Sore hari yang
cerah…
“Hey….ayo petik lagi jambunya….”teriak anak perempuan berumur 7 tahun
sambil memandang ke atas pohon jambu. Sementara di atas pohon jambu, seorang
anak laki-laki sebaya dengan anak perempuan itu, sedang berusaha menjangkau
jambu-jambu berukuran besar yang tergantung di dahan yang paling jauh. “Ayo
dong….tinggal sedikit nyampe….”teriak anak perempuan itu. Anak laki-laki itupun
terus berusaha menggapai jambu itu, namun tiba-tiba dahan yang menjadi tempat
pijakannya patah. “Brruukkkk”. Anak laki-laki itu jatuh tersungkur di semak
belukar. “Aduh...aduh...”rintihnya sambil memegangi pantatnya. Anak perempuan
itu berlari menghampiri anak laki-laki itu dan melihat kondisi anak itu.
”Aduh...aduh...sakit La...”rintihnya sambil duduk di bawah pohon jambu. Anak
perempuan yang bernama Lala itupun sedikit kesal dan mendengus ke arah anak
laki-laki itu. ”Huh....apanya yang sakit sih...gak ada yang luka
kok....”katanya kesal. ”Emang kalo sakit itu harus ada luka....gitu....”kata
anak laki-laki itu sambil sedikit kesal. ”Ya...harus gitu....lah kamu...gak ada
yang luka....gak ada yang berdarah....merintih kesakitan....dasar
manja...”teriak Lala sambil memunguti jambu di bawah kakinya. ”Coba kamu yang
jatuh dari pohon kayak aku tadi...pasti kamu akan merintih...mengaduh...bahkan
menangis...iya kan???”teriak anak laki-laki itu di hadapan Lala.
”Oh...ya...”teriak Lala lebih keras lagi. Kali ini muka mereka berhadapan dan
mata mereka saling menatap tajam. ”Lala.....pulang....sudah waktunya mandi....”suara
ibu Lala membuyarkan tatapan kesal mereka. Lala berlalu meninggalkan anak
laki-laki itu tanpa sepatah katapun. ”Dasar....anak pemarah....”ucap anak
laki-laki itu lirih.
Seminggu kemudian...
”La....tumben beberapa hari ini Ibu gak liat kamu maen ma Key
lagi...??”tanya Ibu Lala tiba-tiba. Lala hanya diam saja sambil melanjutkan
makan siangnya. ”Udah putus kali Bu...”celetuk kak Irwan. Lala kaget mendengar
ejekan kakaknya itu. ”Putus..????”tanya Ibu bingung. ”Lala ma Key kan
pacaran....hahahaha...”ejekan kak Irwan kali ini ditambah dengan tertawa
puasnya. ”Emang kamu pacaran ya La...????”tanya Ibu pada Lala. Lala hampir
tersedak akibat pertanyaan Ibu yang aneh itu. ”Ya enggaklah Bu.....aku dan Key
kan cuman temen aja....”kata Lala sambil berusaha menelan makan siangnya.
”Ow...lalu kenapa kalian gak pernah maen sama-sama lagi????lagi berantem
ya???”tanya Ibu Lala. ”Enggak kok Bu....habis makan aku juga mau maen ke sana
kok...udah ya bu...”kata Lala sambil kabur dari Ibu agar tidak diinterogasi.
Lala berlari menuju kebun kelapa di belakang rumahnya. ”Huft...hampir saja
diinterogasi Ibu...”kata Lala sambil menghembuskan nafas panjang.
”Hey...akhirnya kamu kesini juga....kenapa lama sekali gak datang ke sini
sih...aku kan capek nunggu kamu tiap hari...”cerocos suara itu tanpa henti.
Lala mencari sumber suara itu. ”Key....sejak kapan kamu ada di sini???”tanya
Lala kaget. Key, anak laki-laki yang memanjat pohon jambu, tersenyum melihat
Lala. ”Akhirnya kamu datang juga....aku senang...”kata Key pelan. Lala dan Key
duduk dibawah pohon kelapa yang tinggi sambil menatap pemakaman yang letaknya
tidak jauh dari rumah mereka. ”Jadi....setiap hari kamu ke sini????”tanya Lala
kaget. Key mengangguk pelan. ”Aku mau minta maaf sama kamu....karena masalah
jambu itu....”ucap Key pelan. Lala menunduk, menatap pasir halus yang ada di
kakinya. ”Kamu mau kan, La????”tanya Key sambil melihat ke arah Lala. Lala
menatap Key, rambut hitamnya bergerak tertiup oleh angin, wajahnya menunjukkan
keseriusan untuk meminta maaf, bibirnya menungging senyuman manisnya. ”Ya
pasti...aku maulah....”ucap Lala sambil tersenyum. Key memegang tangan Lala
erat. ”Kita akan tetap menjadi teman kan????”tanya Key. Lala melihat Key, lalu
merangkulnya. ”Pasti....selamanya kita kan berteman....okey???”kata Lala.
Mereka pun tertawa bersama-sama.
Suatu siang, sepulang sekolah....
Segerobolan anak remaja menghampiri Lala yang
sedang berjalan sendirian. ”Hey...kamu Lala ya???”tanya salah satu anak.
”Iya...ada perlu apa ya???”tanya Lala. ”Kamu yang minggu lalu menghajar Rino
kan???” tanya anak remaja itu. ”Dia kan yang memulai duluan....salah siapa
berbuat kayak gitu...”protes Lala. ”Oh...kamu berani nglawan ya???” kata anak
remaja itu sambil menarik kerah baju Lala. Secara spontan, Lala melayangkan
tinjunya ke anak remaja itu. ”Duukkk”. Lala jatuh ke rumput di pinggir
lapangan. Anak remaja itupun mengelus pipinya yang terkena pukulan Lala. ”Anak
ini....teman-teman ayo hajar dia...”teriak anak remaja itu. Lala berniat untuk
berlari, tapi kakinya ditarik salah satu anak remaja itu. Lala pun terjatuh dan
langsung mendapat pukulan yang lumayan keras di perutnya. Disaat yang
bersamaan, Key yang sedang berjalan menuju rumahnya melihat adegan perkelahian
itu, dan dia melihat Lala sedang tergolek lemah di atas rumput dan akan
diserang lagi dengan tendangan dari anak remaja itu. ”Lala.....”teriak Key
sambil berlari menuju tempat Lala. Anak-anak remaja itupun berhenti dan melihat
ke arah Key. ”Ow...satu pengganggu datang....”ucap salah satu anak remaja itu.
”Jangan kesini Key.....pulang saja....”teriak Lala sambil melihat ke arah Key.
”Tidak mungkin aku meninggalkan temanku disini....”teriak Key yang kini sudah
berada di samping Lala. ”Beraninya sama cewek....sekarang ayo hadapi
aku...”teriak Key lantang. ”Ow....kamu yang bernama Key....”kata anak remaja
itu pelan. ”Iya...benar....”jawab Key dengan gemetar. Lala melihat Key yang
gemetar. ”Key....” bisik Lala lirih. ”Kalo begitu...terimalah ini...”teriak
anak remaja itu sambil melayangkan pukulannya pada Key. Tak berapa lama, Key
pun tersungkur di samping Lala. ”Key....”teriak Lala. Hidung Key mengeluarkan
darah segar. ”Kurang ajar kalian....”teriak Lala sambil meneteskan air mata dan
mulai melayangkan pukulannya ke anak remaja itu. Kali ini pukulan Lala lebih
keras, hingga membuat beberapa anak remaja jatuh tersungkur. Lala berhadapan
dengan anak remaja yang paling terakhir, kakak Rino. ”Hebat juga
kamu....”ucapnya sambil tersenyum sinis. Key yang sudah tidak bisa bergerak
lagi memandang Lala dengan perasaan yang tak menentu. ”Lala.......”bisiknya dan
kemudian Key pingsan. ”Tapi sekarang kamu akan mati...”teriak anak remaja itu
sambil berlari ke arah Lala berdiri. Lala melayangkan pukulannya dan mengenai
hidung anak remaja itu hingga mengeluarkan darah. Anak remaja itupun jatuh
tersungkur dan untuk beberapa saat tidak bergerak. Lala bergerak menghampiri
Key. ”Key....Key....”teriak Lala sambil melihat kondisi Key. Wajahnya pucat pasi dan tangannya
gemetaran melihat kondisi temannya yang tidak sadarkan diri. Setelah menemukan
denyut nadi Key, Lala sedikit menunggingkan senyuman di bibirnya.
”Syukurlah...kamu hanya pingsan...”ucap Lala sambil tertunduk memandangi wajah
Key yang penuh lebam. Rambut coklat sebahunya tertiup angin ketika Lala
meneteskan air matanya membasahi wajah Key. ”Maafkan aku Key.....”ucap Lala.
”Lebih baik kau yang mati saja.....”suara teriakan itu mengagetkan Lala. Lala
membalikkan badannya dan kakak Rino menusukkan benda tajam ke perut Lala. Lala
kemudian jatuh tersungkur di bawah kaki kakak Rino. ”Sebaiknya kamu
begitu.....sok jagoan...”teriak kakak Rino sambil berlalu bersama
teman-temannya. Lala melihat mereka menjauh sambil memegangi perutnya. Setelah
itu Lalapun menutup matanya. Padang rumput di belakang sekolah menjadi sepi
kembali. Angin bertiup semakin kencang, tapi tidak bisa membangunkan Key dan
Lala yang tertidur di tengah padang rumput itu.
Bau aroma obat-obatan yang
menyengat membuat Key membuka matanya. ”Dimana ini???”tanya Key menatap
sekeliling. ”Ya ampun Key....akhirnya kamu sadar juga....mama khawatir sama
kamu...”ucap mama Key sambil memeluk anaknya yang baru sadar dari pingsannya.
”Akhirnya kamu bangun juga Key....gue kira loe mau tidur selamanya....”kata kak
David, kakak Key, ketus. ”Hus....kakak ini gimana sih.....adeknya sadar malah
diledekin gitu...”protes kak Lisa, kakak perempuan Key. ”Akhirnya kamu sadar
juga Key...”kata kak Lisa sambil mengelus rambut hitam Key. Key melihat
sekeliling, dan menemukan semua anggota keluarganya berkumpul di ruangan itu.
”Dimana aku..???dan kenapa aku ada disini...????”tanya Key bingung sambil
menatap lengannya yang diberi infus. ”Kamu di rumah sakit sayang.....kamu sudah
3 hari gak sadarkan diri...”kata mama Key dengan lembut. Key mencoba mengingat
apa yang terjadi dan tiba-tiba dia teringat Lala. ”Lala.....lala mana
ma????”tanya Key panik. Wajah mama berubah menjadi sedih. ”Besok saja
ya....ketemu sama Lalanya...”jawab kak Lisa memecah kebisuan mama Key. ”Kenapa
mesti besok kak???”tanya Key lebih panik. Kak Lisa hanya bisa diam dan
mengalihkan pandangan dari Key. ”Kenapa???kenapa mama dan kak Lisa diam
saja???apa yang terjadi sama Lala....???”teriak Key mulai menangis. ”Hey....ini
sudah malam bego....loe gak bisa keluar rumah sakit di malam hari....mau ketemu
setan hah...”teriak kak David. Key kembali diam dan menata dirinya di balik
selimutnya yang berwarna biru. ”David....”kata mama Key. ”Iya...benar kata kak
David....besok saja ketemu sama Lala....dia juga pasti sudah tidur kan...”kata
Key sambil berusaha memejamkan mata. ”Key......”ucap mama dan kak Lisa lirih
dan mengandung nada sedih yang teramat sangat di telinga Key. ”Selamat tidur
La....”ucap Key sambil menahan air matanya agar tidak keluar lagi.
Keesokan harinya, Key keluar kamarnya untuk
bertemu dengan Lala. Dengan didampingi oleh mamanya yang mendorong kursi
rodanya, Key melewati koridor demi koridor rumah sakit berharap Lala baik-baik
saja. Di depan ruang bertuliskan ICU, mama Key berhenti. Key yang membaca
ruangan itu, mendadak jantungnya ikut berhenti berdetak. Setelah memasuki
ruangan yang luas dan sepi, akhirnya mata Key menangkap seorang anak perempuan
berumur 10 tahun, dengan rambut coklatnya yang tergerai dibawah kepalanya,
selang oksigen masih menutup mulutnya, matanya yang tertutup, dan terdapat
banyak peralatan di tubuhnya. ”Lala......Lala.....”kata Key sambil menutup
mulutnya. Air matanya mengalir deras. Digigit tangannya agar tidak menimbulkan
suara tangisan bayi seperti yang pernah dikatakan Lala pada saat Key menangis
akibat jatuh dari sepeda. Ibu Lala yang sedang duduk disamping Lala, menyadari
kedatangan Key dan mamanya. Ibu Lala menghampiri mama Key dan beberapa saat
kemudian Key dibawa keluar ruangan oleh mamanya. ”Ma.....aku mau sama Lala
ma.....aku mau nemenin dia....”teriak Key sambil menangis. ”Iya...besok lagi ya
sayang.....”kata mama sambil mendorong Key keluar ruang ICU.
”Hey.....”tiba-tiba suara teriakan itu mengagetkan Key. ”Ngapain loe ada
disini...hah????mau ngebuat adek gue mati loe....”teriak kak Irwan, kakak Lala,
pada Key. ”Irwan....Irwan....cukup...”teriak Ibu Lala. ”Kenapa Bu????Dia yang
buat Lala begini kan????Dia yang selalu buat Lala terluka.....dia cowok tapi
gak bisa menjaga Lala....buat apa dia ngedeketin Lala....????gak ada
gunanya...”teriak kak Irwan, marah. ”Sudahlah.....”teriak Ibu Lala, sambil
mendekap anak laki-lakinya itu. ”Saya pamit dulu Bu....”kata mama Key sambil
mendorong kursi Key. ”Iya...pergi sana....orang tak berguna....lebih baik
pergi...”teriak kak Irwan, membuat hati Key menjadi gundah. ”Aku memang gak
bisa melindungi Lala.....aku malah yang selalu menyusahkan Lala.....aku tidak
bisa menolongnya....bahkan aku yang selalu meminta pertolongannya.....teman
macam apa aku ini...????”bisik Key sedih, dan sangat sedih. ”Kamu tidak apa-apa
kan sayang???”tanya mama Key setelah melihat perubahan pada anaknya. Key hanya
menggeleng lemah. ”Sekarang sebaiknya kita berkemas pulang....karena besok kita
harus ke Amerika....”kata papa Key memecah kesunyian.
4 tahun kemudian.....
Seorang
gadis berambut coklat panjang, bermata coklat dan bersinar, duduk di tepi
jendela kamarnya menatap secarik kertas yang ada di tangannya. ’Maafkan aku
La....dari temanmu : Key’. Gadis itu menghembuskan nafas panjang. ”Key....kamu
ada di mana sekarang????Apakah kamu baik-baik saja???”gumamnya dalam hati.
”La....kok belum tidur????”tanya Ibu Lala tiba-tiba. Lala kaget dan hampir
terjatuh dari jendela. ”Eh....bentar lagi Bu...Belum ngantuk sih....”kata Lala
sambil berusaha menyembunyikan kertas itu di balik bajunya. ”Ya udah...tapi
jangan malam-malam ya...besok kan kamu ada pertandingan basket di kota....iya
kan....”kata Ibu sambil mengelus rambut Lala. ”Baik Bu...habis ini Lala tidur
kok....”jawab Lala sambil tersenyum. ”Gitu dong....selamat malam sayang...”ucap
Ibu Lala sambil mencium kening Lala.
”Selamat malam Bu...”jawab Lala. Pintu kamar tertutup kembali, dan Lala
menghembuskan nafas kagetnya yang masih ada. ”Untung gak ketahuan....”ucapnya
sambil menata diri di tempat tidurnya. ”Selamat malam Key....”ucapnya sambil
menutup matanya.
Lapangan
basket yang terletak di pusat kota sangat ramai dipenuhi orang-orang. ”Selamat
pagi para penonton....ya pada hari ini kita akan menyaksikan pertandingan
basket merebut piala walikota dan tentunya hadiah uang
tunai...hahahah....”suara berasal dari pengeras suara yang terdapat di berbagai
sudut itu tidak mau kalah dengan suara riuh rendash penonton yang sudah tidak
sabar menanti. Sehingga gurauan dari sang penghasil suara itupun tidak digubris
para penonton. ”ya...okelah....pertandingan akan segera dimulai....yang akan
bertanding di putaran final ini adalah SMP Tunas Bangsa dengan SMP
Eagle....tapi sebelum itu kita saksikan pertunjukkan cheersleaders dari kedua
SMP...”suara itu mulai bisa meredamkan riuh rendah dari para penonton.
Sementara di ruang ganti, tampak Lala sedang bersiap untuk menuju lapangan.
”Hey....menarilah yang gemulai ya....”ejek seorang anak laki-laki yang
berpakaian basket bernomor punggung 3 dan bernama L. Evan. Lala yang merasa
terhina itupun langsung menarik lengan anak laki-laki itu. ”Hey....denger
ya...emang gue yang terbaik....jadi tenang saja...gue akan nari paling
bagus...khusus buat loe....kapten tim Elang....”balas Lala sambil menatap mata
Evan. Evan tersenyum.
”Oke....gue tunggu tarian loe itu...”kata Evan lalu pergi ke ruang ganti
pemain. Lala bersungut memandangi punggung Evan. ”Ya ampun La...gue kira loe
akan berantem lagi ma dia....”kata Erly sambil merangkul pundak Lala. ”Jangan
berantem di saat seperti ini....nanti kita tidak bisa tampil maksimal....”kata
Juri sambil melemparkan pita warna merah ke Lala. ”Thanks....”ucap Lala sambil
mengikatkan pita itu ke lengan kanannya. ”Ayo girls.....lets go.....”teriak
Lala menandakan grup cheersnya harus memulai pertunjukkannya. Semntara di sudut
lain, Evan sedang berdiri termangu mamandang ke lapangan. ”Hey....liat dia ya????”tanya
Erik tiba-tiba. Evan kaget dan mengelak. ”Ngapain liat mereka nari-nari kayak
gitu...”ucap Evan sambil membetulkan tali sepatunya. ”Sudahlah...sama gue loe
gak bisa bohong....”kata Erik sambil menepuk pundak Evan. Evan hanya tersipu
malu. ”Ayo....kita buat strategi....biar kita menang....mereka menari kan buat
memberi semangant kepada kita kan...”kata Erik sambil berlalu menuju ke ruang
ganti pemain. ”Baiklah....liat aja....gue pasti menang...”kata Evan sambil
menuju ke ruang ganti pemain.
Siang hari yang super panas. Lapangan
basket telah sepi dan hanya meninggalkan tumpukkan sampah di berbagai tempat.
Hal ini membuat pekerja kebersihan mengeluh. ”Mengapa sih....masih saja buang
sampah sembarangan...padahal kan sudah disediakan tempat sampah yang
besar-besar....”keluh pekerja yang sedsang menyapu. ”Itu kan sudah
biasa.....jangan marah kayak gitu...mending cepat diselesaikan...biar cepat
pulang dan istirahat....”timpal pekerja yang lain yang sibuk memasukkan sampah
ke dalam tempat sampah. Sementara di luar lapangan, Lala sedang bersiap untuk
pulang ke rumah dan tiba-tiba ada sebuah mobil menghampiri Lala. Jendela
mobilpun terbuka lebar dan terlihat wajah Juri dari dalam mobil. ”Ayo
La...pulang bareng...ntar gue anterin deh....”ajak Juri. ”Makasih Juri...tapi
gue nunggu kakak gue kok....dia mau jemput gue...”jawab Lala sambil tersenyum.
”Lho...bukannya kak Irwan sedang kuliah di luar negeri???”tanya Juri bingung.
”Kemarin dia pulang kok...lagi liburan...”jawab Lala sambil mencari keberadaan
kakaknya. ”Oh...baiklah kalo begitu....ntar kapan-kapan gue mampir ke rumah loe
deh....mau ketemu sama kak Irwan..hehehe....”kata Juri sambil melambaikan
tangannya dan mobilnya pun pergi meninggalkan lapangan basket. Di sudut
parkiran sepeda, tampak Evan sedang melihat ke arah Lala. Evan tampak sedasng
memikirkan sesuatu sambil mengetuk-ngetuk sepedanya. Lima menit kemudian, Evan mulai mengayuh sepedanya
menuju arah Lala. Tiba-tiba sebuah sepeda motor yang melaju kencang menuju ke
arah Lala. Lala dan Evan sangat kaget dan melihat ke arah sepeda motor itu.
”Lala...awas...”teriak Evan tapi suaranya kalah dengan deru motor besar itu.
Secara refleks, Evan menjatuhkan sepedanya dan menghampiri Lala. Tapi motor
besar itu sudah sangat dekat dengan Lala, dan Evanpun terjatuh. Tiba-tiba deru
motor itu mereda, Evan melihat arah motor itu melalui celah jari-jati tangannya
yang menutupi matanya. Motor
besar itu berhenti tepat di depan Lala. Lala memandangi pengendara motor itu.
Pengendara motor itu membuka helmnya. ”Gue keren kan???”kata pengendara motor
itu yang ternyata kak Irwan. Lala masih memandangi kakaknya itu yang sedang
tersenyum puas. ”Lala pasti akan menyemprot pengendara motor itu...dia kan
galak...”gumam Evan sambil menyaksikan kejadian itu dari tempatnya terjatuh.
”Keeerrrreeeennnn banget kak......”teriak Lala tiba-tiba membuat Evan kaget
setengah mati. ”Apa?????dia tidak marah?????”kata Evan sambil menggaruk
keningnya, bingung. Kak Irwanpun tambah senang dan memberikan helm berwarna
biru muda ke Lala. ”Ntar....jalannya yang ngebut seperti tadi ya kak...”pinta
Lala sambil duduk di bagian belakang motor. Kak Irwan menngangkat jempolnya
menandakan setuju dengan permintaan adik kesayangannya. Sesaat kemudian motor
besar otupun melaju dengan kecepatan penuh meninggalkan asap yang memenuhi
penglihatan Evan. ”Dek....bgapain tiduran disini????”tanya seseorang dari
belakang Evan. Evan kaget dan melihat ke asal suara itu. ”hehehehe...”evan
hanya bisa meringis sambil berdiri dan menuju sepedanya. Dia meulai menaiki
sepedanya dan sambil meringis mulai mengayuh sepedanya dengan kecepatan penuh
meninggalkan tempat yang menurut dia membuatnya malu setengah mati. ”Dasar anak
yang aneh....”gumam suara itu.
SMP Eagle......
Para
siswa-siswi berseragam putih biru dan mengenakan jas biru muda memenuhi kanti
sekolah yang luasnya hanya 1/10 dari lapangan sepakbola standar International.
Sehingga para siswa terlihat berebutan masuk dan memesan makanan di kantin.
”Yah....sudah penuh La...”kata Erly, kecewa. ”Kan gara-gara loe sendiri....”kata
Juri sambil memandang Erly. ”Kok gue yang disalahin...kan yang memenuhi
kantinkan anak-anak lain...”kata Erly sambil membalas pandangan Juri. ”Kalo loe
gak ke toilet dulu...kita mesti udah di dalam sana...dan udah
makan...tau.....”jawab Juri sambil sedikit berteriak. ”Kan gue emang
kebelet....”bela Erly. ”Sudah-sudah....ngapain kalian berantem sendiri....toh
kalian mau berantem sampe pukul-pukulan pun, kantin gak bisa langsung kosong
kan???”kata Lala sambil berusaha melerai dua sahabatnya itu. Juri dan Erly
masih memasang muka cemberut. ”Mending kita makan di depan....gimana???”usul
Lala. Juri dan Erly kaget mendengar pernyataan Lala. ”Yang bener La...loe mau
makan di sana???”tanya Juri. ”Iya...emang kenapa???Tidak boleh ya???”Lala balik
bertanya. ”La....disana kan tempat ngumpulnya anak laki-laki....”jelas Juri.
”Iya La...trus ada Evan....musuh besar loe...”lanjut Erly. Kini mereka terlihat
akrab dan mendukung satu sama lain, berbeda dengan situasi beberapa saat lalu
dimana mereka bagaikan anjing dan kucing. ”Evan....emang kenapa kalo ada
dia....dia makan sendiri..kita juga makan sendiri kan???”tanya Lala sambil
memperhatikan tingkah Juri dan Erly. ”La...loe dan Evan kalo udah ketemu pasti
bawaannya berantem mlulu... saling ejek satu sama lain....teriak-teriak gak
jelas...ya gitu deh...”kata Erly sambil memegang kepalanya mengenang kejadian
Lala versus Evan. ”Tadi di kelas juga terjadi pertengkaran lagi kan, cuman
gara-gara jadwal piket mingguan....”kata Juri sambil memandang tajam ke Lala.
”Tapi kan....itu tadi....”kata Lala menengahi pernyataan kedua temannya
mengenai dirinya, bertubu-tubi. ”Iya....itu tadi....setengah jam yang
lalu....dan kalo sekarang ketemu lagi....”kata Juri sambil memandang Erly.
”Bisa-bisa jadi perang dunia....”teriak Erly memperkuat dugaan Juri. Lala
langsung menutup mulut Erly, ”Sssssttttt...jangan keras-keras...”pinta Lala.
Semua siswa yang makan di kantin langsung melihat ke arah Lala, Erly dan Juri.
Mereka bertiga hanya tersenyum dan kemudian mengambil alngkah cepat agar terhindar
dari pandangan-pandangan aneh itu. ”Huft....jangan lebay kayak gitu
dong....”pinta Juri sambil mengelus dadanya, mengatur nafas. ”Trus kita makan
di mana nih....”tanya Lala sambil menahan lapar. ”Terpaksa kita tidak
makan....”kata Juri. ”Yah.....”jawab Lala dasn Erly hampir bersamaan, kecewa.
Malam
hari yang dingin....Lala tertidur di meja belajarnya. ”Lala...Lala....kapan dia
bisa berubah....”gumam kak Irwan sambil memasuki kamar Lala. Digendong adik
kesayangannya itu menuju tempat tidurnya. ”La...kak Irwan harus berangkat
kuliah lagi...maaf ya kakak pergi malam-malam kayak gini....karena kakak tidak
ingin melihat kamu menangis melihat kakak pergi....sperti yang sering terjadi
ketika kakak berangkat kuliah....”kata kak Irwan sambil mengelus rambut lurus
Lala. Dikecupnya kening Lala yang membuat Lala bergerak. ”Selamat
malam...sayang...”kata kak Irwan sambil keluar kamar Lala. Di luar kamar, ibu
Lala telah berdiri sambil membawa tas kak Irwan. Kak Irwan mencium tangan
ibunya, lalu dipeluknya san Ibu. ”Bu...Irwan pamit dulu ya...”kata kak Irwan.
”Hati-hati ya nak....”kata Ibu sambil mengantarkan anaknya menuju teras rumah.
Kak Irwan mengendarai motor besarnya, dan mulai meninggalkan rumah besar bercat
putih dan krem itu. Sementara di tempat lain, Evan sedang sibuk dengan
pikirannya sendiri. ”Kalo gue bertengkar terus dengan Lala....kapan gue bisa
deket ma dia....”kata Evan sambil mondar-mandir di dalam kamarnya.
”Eh...ternyata anak mama udah mikirin cewek ya...”kata mama Evan tiba-tiba.
”Eh...mama....”kata Evan sambil menahan malu. ”Lala itu bukannya kapten
cheersleader di sekolah kamu kan???”tanya mama sambil duduk di kasur Evan. Evan
hanya menunduk sambil duduk di sebelah mamanya. ”Kamu suka sama dia???”tanya
mama Evan. ”Gak tau ma...”jawab Evan, pelan. ”Lho kok gak tau.....tadi kamu
bilang pengen deket ma Lala???”tanya mama Evan, bingung. ”Evan....hanya pengen
menjadi lebih dekat saja ma Lala....biar tambah akrab saja ma....”jawab Evan.
”Oh...kalo begitu mudah saja....kamu deketin dia...ajak dia makan bareng...belajar
bareng...nanti kamu juga tambah akrab sama Lala...”terang mama Evan sambil
memandang wajah anaknya yang mirip almarhum suaminya. ”Lha...itu yang
susah....kalo Evan deket-deket ma Lala...pasti akhirnya kami bertengkar
hebat...”kata Evan agak takut. ”Kok bisa..????”jawab mama Evan, tambah bingung.
Evan hanya menunduk. ”Ya sudah...coba aja dulu....besok mulailah deketin dia
tanpa bertengkar....siapa tau dia malah senang...”terang mama Evan sambil
mengelus rambut Evan yang berponi. Evan mengangguk. ”Ya sudah...ini sudah larut
malam...mending kamu tidur dulu.....daripada besok kamu bangun
kesiangan...”kata mama Evan sambil menidurkan Evan. Evan tersenyum ke arah
mamanya. ”Selamat tidur sayang...”kata mama Evan sambil menuju pintu keluar
kamar. ”Selamat tidur juga ma...”balas Evan sambil mematikan lampu kamarnya.
”Oke..besok akan gue coba resep dari mama barusan...”gumam Evan sambil
memjamkan matanya.
Hari
Jumat adalah hari yang dinantikan para siswa di seluruh SMP Eagle, karena hari
ini merupakan hari terakhir masuk sekolah sebelum memasuki libur musim panas
yang hampir memakan waktu 1 bulan. Lala terlihat sangat lesu ketika memasuki
kelas VIIIB, kelasnya. ”Kenapa dia..???”tanya Juri pada Erly. ”Gak tau...”jawab
Erly sambil mengangkat kedua bahunya. Juri mendekati Lala dan memandang ke
wajah lesu Lala. ”Kenapa loe La..????”tanya Juri. Lala menengok ke arah Juri
lalu menghembuskan nafas beratnya lagi. Evan yang melihat kejadian itu,
langsung kembali ingin mengerjai Lala. ”Muka loe cemberut kayak gitu...jadi
tambah mirip katak loe....hahahaha...”ejek Evan sambil tertawa keras. Anak-anak
lain yang mendengar ejekan Evan langsung tertawa keras. Juri dan Erly yang
mendengar ejekan Evan langsung menatap ke Lala, melihat sikap Lala terhadap
Evan tadi. ”Hari ini gue lagi males ngomong sama loe....kecoak....”kata Lala
sambil berdiri dan menuju luar kelas. Anak-anak seisi kelaspun langsung tertawa
mendengar jawaban Lala. ”Apa...???!!!!Dia manggil gue kecoak...???!!!”kaget
Evan sambil menahan amarahnya. ”Rasain loe....”kata Juri dan Erly sambil terus
tertawa dan mulai menyusul Lala. ”Lala kemana sih????”tanya Erly sambil terus
mencari Lala di luar kelas. Juri mencari keberadaan Lala dan menangkap sosok
Lala sedang duduk di taman sekolah. Juri dan Erly menghampiri sahabatnya itu.
”Kenapa loe...???”tanya Juri. ”Kakak gue....dia sudah pergi kuliah
lagi....”jawab Lala sambil membenamkan mukanya ke telapak tangannya.
”Apa..???!!!!Kak Irwan udah pergi lagi..???Padahal kan gue mau ngajakin dia
nonton film bareng...”teriak Juri kaget. ”Ya sudah La.....ntar kan kak Irwan
pasti balik lagi kan....????”kata Erly. ”Iya....ya....ntar kan dia juga balik
lagi...hehehehe...”jawab Juri, senang. ”Kok jadi gue nenangin loe....padahak
kan gue mencoba ngehibur Lala....”kata Erly. Juri hanya tersenyum, meringis.
”Bener kata loe.....ntar kalo dia pulang lagi...gue akan hajar dia....karena
udah pergi tanpa pamit sama gue....”kata Lala sambil berdiri dan mengepalkan
tangannya. ”Nah...gitu dong....”kata Erly, ceria karena hiburannya sukses. Lala,
Juri dan erly berjalan menuju ruang kelasnya. ”Hey.....sudah masuk lagi
loe....katak ijo....”ejek Evan. Lala yang mendengar ejekan itu langsung menuju
ke tempat duduk Evan, pojok paling belakang. ”Hey juga....kecoak got....”balas
Lala sambil berkacak pinggang di depan Evan. ”Wah...perang lagi nih....”ujar
Erik yang duduk di sebelah Evan. Evan memandang Erik. ”Mending gue pergi aja
deh....”kata Erik sambil mencari bangku yang kosong di depan. ”Baru nyari
nyamuk loe....blum makan ya..????Gimana nyamuk di taman sana,
enak-enak..???”ejek Evan yang kini sudash berdiri. Lala dan Evan berhadapan
dengan memasang muka permusuhan, seperti yang sudah sering mereka lakukan. Lala
menciumi arah Evan. ”Loe belum mandi ya....???”tanya Lala tiba-tiba sambil
menutup hidung. ”Eh..jangan menghina ya.....”jawab Evan, keras. ”Tapi kok bau
sih...”kata Lala sambil terus menutup hidungnya. Evan mulai menciumi bajunya
dan tangannya. ”Oya...gue lupa...loe kan kecoak...jadi wajar dong....kalo loe
bau got.....hahahahaha....”kata Lala sambil memukul jidatnya. Seisi kelas
tertawa keras mendengar ejekan Lala. ”Loe.....”Evan mulai marah dan membanting
bukunya. ”Apa..???!!!!Apa loe...???!!!!”teriak Lala dan mulai menggebrak meja
Evan. ”Guru udah datang......”teriak Noel, sang ketua kelas. Semua anak
langsung menuju tempat duduknya masing-masing, termasuk Lala dan Evan. ”Pagi
anak-anak.....”sapa pak Ito, guru Matematika. ”Pagi pak....”jawab seisi kelas,
kompak. ”Oke...sekarang dimulai pelajaran kita...”kata pak ito, sambil membuka
bukunya. Pelajaran Matematika merupakan pelajaran yang paling membosankan bagi
anak-anak kelas VIIIB ini, hampir setiap menit ada anak yang minta ijin pergi
ke toilet sekedar mencuci muka untuk menghilangkan rasa kantuk. Evan yang sudah mulai mengantukpun
akhirnya minta ijin ke toilet. ”Ya silahkan....”kata pak Iti, menyetujui ijin
Evan. Evan berjalan menuju ke luar kelas dan ketika melewati meja Lala, dia
membisikkan sesuatu pada Lala. ”Katak Ijo....”bisiknya dan langsung berlari
keluar. Lala marah dan
langsung berdiri. ”Dasar kecoak got.....”teriak Lala. Seisi kelaspun tertawa
keras, begitu pula dengan Evan yang masih mendengar teriakan Lala.
”Lala....siapa itu kecoak got...????”tanya pak Ito, marah. Lala hanya tersenyum
tipis ke arah pak Ito dan duduk kembali. ”Tidak pak....bukan
siapa-siapa...”kata Lala pelan. ”ya Sudah...kita lanjutkan pelajaran. ”kata pak
Ito. Tiba-tiba pak Hari,
kepala sekolah memasuki kelas dan menemui pak Ito. Nak-anak seisi kelas mulai
gaduh. ”Lala...kamu ikut saya....”kata pak Hari. ”Jangan-jangan pak Hari denger
ledekan gue tadi....”gumam Lala takut. ”Lala....”kata pak Hari mengagetkan
lamunan Lala. ”Iya...pak....”jawab Lala sambil mengikuti pak Hari. Seisi kelas
mulai gaduh dan ribut. ”Sudah jangan ribut....”teriak pak Ito, semua anak
langsung diam.
Ruang
kepala sekolah, sepi dan tenang berbeda dengan kegaduhan yang sering terjadi di
luar ruangan ini. ”Duduk La....”kata pak Hari sambil meminum tehnya. Lala duduk
di kursi empuk, depan meja kerja pak Hari. ”Ada apa ya pak....???”tanya Lala.
”Begini...tadi ada telepon dari ibu kamu.....”kata pak Hari pelan. Lala
mendengarkan dengan serius. ”Ibu kamu menyuruh kamu pulang.....”kata pak Hari
selanjutnya. ”Kenapa pak...???Apa yang terjadi dengan ibu saya..????”tanya
Lala, cemas mengkhawatirkan ibunya. ”Ibu kamu baik-baik saja.....”jawab pak
Hari. ”Terus...kenapa saya disuruh pulang....????”tanya Lala, bingung.
”Karena....kakak kamu mengalami kecelakaan....”jawab pak Hari dengan sangat
pelan. Lala langsung keget
dan terdiam di depan pak Hari. ”Kakak kamu......meninggal.....”kata pak Hari
kemudian. Lala mulai mengeluarkan air matanya. ”Aku mau pulang.....”kata Lala
sambil beranjak dari kursi empuk itu lalu meninggalkan ruangan yang tenang itu.
Air hangat terus keluar dari pelupuk mata Lala dan menetes di pipinya yang agak
tembem. ”Kakak.....”gumam Lala sambil berusaha mencegah air mata yang keluar
tambah banyak. ”Lala....kenapa dia menangis...???”tanya Evan yang sedasng
menuju kelasnya. ”Kakak.....”gumam Lala tambah pilu, dan matanya mulai tertutup
rapat. Evan yang melihat tubuh Lala yang mulai kehilangan keseimbangan itu,
langsung menghampiri Lala. ”Lala...kenapa loe...???”tanya Evan sesampainya di
samping Lala. Lala memandang Evan. ”Evan....Kakak....”gumam Lala dan diapun
langsung ambruk ke belakang. Dengan sigap Evan menangkap tubuh Lala agar tidak
membentur lantai. Lala pingsan di tangan Evan. ”La...bangun La....”kata Evan,
cemas sambil menggendong Lala ke ruang kesehatan.
SMP Eagle....
Evan
memasuki ke kelasnya yang sudah ramai. Diliriknya tempat duduk Lala yang masih
kosong. ”Tidak masuk lagi ya...???”batin Evan. Juri yang melihat tingkah Evan,
segera menghampirinya. ”Mungkin dia masih berduka...jadi dia belum
berangkat...”kata Juri sambil duduk di depan tempat duduk Evan. Evan memandang
ke Juri dengan tatapan aneh. ”Emang...apa peduli gue...”kata Evan sambil
meletakkan tasnya dan langsung keluar kelas. Juri berpandangan dengan Erik.
”Dasar...orang aneh...”kata Juri dan Erik hampir bersamaan. ”Biar gue yang
nyusul dia..”kata erik sambil berlari keluar kelas. Juri hanya mengangguk.
Sementara di luar kelas, Evan duduk di kursi taman sambil memberi makan ikan di
kolam. Erik menghampiri Evan dan duduk di sebelahnya. ”Sudahlah...mungkin dia
sedang berduka...jadi belum bisa masuk kelas...”kata Erik sambil merangkul
temannya itu. Evan hanya menghela nafas panjang. ”Gue gak nyangka ya...pada
saat Lala pingsan waktu itu, loe panik banget...sampe-sampe loe ndiri yang
nungguin dia sampai orang tuanya datang...gue salut sama loe...”kata Erik
memecah kesunyian. ”Gue gak tau...gue juga bingung....apa yang terjadi sama gue
sejak saat itu...gue...gue...ikut sedih aja pada saat itu..gue gak tega..”kata
Evan sambil menatap ikan-ikan yang sedang bermain di dalam kolam. ”Gue
ngerti...perasaan loe pada dia...udah dari dulu gue sadar akan hal itu...tapi
elo nya aja yang memungkirinya...”kata Erik sambil menatap temanya yang masih
bingung. Erik mengambil nafas panjang. ”Ya sudah...ntar sepulang sekolah kita
ke rumah Lala aja...gimana???”tanya Erly tiba-tiba dari arah belakang. Evan dan
Erik kaget dan menengok ke belakang. Erly dan Juri sudah berdiri sambil
tersenyum manis ke arah Evan dan Erik. ”Sejak kapan kalian di sini???”tanya
Evan, gugup. ”Sejak tadi...”jawab Juri sambil tersenyum. ”Jadi...kalian denger
semuanya...”tanya Evan kaget dan malu. ”Sudahlah....gak perlu dibahas lagi
kan...mending ke rumahnya aja langsung....rencanaya gue sama Erly mau ke sana
kok...”kata Juri sambil memegang pundak Evan. Erik memandang Evan. Evan
menunduk, berpikir. ”Ayolah...mungkin kalo ada loe...Lala jadi pengin ke
sekolah lagi...udah seminggu dia gak masuk sekolah...”kata Erly menambahkan.
”Bagaimana...bung Evan???”tanya Juri. Evan hanya mengangguk, perlahan tapi
pasti. ”Gitu dong...”teriak Juri dan Erly hampir bersamaan. Erik pun memeluk
temannya. ”Jangan peluk dong...ntar dikira gue gay lagi...”kata Evan sambil
melepaskan pelukan Erik. ”Hahahaha....”Juri,Erly dan Erik pun tertawa mendengar
celotehannya Evan yang sudah jarang terdengar sejak kejadian pingsannya Lala.
Rumah Lala terlihat sangat sepi...
Lala sedang duduk di jendela kamarnya.
Matanya masih merah dan kantong matanya berwarna sangat hitam. Rambutnya hanya
di kucir dan tampak hampir kusut. Tangannya menggenggam kalung hitam, milik
kakaknya. Kamarnya hampir dipenuhi foto-foto dirinya dan kakaknya serta ada
beberapa lembar foto dia bersama Key, saat kecil. ”Key....loe dimana????kakak
gue jahat..Key...dia ninggalin gue....”kata Lala sambil mengeluarkan air
matanya lagi. ”Lala.....”panggil ibu Lala dengan lembut. Lala tetap tidak
berpaling dari pandangannya. ”Ada Juri dan Erly...sayang...”kata ibu Lala lagi.
Lala masih tetap diam membisu. Ibu Lala memandang ke arah Juri, Erly, Evan dan
Erik. ”Kalian masuk saja ke dalam kamarnya....mungkin Lala mau bicara sama
kalian...”kata ibu Lala sambil meneteskan air matanya dan kemudian berlalu.
”Baik tante....”kata Juri dan Erly. ”La....ini kita La...”kata juri dan Erly
mendekati Lala. ”Loe...kenapa???”tanya Juri sambil memandang wajah sahabatnya
itu. Lala hanya diam. Erik dan Evan saling berpandangan lalu memasuki kamar
Lala. Evan melihat lembaran lembaran foto yang berserakan di lantai. ”Dia pasti
kakaknya Lala....”tunjuk Erik pada salah satu lembar foto yang dipegang Evan.
Evan menjatuhkan pandangannya ke foto anak laki-laki yang sedang tertawa dengan
anak perempuan di sampingnya. ”Trus..ini siapa???”tanya Evan. Erik menggeleng.
”Itu Key....sahabatnya dulu....dia menghilang....padahal Lala selalu
mengharapkan kemunculannya setiap hari...”jelas Juri sambil merapikan foto-foto
yang berserakan. ”Lala...!!!!!”teriak Erly mengagetkan semua orang yang ada di
kamar itu. Lala terlihat pingsan di tangan Erly. ”Tolongin gue...”teriak
Erly. “Lala..!!!!”teriak Evan dan Erik hampir bersamaan. Diletakkan Lala di
tempat tidur ketika ibu Lala datang memasuki kamar. “Lala…kamu kenapa
saying..??”Tanya ibu Lala cemas. “Lala kenapa tante...?”tanya Evan, cepat.
”Kata dokter...dia sedang shock berat....dia mungkin bisa saja tidak kuat
menahan cobaan ini untuk kedua kalinya....tapi ibu harap kamu bisa sembuh
sayang....”kata ibu Lala sambil menangisi putrinya itu. ”Lala pasti kuat
tante...mungkin butuh waktu...”kata Erik sambil merangkul pundak Evan yang
tampak terkejut mendengar penjelasan dari ibu Lala. ”Tante...boleh saya
menemani Lala untuk hari ini...???”tanya Evan tiba-tiba. Juri, Erly dan Erik
tampak kaget mendengar perkataan yang diucapkan Evan. ”Boleh tidak...???”tanya
Evan sambil memandang ibu Lala. ”Saya juga tante...besok kan hari minggu...jadi
libur sekolahnya...”kata Juri dan Erly hampir bersamaan. Ibu Lala hanya mengangguk sambil tersenyum tipis.
”Terima kasih ya...”ucapnya pelan.
Malam hari yang dingin di rumah Lala...
Juri,
Erly dan Erik sudah tertidu pulas di sofa kamar Lala. Evan masih terus membuka
matanya, berharap Lala sadar malam ini. ”Tuhan...aku mohon kepadaMu...sembuhkanlah
Lala...dia anak yang baik juga lucu...tapi kenapa diberi cobaan seperti
ini???”doa Evan sambil menggenggam tangan Lala. Evan terus menatap Lala yang
tampak sangat sedih. Perlahan-lahan, mata Lala terbuka. ”Evan....”kata Lala
saat melihat Evan tersenyum di sampingnya. ”Hai..Lala....”kata Evan sambil
meringis. Lala tersenyum tipis. ”Jelek loe...kalo senyuman loe kayak
gitu...”ejek Lala sambil tersenyum tipis. ”Kapan loe mau ke sekolah
lagi????anak-anak dah pada kangen tuh....”kata Evan sambil memberikan air putih
pada Lala. Lala duduk di tempat tidurnya dan meminum air yang diberikan Evan.
”Kenapa..???loe kangen kan ma gue...ngaku aja...”kata Lala sambil memukul
pundak Evan. ”Heh...bukan ya...tuh liat...temen-temen loe....”kata Evan sambil
menunjuk ke arah teman-temannya yang tidur pulas.
”Juri...Erly....Erik....”’kata Lala sambil menitikkan air mata. ”La...kalo loe
terus menerus memikirkan kesedihan ini...selamanya loe akan berada dalam hal
yang menyakitkan ini....loe tidak boleh menanggung hal ini sendirian La...loe
kan masih punya temen-temen baik kayak mereka...jika loe mau berbagi maka
kesedihan loe lambat laun akan berkurang...”kata Evan sambil memandang bintang
dari jendela kamar Lala. Lala menatap Evan, tersenyum. ”Tumben loe ngomongnya
kayak gitu....dapat wangsit dari mana loe..???”tanya Lala, heran.
”Hahaha...dari buku lah....hahahaha...”jawab Evan sambil tertawa, mencairkan
suasana. Lala tersenyum melihat Evan, ketika tertawa mirip dengan tertawanya
Key.
Setahun telah berlalu....
Pelepasan
siswa SMP Eagle pun di mulai di auditorium sekolah Eagle. ”Lala...kita akhirnya
lulus juga...”teriak Juri sambil memeluk Lala, sahabatnya.
”Hiks..hiks...iya..seneng banget...”kata Erly sambil menangis. ”Hey..kok loe
malah nangis sih...hari ini kan..hari kelulusan kita...”kata Lala sambil
merangkul Erly. ”Wah...cengeng loe....”teriak Juri. ”Hey....kalian lulus
gak...”teriak Erik mendekati Lala dan teman-temannya. ”Lulus dong....”teriak
Juri dan Erly hampir bersamaan. Lala hanya mengangguk sambil tersenyum. ”Evan
mana..???kok gak sama loe..??”tanya Lala, penasaran. ”Wah..nyari pacarnya
nih...”ejek Juri sambil memukul lengan Lala. ”Kan...teman....”kata Lala sambil
tersipu malu. Erik hanya tersenyum. ”Evan...menunggu loe di taman
belakang....”kata Erik. ”Ya udah..gue ke sana dulu yah...”kata Lala sambil
berlalu meninggalkan teman-temannya. ”Pacaran mlulu....”teriak Juri. ”Sudah
damai nih...gak ada lagi perang dunia lagi nih...”ejek Erik cepat. Lala hanya
melambaikan tangannya. Lala menghampiri sosok yang sedang duduk di bawah pohon
rindang taman belakang sekolah Eagle. ”Evan....ada apa???kenapa loe gak ke
dalam???”tanya Lala sambil duduk di samping Evan. ”Gak...disini pemandangannya
jauh lebih bagus...daripada di dalam gedung...”kata Evan sambil menunjuk ke
langit. Lala ikut memandang langit dan tampak olehnya segumpalan awan membentuk
bentuk-bentuk aneh yang saling berkejaran. ”Loe suka langit ya ...?”tanya Lala.
Evan mengangguk cepat. ”Gue juga....kadang kalo gue kangen sama kak irwan...gue
liat langit...gue harap kak Irwan melihat gue di atas sana....”kata Lala sambil
memandangi langit. ”Kalo Key...”tanya Evan, yang mengagetkan Lala. ”Key....gue
juga kangen ma dia...tapi gue gak tau dia ada di mana???”kata Lala sambil
menunduk. ”Begitu pentingnyakah Key bagi loe...??”tanya Evan. Lala hanya
terdiam dan menunduk. ”Key...Key....adalah teman terbaik gue...”kata Lala.
Angin yang sejuk menimpa Lala dan Evan yang terdiam seketika. ”Loe suka ya sama
dia...???”tanya Evan sambil menatap langit yang mulai mendung. Lala hanya
menunduk. ”Gue harap dia cepat kembali ya buat loe...biar bisa jagain loe
lagi...hehehe...”kata Evan sambil tertawa. Lala menatap Evan tak percaya.
”Kenapa...???bener kan....loe pasti berharap dia kembali untuk loe...”kata Evan
sambil menggaruk kepalanya. Lala tersenyum. ”Mungkin....”jawab Lala pasti.
2 tahun kemudian
Kini
Lala duduk di kelas 2 SMA Nusa Bangsa, sekolah paling populer di kotanya.
”La....ntar temenin gue ke mal yuk?”ajak Nadine, teman sekelasnya. Lala yang
sedang sibuk membaca komik hanya menggeleng. ”Kenapa???Loe gak mau nganterin
gue ya???”ucap Nadine sedih. Lala menutup komiknya dan menatap Nadine, teman
yang paling manja dan paling terkenal di sekolahnya karena kecantikannya dan
kekayaan papanya. ”Gue gak bisa hari ini
sayang.....ntar sore gue ada rapat pengurus...”kata Lala pelan.
”Yaaaahhhhhhhhh......loe sibuk di organisasi terus sih...jadi kita gak bisa
hangout lagi kayak dulu deh.....”kata Nadine sambil memasang wajah kecewa.
”Maap...yah....”kata Lala sambil tersenyum. ”Oke deh....tapi lain kali...kita
harus jalan-jalan bareng....ya???”kata Nadine sambil menatap Lala. Gadis
berambut coklat lurus sebahu itu hanya tersenyum dan mengangguk, lalu
meninggalkan Nadine memasuki ruang kelasnya.
Sepulang
sekolah di ruang rapat, Lala sedang duduk di kursi yang bertuliskan ’Komandan
Kegiatan’ sambil terus membaca komiknya. ”Baca komik terus....terusan....”ledek
Feronica yang sibuk menyiapkan peralatan rapatnya. Lala hanya tersenyum
meringis ke arah Feronica. ”Hai guys....”teriak Andre memasuki ruangan sambil
melemparkan jaketnya ke arah Lala. ”Ups....sori beibz...”teriak Andre langsung
mengambil jaketnya dan cepat-cepat merapikan rambut Lala. ”Emang...gue keranjang
pakaian kotor apa???”teriak Lala sambil memukuli Andre dengan komiknya.
Andrepun berlari menghindari Lala sambil terus teriak, ”Ampun...ampun La...”.
Lala pun mengejar Andre. ”Hey....rapat mau dimulai malah maen kejar-kejaran....dasar
anak-anak yang aneh...”teriak Sigit sambil memasuki ruangan rapat. ”Kan sudah
biasa seperti itu kan....mereka berdua sama-sama kayak anak kecil....”kata
Feronica sambil menulis di buku catatanya. ”Mereka jodoh kali ya...kan
sama-sama jomblo...hahahaha...”kata Edwin menimpali percakapanya rekan-rekannya
di dalan ruang rapat. ”Kita jodohkan saja mereka...bagaimana????”usul Feronica
cepat. ”Hei...hei...bentar dulu...kita gak bisa begitu saja main
jodoh-jodohan...nanti ada yang sakit hati loh...”komentar Binda sambil menatap
Guntur,ketua organisasi yang dari tadi diam saja di depan ruangan sambil
memandang ke arah Lala dan Andre yang sedang berkejaran. ”Jadi...komandan suka
sama Lala ya???”tanya Feronica sambil berbisik. ”Mungkin...liat saja
tatapannya....”jawab Binda. Sesaat kemudian semua mata tertuju pada Guntur yang
masih berdiri. ”Atau...dia suka sama Andre...”celetuk Edwin yang diikuti
teriakan dan pukulan dari teman-temannya, ”Hhuuuuuuuuu.....”teriak seluruh
anggota organisasi yang ada di ruang rapat. Sementara Guntur masih berdiri di
depan ruang rapat. Memandangi Lala dan Andre dengan tatapan yang tajam.
Minggu pagi di basecamp....
”Sorry
guys...gue telat...”kata Lala terengah-engah.”Udahlah...kan emang kebiasaan loe
kan???”kata Sigit. Lala hanya tersenyum merasa bersalah. ”Ayo semuanya cepat
selesaikan tugas kita hari ini...”kata Guntur tegas. ”Baik komandan!!!!”jawab
anak-anak lain. Lala dan Feronica mulai menata isi lemari baxecamp, Binda
menyapu lantai, Edwin mengepel lantai yang sudah disapu Binda, Guntur dan Andre
sibuk mengecat dinding basecamp. Semua melaksanakan tugasnya dengan sesekali
bercanda dan tertawa. Di taman depan sekolah, Lala duduk di gazebo taman sambil
berisitirahat. ”La...gue pulang dulu ya...”kata Feronica dan Binda sambil
melambaikan tangan. ”Iya..hati-hati di jalan...”jawab Lala sambil tersenyum.
”La...”panggil seseorang dari arah belakang lala. Lala melihat ke sumber suara.
”Eh loe..ada apa??”kata Lala sambil menatap orang yang memanggilnya, Guntur.
”Belum pulang??”tanya Guntur sambil duduk di samping Lala. ”Ntar aja ah..gue
mau lihat mentari sore dulu di sini...”jawab Lala sambil menatap arah sinar
matahari yang sedikit redup tertutup awan tipis. Guntur menatap Lala, sementara
Lala masih terlarut dengan mentari sore. ”Mentari sore selalu membawa kedamaian
dalam hati gue...cahaya, awan, matahari, dan semilir angin pada sore hari mampu
membuat gue merasa sangat nyaman...loe tidak merasakannya??”tanya Lala
tiba-tiba. Wajah Lala dan Gunturpun saling berhadapan. Keduanya terdiam sejenak
sambil memandangi wajah mereka. ”Ups...sori..”Lala tersadar lalu memalingkan
wajahnya dan kembali menatap mentari. ”Jika gue melihat suasana sore hari, maka
yang gue dapat adalah akhir dari kehidupan...mentari terbit sangat indah adalah
awal dari kehidupan, sementara mentari terbenam juga sangat indah merupakan
akhir dari kehidupan...”kata Guntur sambil memandang langit. Lala bingung
dengan yang diucapkan Guntur. Guntur tertawa melihat ekspresi Lala yang
kebingungan. ”Ntar loe tau sendiri...udah ah..gue mau cabut...bye bye
Lala...”kata Guntur sambil pergi meninggalkan Lala yang tampak berpikir keras.
Sementara di lain tempat, tampak Andre sedang menatap Lala dan Guntur dengan
wajah serius.
Di rumah Lala...
Lala
duduk di jendela kamarnya yang masih terbuka lebar. ”Apa maksud perkataan
Guntur ya??”pikir Lala. Tiba-tiba HP Lala berbunyi nyaring, membuyarkan lamunan
Lala. ”Halo...ada apa Juri..”jawab Lala sambil berbaring di atas kasurnya.
Ketika seddang asyik mengobrol dengan Juri, tiba-tiba ada suara gaduh dari
tetangga Lala. ”Udah dulu ya..kayaknya ada masalah serius nih...see you...”kata
Lala sambil mencari sumber suara dari jendela kamarnya. Ternyata sumber suara
itu dari rumah Key. Lala langsung menuruni tangga dan bersiap menuju rumah Key.
”Mau kemana sayang??”teriak Ibu Lala. ”Mau ke rumah Key Bu??”kata Lala sambil
merapikan jaketnya. ”Nggak usah..mending kita di rumah aja...”kata Ibu Lala
sambil memegang tangan Lala erat. ”Tapi...Lala pengen tau ada apa dengan
Key..kenapa akhir-akhir ini di rumah Key selalu terjadi keributan..”kata Lala
mulai panik. Ibu Lala menghela nafas dan mengajak Lala duduk di ruang keluarga.
Lala mendengarkan baik-baik apa yang dikatakan ibuya. ”Jadi...mama dan papa Key
mau cerai??dan ternyata Key anak haram mamanya Key??”kaget Lala. Ibu Lala hanya
mengangguk pelan. ”Tapi kamu gak usah ikut campur urusan mereka...nanti kamu
malah kena masalah lagi..”pesan Ibu Lala. Lala mengangguk pelan. ”Key...kenapa
kamu kembali ke sini malah keadaannya seperti ini..”gumam Lala sambil
memandangi rumah Key yang sedang ramai dengan suara-suara oenuh makian dari
jendela kamarnya.
”Permisi...”teriak
Lala di depan pintu rumah Key. Pembantu Key datang berlari-lari kecil menyambut
Lala. ”Eh..non Lala..mau ketemu sama den Key ya??”tanya nya. Lala mengangguk.
”Sebentar ya non, saya panggilkan dulu..non Lala masuk dan duduk dulu non..”kata
pembantu itu. Lala melihat foto-foto yang ada di dinding. ”Wah..kak David dan
kak Lisa udah sangat dewasa ya..sangat tampan dan sangat cantik..”gumam Lala
pelan. Mata Lala tertuju pada satu foto. ”Ini Key???”tanyanya bingung.
”Iya..itu gue La...”kata Key tiba-tiba yang mengagetkan Lala. Lala menatap Key
sekarang yang menjadi seorang cowok tinggi, besar, berambut panjang dan
berpakaian kumal. ”Key..?”tanya Lala memastikan. ”Kenapa??loe gak ngenalin gue
La??Ini gue, sahabatmu...”kata Key sambil mengusap rambut Lala. ”Key..kamu
sangat berubah...”kata Lala sambil tertawa, senang melihat sahabatnya telah
kembali. ”Dasar anak haram...gak tau rasa terima kasih...mati saja
sana..!!!!”teriak papa Key sambil menunjuk-nunjuk wajah Key. Key tampak menahan
amarahnya. Lala menatap wajah Key, lalu dipegangi tangan Key. Key menatap Lala.
Lala menggeleng. ”Huh...pasangan yang sempurna...yang laki-laki adalah anak
haram, sementara yang perempuan tidak jelas siapa ayah
kandungnya...sempurna...hahahahaha”ejek papa Key sambil menatap Key dan Lala.
Mendengar hal itu Key langsung memukul papanya bertubi-tubi, hingga wajah
papanya dipenuhi darah. ”Udah Key...udah...”teriak Lala keras. ”Loe boleh
menghina gue, tapi siapapun yang menghina dan menyakiti Lala, maka dia harus
mati...”teriak Key sambil memukul papanya hingga jatuh ke lantai. Lala mulai
menangis. ”Key...cukup..hentikan!!!”teriak mama Key. Key melihat mamanya,
kemudian menarik tangan Lala dan keluar dari rumah Key. ”Loe gak pa pa
kan??”tanya Key panik. Lala menangis. ”Kenapa loe harus lakukan itu Key??”tanya
Lala sambil menatap wajah Key. ”Gue gak bisa diam aja liat loe dihina seperti
itu La...”kata Key sambil memegang pundak Lala. ”Gue gak mau kejadian dulu
terulang lagi...makanya mulai sekarang gue akan mati-matian melindungi
loe...”kata Key menatap mata Lala. ”Loe berubah Key..berubah...”kata Lala
sambil menjauhi Key. ”La...”kata Key pelan, air matanya mulai mengalir. Lala
berlari menuju rumahnya. ”Gue lakuin ini semua, karena gue gak mau kehilangan
loe lagi la...”kata Key pelan di teras rumahnya.
Kantin sekolah SMA Nusa Bangsa
Lala
sedang asyik menyantap semangkuk soto favoritnya sambil sekali-sekali menimpali
obrolan dengan Nadine. ”La...ntar sore loe berangkatnya agak awal ya...soalnya
gue gak bisa datang....”kata Feronica tiba-tiba. ”Emang kenapa???”tanya Lala
bingung. ”Gue ada urusan mendadak...jadi ntar upacara loe yang atur
ya...okey??”kata Feronica sambil berlari meninggalkan Lala yang masih
terbengong-bengong dengan tugas barunya nanti. ”Udah...ntar gue bantuin loe
deh...”kata Andre dari belakang Lala. ”Hah!!Sejak kapan loe ada di situ??”tanya
Lala kaget. ”Gue udah ada sejak tadi lho...loe aja yang sibuk makan melulu jadi
gak sadar ma sekitar loe..”kata Andre sambil mengambil potongan tempe goreng
Lala. Lala memukul tangan Andre. ”Huh...beli sendiri dong...”kata Lala ketus.
”Pelit amat nih, cewek gue...”kata Andre sambil mengacak-acak rambut Lala.
”Biarin...”kata Lala sambil menjulurkan lidah pada Andre.
Sore hari di basecamp
”La...gue
mau ngomong sama loe..”kata Guntur tiba-tiba. Lala yang sedang asyik bercanda
dengan Andre langsung berhenti dan mengangguk, kemudian mengikuti Guntur. ”Ada
apa komandan...”kata Lala sambil duduk di taman belakang basecamp. ”Gue mau
bilang...”kata Guntur sambil memandang wajah Lala. Angin sore yang menyejukkan
tiba-tiba berhembus mengenai Lala dan Guntur. Lala terdiam, menunduk. ”Gue
pikirin dulu deh...”kata Lala pelan sambil tersenyum. Guntur melihat Lala yang
berdiri di depannya sibuk merapikan rambutnya akibat hembusan angin sore tadi.
”Gue pulang dulu yah...gue takut kemalaman..”kata Lala tersenyum lalu berlalu
meninggalkna Guntur yang sedang duduk memandangi Lala yang pergi menjauh.
Malam hari di kamar Lala...
”Iya
Juri...tadi Guntur nembak gue...gue syok banget kan...selama ini gue anggap dia
sebagai kakak gue...”kata Lala sambil bertelepon ria dengan Juri, sahabatnya.
”Iya...Guntur emang mirip banget ma kak Irwan, sikapnya, senyumnya bahkan
perhatiannya ke gue...bener-bener mirip banget..makanya gue gak bisa dengan
dia..lagipula loe tau sendiri kan...ada seseorang yang kunantikan dan
kuharapkan selama ini...”kata Lala sambil menatap foto dirinya, Juri, Erly,
Avan dan Erik saat pelepasan siswa SMP Eagle. ”Yah..meskipun gue gak tau dia
sekarang seperti apa...tapi gue harap dia masih seperti dulu...”kata Lala
sambil memandang ke langit.
Hari senin yang sangat terik..
”Huh..panas
sekali...gue mau ke kantin dulu ya...”kata Lala pada Nadine yang sedang sibuk mengipasi
dirinya dengan kipas angin mini. Lala berjalan menuju ke kantin, tiba-tiba ada
yang menarik lengan Lala dan merapatkan dirinya ke dinding di lorong yang sepi.
”Guntur!!!”teriak Lala. Guntur menutup mulut Lala dengan cepat.
”Sssttt...jangan keras-keras..nanti kedengaran anak-anak lain” kata Guntur
sambil menengok kesana-kemari. ”Ada apa??”tanya Lala mulai lemas, gara-gara
cuaca yang sangat panas. ”Sudah 1 bulan La, tapi loe belum ngasih tau jawaban
apa-apa sama gue..”kata Guntur sambil menatap mata cokelat Lala. Lala menunduk,
”maafkan aku...gue gak bisa...karena..”kata Lala pelan. ”Huh..benar kan dugaan
gue...loe sama Andre pasti ada apa-apa kan??”kata Guntur mulai kesal.
”Eh...Andre??”tanya Lala bingung. ”Iya..loe ma Andre pasti udah jadian
kan???Makanya kalo ada acara apa-apa loe pasti minta ma dia...Iya kan??”kesal Guntur
sambil memukul dinding dekat Lala bersandar. Lala kaget dan memandang Guntur
yang tengah dilanda marah karena cemburu. ”Bukan...bu..kan...”kata Lala mulai
merasakan dingin di tubuhnya. ”Kenapa La...kenapa???Padahal dulu, pada saat
pensi anak baru, loe bilang cowok yang paling loe suka adalah gue..??Kenapa loe
malah jadian ma Andre??”kata Guntur sambil menggoncang-goncangkan tubuh Lala.
”Hah..bukan itu maksudnya..”kata Lala terputus karena bentakan Guntur. ”Kenapa
La!!!”kata Guntur dengan nada sangat tinggi. Sehingga semua siswa yang berada
di sekitar Guntur dan Lala, manatap mereka berdua. ”Sudah..hentikan!!!”kata
Andre tiba-tiba dari belakang Guntur. ”Lepaskan Lala...”kata Andre pelan.
”Huh...ini pahlawannya datang...loe mau jadi pahlawan Lala ya??”kata Guntur
sambil menatap tajam ke arah Andre. ”Sudah...cukup Guntur...jangan jadi
kekanakan seperti ini..”kata Andre sambil memegang pundak Guntur. Guntur
menepis tangan Andre dari pundaknya. ”Jangan pegang gue...dan jangan pernah
muncul di depan muka gue!!!”kata Guntur sambil pergi meninggalkan Lala dan
Andre. Andre melihat ke arah Lala yang sedang menunduk, menangis. ”Gak usah
sedih La...gak usah dimasuki dalam hati omongan Guntur barusan...”kata Andre
menepuk pundak Lala. Lala mengangguk pelan, tapi tangisannya semakin lama
semakin keras. Andre memeluk Lala dan menyandarkan kepala Lala di pundaknya.
”Sabar ya...”kata Andre menenangkan Lala.
Sore hari di basecamp..
Guntur
sedang sibuk di depan laptopnya, ketika Lala memasuki ruangan. Binda dan
Feronica yang sedang duduk di dekat Guntur, langsung keluar. Berita
pertengkaran Lala, Guntur dan Andre sudah tersebar luas di kalangan siswa SMA
Nusa Bangsa. Lala yang sedang merasa tidak enak badan langsung duduk di dekat
pintu basecamp. ”Kenapa La??Loe belum ngasih gue alasannya...”kata Guntur
cepat. Lala hanya diam. ”Kenapa...kenapa..kenapa!!!!”teriak Guntur sambil
menendang kursi sebelahnya hingga jatuh. Lala kaget mendengar bunyi keras itu,
air matanya jatuh lagi. Lala menghampiri Guntur. ”Loe mau tau kenapa..”tanya
Lala sambil menangis. Guntur hanya duduk menahan amarahnya yang sedang
memuncak. ”Karena loe mirip alamarhum kakak gue...makanya gue bilang cowok yang
paling gue suka adalah loe...karena jika gue melihat loe..gue merasa ada kakak
gue...dan kakak gue adalah yang terbaik di dunia ini...”kata Lala sambil
menahan kesedihannya akibat harus mengenang kakaknya lagi. Guntur hanya diam,
membisu. ”Dan Andre...dia adalah teman gue dari SMP...dan dia tahu banyak
tentang gue...dan tidak ada hubungan apapun antara gue dan dia...loe harus tahu
itu...”kata Lala semakin lemah. Andre yang mendengarkan dari pintu basecamp
hanya bisa tertunduk. ”Jadi loe belum bisa melupakan Evan la???”kata Andre
tiba-tiba memecah kesunyian. Guntur kaget dengan pertanyaan Andre. Lala hanya
menunduk dan menggeleng. ”Gue gak tahu...gue bingung...”kata Lala. ”Ataukah
orang yang bernama Key???”tanya Andre kemudian. Lala menatap Andre dengan
tatapan tak percaya. ”Huh...mungkin Key orang yang paling berarti bagi loe
ya??Sehingga mengalahkan gue, Guntur bahkan Evan...”kata Andre sambil tersenyum
tipis. ”Key...Evan...”kata Lala lirih.
Minggu sore di rumah Lala...
Lala
sedang asyik membaca komik di teras rumahnya, ketika Key datang menghampirinya.
”Hey..gadisku...”kata Key mengagetkan Lala. Lala tersentak kaget dan memukul
Key dengan buku komiknya. ”Ampun-ampun...sakit sekali...”teriak Key
berkali-kali memohon ampunan padahal pukulan dari Lala tidak berasa sama sekali
baginya. ”Makanya...jangan berulah...”kata Lala sambil melotot pada Key. ”Hiii..takut
ah...”kata Key menghindari tatapan mata Lala. Lala hanya tersenyum melihat
tingkah laku Key. ”Loe ada acara gak??”tanya Key. ”Kenapa??”jawab Lala sambil
memandang Key. ”Keluar yuk...kita jalan-jalan...”kata Key sambil menarik tangan
Lala. ”Okey...okey...gue ganti baju dulu...”kata Lala tersenyum.
Sepanjang
perjalanan, Key dan Lala terus berbincang dan kadang diselingi tawa dan canda
di atas motor Key. Lala memeluk erat Key dari belakang, ”gue senang loe kayak
gini Key...”bisik Lala pelan. ”Gue juga La...gue hampir gila gara-gara mikirin
loe...”kata Key sambil memegang tangan Lala. Lala hanya tersenyum.
”Tolong..jangan pergi lagi...”gumam Lala.
Pelepasan siswa SMA Nusa Bangsa
Lala
dan Nadine terus berpelukan. ”La..jangan lupain gue ya...meski loe jauh di
manapun loe berada...tolong ingat terus sahabat loe yang paling cantik
ini...”kata Nadine sambil terus memeluk Lala. Lala mengangguk dan air mata
mulai tumpah dari kelopak matanya. ”La...gue mau bicara...”kata Andre
tiba-tiba. Lala melepaskan pelukan Nadine dan melihat Andre. ”Ada apa??”tanya
Lala. Andre mengambil sesuatu dari balik bajunya. Kemudian memakaikan gelang
dari bambu berwarna ungu di tangan Lala. ”Jangan lupain gue ya...ini adalah
tanda bahwa kita akan jadi teman selamanya...”kata Andre sambil mengacak-acak
rambut Lala. Lala hanya tersenyum dan memeluk Andre. ”Pasti...gue pasti akan
ingat loe...selamanya...”kata Lala sambil memegang tangan Andre. ”Oya..tadi di
luar gue ketemu ma Key...”kata Andre. ”Key udah datang...”kata Lala senang.
”Loe udah jadian ma Key ya...”tanya Andre pelan. Lala hanya tertawa lalu
meninggalkan Andre. ”Jawab dong La...pertanyaan terakhir tuh...”kata Andre
sambil memandang Lala. ”Best Friend Forever...”teriak Lala sambil melambaikan
tangan pada Andre. Guntur yang dari jauh memandang Lala, hanya duduk dan
tersenyum tipis. ”Huh...dasar!!!”omel Guntur. Guntur menghampiri Lala, di saat
Lala mulai meninggalkan aula SMA menuju tempat parkir. ”Loe ikut gue...”kata
Guntur sambil menyeret Lala memasuki mobilnya. ”Hey...apa-apaan
loe...!!!”teriak Lala. Key yang sedang menunggu Lala, dikejutkan dengan suara
keras Lala. Key melihat Lala dimasukkan secara paksa ke dalam mobil. Mobilpun
mulai melaju kencang. ”Kurang ajar...siapa yang berani melakukan itu pada
Lala...”kata Key sambil mulai mengejar mobil Guntur. ”Loe pasti mati...dasar
brengsek!!!”teriak Key. Sementara di dalam mobil. ”Guntur...hentikan
mobilnya...turunin gue!!!”teriak Lala sambil mencoba melepaskan cengkraman
tangan Guntur. ”Diam loe!!!”teriak Guntur keras. Guntur tersenyum puas, melihat
arah Key yang semakin cepat menjalankan motornya. ”Liat cowok loe...”kata
Guntur sambi terus tersenyum. Lala melihat ke arah Key. ”Key!!!Key!!!”teriak
Lala. ”Liat cowok loe...mungkin setelah ini dia mati...”kata Guntur pelan. Lala
kaget dan memandang ke arah Guntur. ”Apa...apa yang loe katakan??”tanya Lala
bingung. ”Liat aja...berhenti pak..”kata Guntur. Mobil Guntur langsung berhenti
mendadak. Key yang tidak menyadari mobil yang dikejarnya akan berhenti
mendadak, langsung menginjak rem tapi sayang remnya ternyata blong.
”Key...Key!!!”teriak Lala sambil mulai menangis melihat Key jatuh dari motornya
dan terguling di jalanan. Lala keluar dari mobil Guntur, dan mobil Guntur pun
meninggalkan Lala di lokasi kecelakaan Key. Key tertelungkup di jalan dan tidak
bergerak sama sekali. ”Key...Key...”kata Lala sambil memangku kepala Key yang
bersimbah darah. Orang-orang yang berlalu lalang mulai berdatangan melihat
kecelakaan Key. Lala menangis keras sambil memeluk kepala Key.
4 tahun kemudian...
”La..loe
gak malam mingguan??”tanya Vita, teman satu kost dengan Lala. Sekarang Lala
sudah duduk di bangku kuliah di salah satu kota besar di negara ini. Lala hanya
tersenyum. ”La...selama pengamatan gue, loe gak pernah punya cowok ya...”kata
Lina sambil menyapu lantai teras. ”Iya..ya...dari semester pertama sampai mau
lulus, loe adalah satu-satunya cewek di kost ini yang gak pernah bawa teman
cowok..”kata Vita sambil duduk disamping Lala. ”Mungkin gue suka ma cewek
kali...”kata Lala asal sambil tertawa menuju kamar mandi. ”Huuuu....masak jeruk
makan jeruk...”ledek Vita sambil melempar handuk Lala ke muka Lala. Lina hanya
tertawa geli.
Pagi hari di kampus..
”La...loe
udah bimbingan skripsi lum??”tanya Gio. ”Lum, gue lum punya ide nie..mau bikin
skripsi tentang apa...”kata Lala sambil memainkan remote tivi di kantin kampus.
”Cepetan lho La...ntar loe gak bisa ikut wisuda tahun depan lho...”kata Gio
sambil makan nasi gorengnya. ”Iya..iya...ntar juga gue mau ke perpustakaan
daerah kok...”kata Lala pelan. Gio hanya mengangguk cepat sambil makan nasi
goreng porsi jumbonya dengan lahap. ”Gio..Gio...gimana loe mau kurus...makan
aja loe kayak sapi kayak gini kok...”ledek Lala tertawa. ”Huh...biarin
aja...”ucap Gio sambil terus makan. Lala hanya tertawa melihat tingkah laku
temannya itu.
Perpustakaan daerah...
Lala,
Vita dan Lina berjalan menelusuri taman-taman menuju ke ruang perpustakaan yang
utama. ”Ntar kalo udah pada selesai nyari bukunya, langsung kasih tau yang lain
ya...”kata Vita. ”Okey...”jawab Lina. ”Sip...”kata Lala sambil menunjukkan ibu
jarinya. ”Lala...”tiba-tiba ada yang memanggil Lala dari arah belakang Lala.
”Tuh..belakang loe...”tunjuk Vita. Lala memutar badannya dan tampak Evan
berdiri sambil tersenyum di depannya.”Hai...apa kabar??”kata Evan sambil
melambaikan tangannya. Vita dan Lina berbisik-bisik. ”Siapa La??”tanya Lina.
”Loe gak mau ngenalin ke kita nie??” kata Vita sambil menyenggol Lala.
”Owh...Ni Evan..temen SMP gue...Evan ni temen-temen kost gue...”kata Lala
memperkenalkan teman-temannya. ”Eh...ternyata Lala punya teman cowok juga
ya??”kata Vita sambil tersenyum. ”Cakep lagi...”kata Lina kemudian. ”Bisa aja
kalian...”kata Evan sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. ”Udah
aha...gue masuk dulu ya La...takut tutup perpustakaannya...heheheh...”kata Vita
sambil menyeret Lina yang masih terpesona dengan ketampanan Evan. Lala berdiri
berhadapan dengan Evan. ”Gimana kabar loe??”tanya Evan. ”Baik...loe
sendiri??”jawab Lala. Evan mengangguk. Lala dan Evan terdiam. ”Gue turut
berduka cita atas Key ya...”kata Evan pelan-pelan. ”Terima kasih...”kata Lala
pelan juga.
Malam hari di kost..
”Lala...ada
pacar loe dateng!!!!”teriak Dewi dasri luar. ”Cececece...yang udah punya cowok
ni ye...”ledek Vita yang sedasng duduk di depan tivi. ”Bukan...”kata Lala
sambil menuju ke teras. ”Hai...lagi apa??”kata Evan sambil tersenyum. ”Lagi
nemuin tamu di teras...”jawab Lala sekedarnya. Evan hanya tersenyum. ”ayo kita
keluar...”kata Lala sambil menyeret tangan Lala. ”Kita mau kemana???”tanya Lala
bingung ketika Evan menaiki motornya. ”Ayo naik...”kata Evan. Lala hanya
menurut saja. Sepanjang perjalanan, Lala hanya diam. Dia teringat kembali
ketika berboncengan motor dengan Key. Tiba-tiba motor berhenti, Evan melepaskan
helmnya. ”La...loe suka langit kan???”tanya Evan sambil memandang Lala. Lala
hanya menatap Evan. ”Lihat...lihat ke atas...”kata Evan sambil menengadahkan
kepalanya menghadap langit. Lala ikur menatap langit juga. ”Waaa...indah
sekali!!!”tanpa sadar mulut Lala mengucap kata itu. Langit malam yang gelap dipenuhi
beratus bahkan beribu bintang. Evan hanya tersenyum melihat Lala tampak senang
dengan hadiah kejutannya. ”La...”ucap Evan lirih. Lala melihat ke arah Evan.
”Ada apa??”tanya Lala bingung. Evan menatap wajah Lala. ”Loe senang???”tanya
Evan. Lala mengangguk sambil tersenyum tipis. Evan senang melihat Lala
tersenyum padanya lagi. Suasana hening seketika. ”Apa gue dikutuk ya???”tanya
Lala tiba-tiba. Evan kaget dan menatap Lala. Lala menghembuskan nafas berat.
”Kenapa orang-orang yang gue cintai selalu meninggal...”tanya Lala pelan. Evan
memegang tangan Lala. ”Semua pasti ada alasannya...”kata Evan menenangkan. Tak
sadar Lala menyandarkan kepalanya di pundak Evan. ”Iya...gue juga tahu
alasannya...”kata Lala sambil terus melihat bintang di pundak Evan. Evan terdiam
sejenak. Lala mulai menangis. ”Lala..loe kenapa???”tanya Evan panik. Lala
berdiri cepat. ”Ayo...gue ingin pulang...”kata Lala sambil berlalu meninggalkan
Evan.
Hari Sabtu yang cerah di kost
Lala
duduk termenung di dalam kamarnya. ”Kenapa gue bisa bersandar kayak gitu pada
Evan??”pikir Lala. Lala mengacak-acak rambut pendeknya. ”Hahhhh...gak
mungkin...gak mungkin gue suka sama Evan....”teriaknya keras. Vita datang
tergopoh-gopoh. ”Kenapa La???”tanya Vita panik. Lala hanya meringis. ”Gak ada apa-apa
kok...”jawab Lala sambil berlalu. Vita menjitak kepala Lala. ”Dasar...anak
aneh...”teriak Vita gemas. Lala duduk di ruang tamu. Tatapan matanya
kosong,menatap ke jalanan yang sepi. Teringat kembali kejadian-kejadian masa
lalu dengan Key, saat masih duduk di bangku SD, dengan kak Irwan, yang selalu
menggodanya, serta kejadian kematian Key dan kak Irwan. Tanpa sadar air mata
menetes di pipi Lala. ”Lala...kenapa loe nangis??”tanya Lina dan Vita yang
sudah duduk manis di sebelah Lala. Lala menghapus air matanya. Lina menangkap
tangan Lala. ”Jangan dihapus, jika air mata bisa mengeluarkan kesedihan dari
dalam diri loe..lebih baik keluarkan saja semuanya...”kata Lina dengan bijak.
Vita pun mengangguk. Lala pun menangis keras di pelukan Lina. ”Sudah keluarkan saja
semuanya...”kata Lina sambil mengusap-usap rambut Lala.
Lala
dengan mata sembap, mulai menatap Lina dan Vita. ”Kenapa La...cerita dong sama
kita...”kata Vita. ”Iya..jika ada masalah jangan dipendam sendiri...”tambah
Lina sambil tersenyum. ”Kalian pengen tahu kan, kenapa gue gak pernah punya
pacar..”kata Lala pelan. Lina dan Vita mendengarkan cerita Lala tentang Key,
orang yang paling disukainya dan kak Irwan, kakaknya yang paling disayanginya.
”Owh..jadi loe udah punya kekasih??”kata Vita menyimpulkan. ”Key...dia
satu-satunya orang yang bener-bener bisa buat gue merasa aman,nyaman dan
tenang. Tapi, semuanya telah berakhir...”kata Lala. ”Kenapa??Key selingkuh ya??”kata
Vita cepat. Lina mengunci mulut Vita yang ceplas-ceplos. Lala menggeleng lemah,
”dia meninggal dalam kecelakaan yang gue lihat sendiri...”kata Lala mulai
menangis. Lina dan Vita menenangkan Lala lagi. ”Sebelum meninggal, Key berkata
kalau dia akan selalu mencintaiku selamanya dan dia akan selalu ada untuk
melindungiku...”kata Lala sambil menangis terisak. Lina dan Vita yang
mendengarnya mulai menitikkan air mata.
Malam harinya
Lala
menonton televisi sambil makan nasi bungkusnya. ”La...gue keluar dulu
ya...hati-hati lho...”kata Lina sambil berlalu. ”Okey deh...”jawab Lala sambil
melambaikan tangannya. Tiba-tiba di televisi ada film horor yang sedang tayang.
Lala yang tak sengaja memindahkan channel ke channel tersebut, langsung menutup
matanya dengan kedua tangannya. ”Huh...kalo takut itu, gak usah liat...”suara
laki-laki mengagetkan Lala. Lala menoleh ke belakang dan tampak Evan yang
tersenyum ke arahnya. ”Eh...loe...sejak kapan loe ada di situ..”kata Lala
sambil melambaikan tangan menyuruh Evan masuk. ”Sejak jaman penjajahan
Belanda...”cerocos Evan sambiil duduk di samping Lala. ”Ada apa??”tanya Lala.
Evan menatap Lala. ”Hah???masak cowok cakep kayak gini, datang ke tempat cewek,
tapi ceweknya gak tau tujuan si cowok
apa??”kata Evan ketus. Lala mengernyitkan dahi. ”Sudahlah...ayo kita
keluar...jalan-jalan..”kata Evan sambil menarik tangan Lala. Lala terdiam dan
menatap tangan Evan yang memegang tangannya. ”Ayo...ada sesuatu yang perlu gue
omongin...”kata Evan cepat. Lala memandang Evan. Ada perasaan hangat ketika
berada di dekat Evan, perasaan yang sama ketika Lala bersama Key. ”A...Y...O...Ayooo..”kata
Evan kemudian. Lala tersadar dari lamunannya. ”Eh..kalo mau ngomong, dii sini
aja..gue lagi malas keluar nih...”kata Lala sambil menata meja. ”Huh...disini
apa enaknya ngomong kayak gituan...”desah Evan. ”Kenapa??”tanya Lala sambil
menatap Evan. ”Eh..gak papa..hehehe...”kata Evan. Lala kembali menyapu lantai.
”Hemm..tapi besok kita lari pagi bareng yuk??”kata Evan. Lala berpikir
sebentar. ”Okey dehh...tapi gue ditraktir makan bubur ayam ya...”kata Lala
sambil tersenyum lebar. ”Hahh..dasar...ada maunya juga ya...”kata Evan sambil
cemberut. ”Lha..gimana mau tidak???”tantang Lala. ”Okey..dasar tukang
makan..”gerutu Evan. Lala memandang Evan. ”Apa loe bilang???”tanya Lala. ”Loe
tukang makan..”kata Evan santai. ”Huuu..loe tukang sapu makam...”ledek Lala
sambil melemparkan kemoceng ke arah Evan. Lala dan Evan menghabiskan malam
minggu mereka dengan saling mengejek seperti ketika masih duduk di bangku SMP.
Minggu pagi
di alun-alun..
Lala
dan Evan tampak sedang lari pagi dengan penuh tawa. Ada wajah yang sangat
bahagia di keduanya. ”Udah ah...capek..”kata Evan sambil berhenti lari. Lala
menatap Evan. ”Hah..baru segini doang udah capek..ckckckck..”kata Lala sambil
memukul pundak Evan. ”Gue jarang lari-lari kayak gini tau...gue seringnya di
gym..ya..yang selevel ma gue lah..”kata Evan sambil menyobongkan diri.
”Huuuu...gak usah banyak alasan deh...loe emang payah...”kata Lala sambil
memukul kepala Evan. ”Hey...jangan rusak gaya rambut gue...”teriak Evan sambil
tersenyum. Lala mencibir dan terus berlari dari kejaran Evan. Lala berlari
tanpa melihat arah. Tiba-tiba ada sebuah mobil dengan kecepatan sedang, menuju
ke arah Lala. Lala tidak menyadari adanya bahaya yang mengintai dirinya. Evan
yang melihat bahaya yang mengancam Lala, langsung berlari ke arah Lala dan
mendorong Lala kuat. Lala terjatuh di pinggir jalan, sementara Evan yang
berhasil mendorong Lala malah tertabrak oleh mobil tersebut. Evan terpental ke
depan Lala yang sedang berusaha bangkit. Semua orang di sekitar kejadian
menjerit histeris. Lala yang belum sepenuhnya sadar dengan kejadian yang
dialaminya, memandang Evan yang tergeletak di depannya. Evan tak sadarkan diri
di aspal jalan. Darah segar mulai mengalir keluar dari luka-luka di tubuhnya.
Lala terduduk di samping tubuh Evan. Semua orang mulai berkerumun di lokasi
kejadian. Lala hanya terdiam dan tidak berani menyentuh tubuh Evan. Air mata
mulai menetes, tak tertahankan lagi.
Ruang ICU di sebuah Rumah Sakit..
Lina
dan Vita terus mencoba menghibur Lala yang masih shock. ”Evan...Evan...”teriak
seorang waniita paruh baya memanggil nama Evan. Lala memandang wanita itu.
”Sudahlah ma...kita berdoa untuk keselamatan Evan...”kata pria yang terus
mendampingi wanita itu. Lala berdiri menghampiri wanita dan pria itu. ”Maafkan
saya tante..om...”kata Lala tiba-tiba. Wanita itu memperhatikan Lala.
”Gara-gara saya, Evan menjadi celaka...gara-gara saya,putra tante dan om jadi
seperti ini...semua ini karena kesalahan saya...jika terjadi sesuatu dengan
Evan, maka saya tidak bisa memaafkan diri saya sendiri...”kata Lala sambil
menangis. ”Lala...Lala...”kata wanita itu sambil menarik Lala ke dalam
pelukannya. ”Bukan salah kamu sayang, tapi ini semua sudah kehendak
Tuhan...kamu tidak boleh berkata seperti itu...”kata pria itu sambil mengusap
rambut Lala. Lala hanya bisa menangis di pelukan wanita itu, mama Evan.
Lala
duduk di samping tempat tidur Evan. Evan dinyatakan koma oleh dokter.
”Lala..kamu pulang saja ya...sudah 5 hari kamu di sini sayang..besok kamu boleh
ke sini lagi..”bujuk papa Evan. Lala hanya menggeleng lemah. Papa Evan menghela
nafas berat. ”Ya sudah..om mau pergi jemput tente di rumah ya..”kata papa Evan
sambil meninggalkan kamar Evan. Lala memandang Evan, yang terbaring lemah di
tempat tidurnya. ”Gue tau alasannya...kenapa orang-orang yang gue sayangi pasti
meninggal..karena gue gak pantas disayangi...gue gak pantas dikasihi...gue gak
pantas dicintai...jadi tolong bencilah pada gue..agar loe bisa hidup seribu
tahun lagi...”kata Lala sambil menangis.
Sabtu sore yang dingin..
Lala
masih duduk di dalam kamar Evan. Sudah 3 bulan, Evan masih tertidur lelap. Lala
merapatkan jaketnya, bersiap untuk pergi. ”Evan...gue pergi dulu...gue pengin
loe bisa sembuh dan hidup bahagia....selamat tinggal...”bisik Lala sambil
meletakkan sepucuk surat di bawah buku catatan Evan. Lala meninggalkan kamar
Evan tanpa melihat Evan lagi. Tanpa diketahui Lala, Evan pun menangis dalam
tidurnya. Air mata meleleh di pipi Evan.
Dear
Evan....
Jika
loe baca surat ini, mungkin gue udah berada jauh dari loe...(itu harapan loe
bukan???)hehehehe...
Maafkan
gue..gara-gara gue loe jadi seperti ini...jika seandainya gue dapat memutar
waktu, mngkin alangkah baiknya gue tidak terlalu dekat dengan loe..mending kita
jadi kucing ma anjing selamanya bukan...
Gue
tidak ingin sesuatu yang buruk menimpa loe lagi...gue juga tidak ingin merasa
kesedihan lagi seperti rasa sedih kehilangan kak Irwan dan Key...gue takut
dengan rasa itu..rasa kepedihan yang teramat sangat...ternyata loe benar..gue
emang penakut..
Jadi
gue pilih, lebih baik gue pergi dari kehidupan loe selamanya..karena gue takut
kehilangan loe...gue takut merasakan kesedihan itu lagi...gue takut loe menjadi
terluka..gue takut cinta gue bisa menjadi senjata pembunuh loe....
Evan...gue
tahu apa yang ada dalam hati loe...gue juga sama...tapi mungkin kita tidak
ditakdirkan bersama di kehidupan ini...gue hanya bisa berharap, di kehidupan
mendatang kita bisa bertemu lagi dengan takdir yang lebih baik...
With
love...
Lala...
Mama Evan membacakan surat dari Lala dengan air
mata mengalir deras. Evan hanya bisa diam mencerna semua kata-kata dalam surat
Lala. ”Evan...ayo kita pullang ya nak...”kata mama Evan sambil mendorong kursi
roda yang diduduki Evan. Evan mengangguk pelan. ”Bye...Lala...”kata Evan
terbata sambil menangis meninggalkan sebuah makam yang masih terlihat cukup
baru. Di batu nisan tertulis nama Karen Avriela, lahir 14 September 1986,
meninggal 27 Mei 2010. Dan sebuah foto wanita yang tersenyum riang di bawah
tulisan itu. Foto Lala.
*****TAMAT*****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar