bibik hanya membungkukkan badan lalu
pergi meninggalkan Stephanie. “Kenapa dia tidak pernah menjawab
pertanyaanku??”batinnya mulai kesal.
Di ruang Gym, Linda dan Nana sedang beristirahat setelah berolahraga. “Wah...tempat
ini nyaman sekali ya...”kata Nana bahagia. “Iya...jadi betah berlama-lama
olahraga di sini...”jawab Linda sambil mengelap keringatnya yang menetes. ‘Tok
tok tok...’suara pintu di ketok keras. “Masuklah...”teriak Nana. Pintu
terbuka dan masuklah Bibik sambil membawa handuk kecil dan 2 botol minuman. “Terima kasih Bik…”kata Linda
langsung meminum minuman itu. Bibik langsung keluar dari ruangan itu. “Dia
jelas-jelas tidak mau bicara dengan kita...memang apa salah kita??”tanya Nana
penasaran. “Mungkin dia bukan tipe orang cerewet dan bawel seperti
Stephanie...hahahaha...”kata Linda sambil tertawa. “Iya benar…kalau leader sih terus saja
bicara…bawel…”kata Nana. Nana dan Linda pun tertawa lebar.
Di
kamar Lisa, tampak Lisa tidur di balik selimut bergambar the poohnya. Begitu
pula di kamar Karen, yang tertidur di bawah selimut warna biru mudanya.
Tiba-tiba angin keras menerpa kamar mereka hingga membuka jendela mereka yang
terbuat dari kayu tua. ‘Brraaakkkk!!!!’bunyi benturan itu. Tiba-tiba kedua
wanita itu terbangun dari tidurnya dengan keringat mengalir deras di tubuh
mereka padahal suhu di kamar sangat dingin. “Mimpi apa barusan???”kata mereka
hampir sama. Tampak ketakutan di wajah mereka berdua.
Di ruang makan
“Hahahahaha...”tawa
memenuhi seluruh ruangan. “Mimpi apa kalian??”tanya Nana mengejek. Lisa dan
Karen yang baru saja menceritakan mimpi mereka hanya manyun, kesal terhadap
teman-temannya yang mentertawakannya. “Ada-ada saja kalian ini...mimpi tentang
kematian lagi....”kata Linda. “Makanya...lain kali kalau pagi, kalian itu
bangun dan mandi,,,bukannya tidur lagi...tuh akibatnya mimpi buruk...”jelas
Stephanie sambil menutup bukunya. “Beneran...aku tidak bohong...seperti sebuah
kenyataan saja...aku sampai merinding jika mengingatnya...”kata Karen
menyakinkan. “Menakutkan sekali...hihihi...”kata Anggun diiringi tawa Katie.
“Ya sudahlah kalau kalian tidak percaya...pokoknya aku tidak akan tidur malam
ini...”teriak Lisa kesal. “Jika kau tidur malam ini, maka kematian akan
menghampirimu...”ejek Nana dengan mengeraskan suaranya. Yang lainpun langsung
tertawa.
Di kantor management Black Star
Wawancara
sedang berlangsung antara produser Black Star dengan beberapa wartawan media
lokal dan asing. “Black Star adalah anak-anaku yang istimewa..bukan hanya bakat
luar biasa yang mereka miliki, tapi kerja keras dan usahanya pantas diacuni
jempol....saya bangga menjadi produser mereka....”katanya sambil tersenyum. Ibu
Intan melihatnya dari luar ruangan sambil tersenyum. “Permisi Ibu...ada yang
harus saya serahkan kepada Ibu mengenai rumah yang dihuni Black Star
sekarang...”kata asisten pegawainya. “Taruh saja di meja...”kata Ibu Intan.
“Tapi anda harus membacanya sekarang, karena mungkin bisa menjadi hal yang
penting...”katanya sambil terus berusaha menyodorkan kertas itu. Ibu Intan yang
kesal karena keasyikannya melihat proses wawancara diganggu, akhirnya berbalik
dan melemparkan kertas-kertas itu hingga berceceran di lantai. “Rapikan itu,
dan taruh di meja saya...”teriaknya lalu pergi. Pegawai itu sudah pucat pasi
takut dipecat tapi takut pula membaca kertas-kertas itu lagi.
Malam hari
berkabut menyelimuti kawasan temapt tinggal Black Star
Lisa dan Karen duduk di ruang
tengah. “Apa benar kalian tidak akan tidur malam ini?”tanya Stephanie membuka
pembicaraan. “Tidak…tidak….aku harus tetap membuka mataku..”kata Karen sambil
ketakutan. Stephanie mulai merasa cemas dengan kondisi Lisa dan Karen yang
sangat ketakutan. “Itu kan
hanya mimpi…kita pasti baik-baik saja kok…”kata Linda. “Iya…kita akan terus
hidup bersama selamanya…”kata Anggun dengan tersenyum. “Ini tehnya…silakan kita minum
sama-sama…”teriak Katie sambil meletakkan 7 gelas cangkir di atas meja besar. “Tapi...itu
benar-benar seperti kenyataan....rasa takut itu, rasa darah, suara, benar-benar
seperti nyata...”kata Lisa sambil menggenggam gelas tehnya. “Ah
Lisa...seharusnya aku yang bercerita mengerikan seperti itu....itu kan hobiku
membuat kalian takut...sekaang kau ingin merebut keahlianku??”tanya Nana sambil
memukul kening Lisa. Semua di dalam ruangan tertawa dengan candaan Nana kecuali
Lisa dan Karen yang hanya diam. Tiba-tiba angin kencang membuka jendela besar
yang menghadap ke taman belakang. “Akkhhhhhh!!!”pekik semua anggota
Black Star. “Ayo kita tinggalkan tempat ini segera...”teriak Karen sambil
menangis. “Kamu ini kenapa sih…itu kan
hanya angin saja…”teriak Nana sambil menenangkan Karen. Lisa menatap ke taman
belakang. “Aku akan menutupnya…”teriak Katie berlari ke jendela yang terbuka. “Jangan!!!!”teriak Lisa tiba-tiba.
Katie berhenti dan berbalik. “Kenapa???”tanya Linda. Katie tetap melanjutkan
langkahnya menutup jendela. Lisa histeris seketika. Nana memeluk Lisa untuk
menenangkannya. “Ada
apa sih kalian berdua ini??”tanya Stephanie kesal. “Sudahlah...tenangkan dirimu...”kata Linda.
“Hei…ada darah keluar dari hidungmu??”teriak Anggun sambil memberikan tisu pada
Stephanie. “Kamu tidak apa-apa??”tanya Linda. Stephanie menggeleng lalu
berbaring di kursi panjang. “Malam ini kita beristirahat bersama-sama
saja....”usul Stephanie. “Baik...”jawab yang lain.
Jam
besar menunjukkan pukul 02.00 tengah malam, semua anggota Black Star tertidur
pulas di ruang tengah, kecuali Lisa dan Karen yang tidak mau memejamkan matanya
sedetikpun, meski rasa kantuk mulai menyerang mereka. “Aku...aku...tidak boleh
tidur...”kata Karen melirik Lisa. Lisa mengangguk. Tiba-tiba terdengar suara
orang mengobrol di lantai 2. Karen dan Lisa memandang ke arah suara itu. “Siapa
di sana??”tanya Lisa mulai khawatir. Karen menggenggam tangan Lisa. Suara
obrolan itu langsung berhenti, dan berganti bunyi langkah kaki menuju lantai
bawah, tempat mereka berada. Lisa dan
Karen menahan nafas ketika ada sesosok wanita seusia mereka yang mendekat
dengan perlahan. “Siapa....siapa kamu???”tanya Lisa takut. Wanita itu
mendekat dan meletakkan jarinya ke mulut Lisa dan Karen. Tangan dingin itu
menempel di bibir Lisa dan Karen membuat mereka bergidik merinding. “Sssstttt…..diam
saja ya….kalau ketahuan kita di sini, kita pasti akan dibunuhnya juga…”katanya
pelan. Sorot matanya yang
dingin dan gelap menambah suasana seram di malam itu. “Apa maksudmu???”tanya
Karen gugup. “Kumohon diamlah...”pinta wanita itu sambil berusaha menahan
nafas. Suara langkah kaki yang berat mengagetkan mereka bertiga. “Ternyata kamu
di sini!!!”teriak laki-laki itu sambil membawa sebilah pisau. “Kumohon...jangan
bunuh...aku..biarkan aku hidup...”pinta wanita itu sampai berlutut. Laki-laki
itu tidak menghiraukan permintaannya, dan sedetik kemudian ditikamnya tubuh
wanita itu berkali-kali hingga tewas seketika. Lisa dan Karen yang
melihat kejadian itu hanya bisa menangis. Laki-laki itu melihat ke arah Lisa
dan Karen. Lisa dan Karen menggeleng lemah sambil menangis. Laki-laki itu hanya
tersenyum lalu pergi meninggalkan Lisa dan Karen dengan menggendong tubuh
wanita itu di punggungnya. Lisa dan Karen hanya bisa menangis dan terus
menangis, tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Pagi hari yang
cerah
Suara tangisan Anggun membangunkan
semua orang yang tidur di ruang tengah. “Ada
apa???”tanya Katie panik. “Kamu kenapa??”tanya Linda ikut khawatir. “Aku
bermimpi hal yang sama dengan Lisa dan Karen….dan aku melihat aku mati…”kata
Anggun pelan. Lisa dan Karen yang mendengar cerita Anggun, hanya bisa melirik
Anggun yang sedang menangis. “Apa-apaan
ini…apakah mimpi suatu penyakit???”teriak Nana tiba-tiba. “Nana....”kata Linda
sambil menengkan Nana. “Leader...apa yang harus kita lakukan...”tanya Katie
pada Stephanie. Stephanie hanya diam membisu dan mengamati teman-temannya. “Leader…leader…”teriak Linda keras.
“Aku juga mengalami mimpi yang sama, tadi malam...aku malah mati ditusuk oleh
laki-laki besar...”cerita Stephanie menahan nafas. Lisa dan Karen langsung
teringat kejadian tadi malam. “Aaakkkhhhh!!!!”teriak Nana melepaskan
kemarahannya. Tiba-tiba Bibik mumcul dan membawa minuman hangat dan
cemilan. Semua anggota Black Star memandang kea rah Bibik. Bibik hanya menunduk
lalu bersiap pergi. “Hei…kamu..tunggu dulu…kenapa kamu selalu diam
saja???Hah!!!Kenapa tidak mau bicara sama sekali!!!”teriak Nana marah. Bibik
itu hanya menunduk lalu pergi. “Hei…kamu bisu ya!!!Cepat jawab aku!!!”teriak
Nana. “Sudahlah…”pinta Linda sambil menarik lengan Nana. Bibik itu berbalik
badan dan melihat ketujuh wanita di depannya. “Baiklah..jika itu yang kamu
minta…tapi jika kalian telah mendengar suaraku..maka kalian tidak bisa keluar
dari sini hidup-hidup…”kata Bibik sambil tersenyum sinis. Semua anggota Black
Star langsung kaget mendengar ucapan Bibik. “Ya…mimpi yang kalian alami,
semuanya adalah peringatan agar kalian segera menjauh dari tempat ini…tapi kini
sudah terlambat… mimpi itu akan segera menjadi kenyataan…”lanjutnya pelan. “Apa
maksudmu…”tanya Katie. “Malam ini adalah malam 10 tahunnya kejadian
itu…kejadian yang merupakan awal dari segalanya…”katanya sambil pergi dari
ruang tengah. “Kita harus pergi dari sini…sekarang juga…”teriak Linda.
Semua anggota Black Star berusaha
untuk keluar dari rumah itu, tapi usahanya sia-sia. “Sial…semua rumah
dikunci….”teriak Katie kesal. Semua berusaha untuk bisa keluar dari rumah itu,
dengan cara berusaha memecahkan jendela kaca, mencongkel pintu, melalui pintu
belakang tapi tidak ada hasilnya sama sekali. “Kenapa ini…kenapa ini yang
terjadi…”teriak Stephanie. “Aku
mau pulang….aku ingin pulang…”tangis Anggun menggema di seluruh ruangan. Mereka
mulai kehabisan akal dan tenaga karena telah berusaha keluar dari rumah itu
hingga sore hari. “Apa...apa yang harus kita lakukan???”tanya Nana panik. Lisa,
Karen, Anggun dan Stephanie yang telah bermimpi tentang kematian mereka hanya
bisa pasrah. “Kita harus tetap bersama...apapun yang terjadi...okey..”kata
Linda sambil menatap teman-temannya. “Dengar..kita pssti bisa keluar dari sini
bersama-sama...”kata Linda pelan sambil berusaha tersenyum.
Kantor management Black Star
Poster
besar Black Star di depan kantor mulai goyah tertiup angin yang kencang. Ibu
Intan sedang melihat lagu-lagu yang akan dijadikan single di album terbaru
Black Star. Tiba-tiba matanya tertuju pada tumpukkan kertas yang bertuliskan
‘Tragedi Berdarah yang Menewaskan Seluruh Penghuni Rumah..’Ibu Intan menatapnya
dan mulai membacanya. “Kejadian ini bermula ketika sang ayah yang mulai mabuk
dan kehilangan akal sehatnya karena pengaruh alcohol mulai kesal dengan
putri-putrinya yang sangat nakal dan tidak mau dinasehati…lalu mengambil pisau
daging dan dengan sengaja membunuh ketiga putrinya dan istrinya dalam
semalam…seluruh anggota keluarganya disimpannya dalam ruang bawah tanah dan dia
bunuh diri di ruangan itu dengan menusukkan pisau ke jantungnya…..apa-apaan
ini…kenapa aku diberi berita criminal seperti ini??”katanya kesal lalu
membereskan semua kertas itu untuk dibuangnya. Tiba-tiba ada sebuah kertas terjatuh lalu
diamati gambar yang ada di kertas itu. “Bukankan itu gambar rumah Black
Star???”gumamnya. “Oh...Tuhan..jangan-jangan....”Ibu Intan terkejut lalu
membaca kertas-kertas yang lainnya. “Oh…Tuhanku….mereka dalam
bahaya..”teriaknya keras. Ibu Intan berlari ke ruangan produser Black Star. “Dia sedang pergi..”kata
sekretarisnya. “Ke mana dia??”tanyanya panic sambil menunggu di dalam ruangan
produser.
Rumah Black Star
Semua
anggota Black Star masih berusaha untuk mencongkel pintu ruang bawah yang
terkunci rapat. “Siapa tahu ada jalan lain untuk keluar...”kata Linda pelan.
“Hei apa-apaan kalian...jangan buka pintu itu!!!!”teriak produser dari
belakang. Tapi terlambat, pintu bawah tanah itu terbuka dengan mudah setelah
gemboknya lepas. Hawa dingin dan menyengat langsung berhembus keluar dari
ruangan itu. “Cepat..kita pergi dari sini!!!”teriak produser sambil menarik
anggota Black Star. Merekapun mengikuti produser menuju pintu keluar.
“Ayo...cepat-cepat!!!”teriak produser keras. Tiba-tiba pintu tertutup dengan
sendirinya. “Ayo kita cari pintu lainnya!!!”teriak produser sambil berlari
mencari pintu keluar. Nana yang tertinggal di belakang terjatuh.
“Aduh...tunggu!!!”teriak Nana. Tapi yang lainnya tidak mendengar teriakan Nana
dan lari terus menjauh. Nana berusaha bangkit dan mulai berlari ketika ada
suara yang menghentikannya. “Hei...mau kemana kamu!!!”suara bentakan laki-laki
dewasa membuat Nana kaget dan terjatuh lagi. Tiba-tiba ruangan berubah menjadi
terang dan tampak di mata Nana seorang laki-laki membawa pisau daging sedang
memarahi 3 gadis di depannya. “Apa!!!Kami mau pergi dari sini!!!Di sini kami
tidak merasa nyaman tinggal bersamamu!!!Sejak tinggal di sini kau berubah
menajdi orang yang kasar dan kejam!!!”teriak gadis berambut merah.
‘Plakkk!!!’tamparan menimpa pipi gadis itu. “Sombong sekali kamu....apa karena
sekarang kamu sudah menjadi artis, kamu jadi merasa hebat dan tidak butuh ayah
lagi...hah!!!!”teriak laki-laki itu. “Tidak....kami sudah tidak
membutuhkanmu!!!”teriak gadis lainnya sambil berlalu meninggalkan laki-laki
itu. “Hei...tunggu!!!tunggu!!!”teriak laki-laki itu. Ketiga gadis itu tak
menghiraukan perintah ayah mereka. “Dasar...anak nakal!!!Lebih baik kalian mati
saja!!!”teriaknya lalu menusukkan pisau itu ke tubuh putrinya sendiri satu
persatu hingga ketiganya tewas bermandikan darah. Nana menahan nafasnya sama
sekali dan laki-laki itu menghampirinya. “Kau...ibunya yang gagal menjadi ibu
mereka....dan kau juga berselingkuh dengan temanku bukan???”tanyanya sambil
menatap Nana. Nana menggeleng keras. “Dasar wanita munafik!!!”teriaknya sambil
mengayunkan pisaunya untuk menusuk Nana.
“Tiddaaakkkk!!!!”teriak Nana histeris. “Hei Nana!!!”teriak Katie
mengagetkan Nana. Nana melihat sekeliling dan semua tampak kembali seperti semula.
Tidak ada laki-laki itu, tidak ada 3 gadis itu. “Ayo..kita pergi...”teriak
Linda. Nana bangkit dari duduknya dan berlari mengikuti teman-temannya.
Di kantor management Black Star
Ibu
Intan menunggu di ruangan produser. “Kemana dia pergi??”gumamnya panik.
Tiba-tiba matanya tertuju pada artikel yang ada di layar komputer. Tulisan
besar berwarna biru terus dibacanya. ‘Arwah gentayangan tertangkap di dalam
ruang bawah tanah di rumah mewah yang tak berpenghuni’. Ibu Intan menelusuri
artikel yang lain. ‘Seluruh anggota grup idola tewas mengenaskan setelah rumah
yang mereka tempati terbakar karena ledakan gas’. Ibu Intan mencari artikel
lain lagi. ‘Ibu, Ayah dan seorang anak laki-laki dan pembantunya terjebak dalam
rumah mewah terkutuk yang baru dihuninya seminggu’. Ibu Intan terkejut bukan main.
“Tuhanku....apa yang harus kulakukan...”katanya mulai menangis. Tiba-tiba
ponselnya berdering. “Iya produser…baik..saya segera meluncur ke sana dan akan membukakan
pintu depan…”katanya sambil berlari pergi menuju rumah Black Star.
Rumah Black Star
“Baik…sekarang Ibu Intan sedang
menuju kesini..kita pasti bisa melewati malam ini…”kata produser menenangkan
anak-anaknya. “Mau kemana kalian!!!!”suara laki-laki mengagetkan semua anggota
Black Star dan produser. “Siapa kamu!!!”teriak produser. Laki-laki itu muncul
dengan wajah pucat pasi dan membawa pisau daging ditangannya. Semua anggota
Black Star menjerit ketakutan. “Sudahlah…kalian tidak bisa pergi dari sini
lagi….”kata seorang gadis di sisi kanan mereka. Gadis itu berada di depan
sekumpulan gadis berjumlah 10 orang. “Kakak…kakak di sini saja…temani kami di
sini….”kata anak laki-laki kecil yang memegang baju Karen. Karen menyingkirkan
tangan anak itu segera. “Tidak…kami
tidak mau di sini….”teriak produser keras. “Hahaha...seberapa keras usahamu
untuk keluar dari sini, tapi kau tidak akan mampu keluar dari sini dengan
selamat...”kata seoarang wanita di belakang laki-laki itu. “Bibik....”pekik
Linda dan Katie bersamaan. “Sekarang kalian sudah mendengar suaraku bukan???Itulah
keinginan kalian dan akhirnya terkabul…bagaimana??Senang??”tanya Bibik sambil
tersenyum. “Kenapa???Kenapa Bibik melakukan ini pada kami…padahal Bibik sangat
perhatian dengan kami semua…”teriak Nana menangis. “Nana…kau benar-benar anak
yang membuatku bersemangat lagi…”jawab Bibik sambil membelai rambut Nana.
“Iya..benar aku sangat sayang kalian semua…kalian anak-anak yang berbakat dan
memiliki karakter yang kuat…hingga kuputuskan kalian akan di sini
selamanya…”kata Bibik sambil menatap seluruh anggota Black Star. “Dan untuk
produser…kau benar-benar orang yang sangat sayang pada anak-anakmu ini
bukan…hingga rela dating ke sini untuk menyelamatkan anak-anakmu dari
bahaya…tapi sayang kau sudah terlambat…”kata Bibik pelan lalu menusuk pisau ke
jantung produser. “Akkkhhhhh…tidak…produser….”teriak anggota Black Star keras.
“Pergi…larilah dari sini…cepat….ada mobil di belakang rumah ini…gunakan mobil
itu dan tabrak pagarnya…cepatttt…”teriak produser sebelum akhirnya
menghembuskan nafas terakhir. “Mau kemana kalian???”teriak Bibik sambil
mengejar anggota Black Star yang berlari menuju belakang rumah.
Perjalanan
menuju rumah Black Star
Ibu Intan masih terus mencari informasi mengenai rumah mewah itu melalui
notebooknya. “Tolong lebih cepat lagi ya pak...”pinta Ibu Intan kepada
sopir Black Star. “Baik…”jawab sopir cepat. Ibu Intan sibuk melihat
gambar-gambar para korban di rumah mewah itu. “Sebentar..apa ini??”tanyanya sambil menatap
foto itu satu persatu. “Ya Tuhan...orang ini sama....”teriaknya panik. “Dia
adalah orang yang melamar pekerjaan di rumah itu...dia si Bibik...”teriaknya
panik sambil melihat setiap gambar yang ada di notebooknya. Tampak wajah Bibik
bersama laki-laki dan tiga orang gadis muda. Di foto kedua, Bibik menjadi
pelatih vokal pada grup idola yang tewas terbakar di rumah itu. Dan di foto ketiga, Bibik menjadi pengasuh
untuk anak laki-laki yang ada disampingnya. “Ya Tuhan....siapa dia??”tanyanya
panik. “Kita hampir sampai Bu...”kata sopir mengagetkan Ibu Intan. “Iya...segera
kesana...”kata Ibu Intan sambil memandang mobil di depannya yang berjalan cukup
kencang.
Di rumah Black
Star
“Itu dia mobilnya…”teriak Anggun
sambil meunjuk mobil yang parkir di belakang rumah. “Ayo kita segera kesana!!!”teriak Lisa dan
tiba-tiba tangan Lisa ditarik oleh Bibik. “Kalian tidak bisa pergi bukan....”tanya
Bibik sambil mengalungkan pisau dapur di leher Lisa yang ada di pelukannya.
“Lisa...Lisa!!!”teriak Karen dan Stephanie bersahutan. “Jika kalian keluar dari
sini..maka Lisa akan mati di sini...”kata Bibik pelan. “Lepaskan Lisa!!!”teriak
Nana keras. “Kalian pergi saja...selamatkan diri kalian...”kata Lisa sambil
menangis. “Tidak...kami tidak akan pergi tanpa kamu...”kata Linda keras.
“Huhuhu...sungguh persaudaraan yang indah...aku jadi terharu dan hampir
meneteskan air mata..”kata Bibik sambil tertawa kecil. Katie menatap
Karen dan keduanya mengangguk. “Serang!!!”teriak Karen. Katie dan Karen
sama-sama menendang Bibik sampai jatuh tersungkur. Lisa ditarik oleh Stephanie.
Merekapun berhasil keluar dari rumah itu dan mulai menjalankan mobilnya.
“Akhirnya kita bisa keluar dengan selamat…”kata Linda sambil menyetir mobil itu
merobohkan pagar rumah dan melaju kencang dijalanan. Bibik hanya bisa menatap
kepergian Black Star dengan senyuman yang tersungging di bibirnya. “Selamat
datang Black Star…” ucapnya pelan. Mobil yang dikendarai Black Star melaju
kencang di jalanan. “Pelan..pelan
Linda…”teriak Anggun mulai khawatir dengan kecepatan mobilnya. “Apa….”teriak
Linda panik. Semua mata tertuju pada Linda. “Kenapa??Ada apa??”tanya Stephanie cepat. “Remnya
blong...”teriak Linda keras. Mobilpun melaju dengan cepat di jalan yang
menurun. “Bagaimana ini??”tanya Lisa panik. Nana yang duduk di belakang hanya
bisa pasrah ketika dilihatnya sang Bibik sudah terbujur kaku di bawah jok
belakang mobilnya. “Dasar…wanita
brengsek…dia benar-benar tidak melepaskan kita…”kata Nana mulai menangis. Semua
mata tertuju ke tubuh Bibik yang sudah kaku dan dingin. “Sial….”teriak Nana
marah. Semua anggota Black Star hanya menangis di dalam mobil dan saling
berpegangan tangan satu sama lain. Stephanie mulai menghapus air matanya. “Jika
harus berakhir seperti ini, aku akan rela karena aku bersama orang-orang yang
kusayangi…”katanya sambil memeluk Anggun yang duduk disebelahnya. Semuanya
mengangguk menyetujui ucapan Stephanie. “Seperti lagu kita bukan…Always
togethet…forever..and ever….”kata Lisa sambil menyanyi lagi baru Black Star.
Semuanya tersenyum mendengar lagu yang dinyanyikan Lisa. Mobil itu melaju tak
terkendali dan bertemu dengan mobil yang ditumpangi Ibu Intan, karena jarak
yang terlalu dekat akhirnya tabrakan tak terhindarkan lagi. Mobil Black Star terbalik berkali-kali dan
akhirnya jatuh ke dalam jurang sedalam 100 m. Sementara mobil Ibu Intan
mengalami kerusakan parah di seluruh badan mobil. Jalanan yang sepi itu
mendadak menjadi ramai karena suara benturan yang sangat keras yang
membangunkan warga sekitar yang tertidur lelap.
Di rumah White
Moon
“Dengar ada berita yang
menghebohkan….”teriak salah satu anggota White Moon sambil menyalakan televise.
“Kecelakaan fatal telah menimpa grup idola Black Star tadi malam di jalanan
menurun ini….kecelakaan ini menyebabkan seluruh anggota Black Star meninggal di
tempat kejadian dengan mengalami luka yang cukup parah…”kata penyiar berita.
“Wah….kasihan sekali mereka…”kata anggota White Moon lainnya. “Sungguh di luar
perkiraan ya..”timpal lainnya. “Sekarang giliran kita untuk bisa menempati
urutan teratas chart minggu ini…”teriak leader White Moon. “Ya..benar!!!”teriak
anggota White Moon yang lain.
Media
cetak maupun elektronik memasang berita kematian Black Star dan manajernya
serta produsernya menjadi berita utama. Dengan judul berita ‘Kematian Tragis
sebuah Grup Idola ditengah Puncak Popularitas’ dengan foto Black Star yang
sedang tersenyum manis di bawahnya. “Black Star…Black Star…”teriak para Staring
yang berkumpul di depan rumah sakit tersebut sambil menangis pilu. “kami akan
selalu menjadi fansmu selamanya…”teriak salah satu fans sambil membawa poster
Black Star. Sementara poster Black Star di depan kantor management Black Star
terjatuh dengan tiba-tiba dan mengagetkan semua yang berada di sekitar tempat
itu. “Selamat jalan bintang..kalian akan jadi bintang bersinar dalam cerita
dunia hiburan Negara kita…”kata MC Andre dalam acara musik yang di telah
dimenangkan Black Star selama 3 bulan berturut-turut.
Rumah mewah yang
pernah didiami Black Star kini telah sepi dan sunyi kembali. Tidak ada yang
berani menempatinya dan membelinya. Angina berhembus kencang, menggoyangkan
bunga0bungan di taman dan mengayunkan ayunan di tengah taman. Tiba-tiba terdengar musik mengalun keras dari
rumah mewah itu…” Never Mind…Never remember…Just forget…And put in dark
box….Good Bye…”lagu hits Black Star mengalun merdu di dalam rumah mewah itu.
^^^^^S.E.L.E.S.A.I^^^^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar