Hari Sabtu yang cerah di kost
Lala duduk termenung di dalam kamarnya. ”Kenapa gue bisa bersandar kayak gitu pada Evan??”pikir Lala. Lala mengacak-acak rambut pendeknya. ”Hahhhh...gak mungkin...gak mungkin gue suka sama Evan....”teriaknya keras. Vita datang tergopoh-gopoh. ”Kenapa La???”tanya Vita panik. Lala hanya meringis. ”Gak ada apa-apa kok...”jawab Lala sambil berlalu. Vita menjitak kepala Lala. ”Dasar...anak aneh...”teriak Vita gemas. Lala duduk di ruang tamu. Tatapan matanya kosong,menatap ke jalanan yang sepi. Teringat kembali kejadian-kejadian masa lalu dengan Key, saat masih duduk di bangku SD, dengan kak Irwan, yang selalu menggodanya, serta kejadian kematian Key dan kak Irwan. Tanpa sadar air mata menetes di pipi Lala. ”Lala...kenapa loe nangis??”tanya Lina dan Vita yang sudah duduk manis di sebelah Lala. Lala menghapus air matanya. Lina menangkap tangan Lala. ”Jangan dihapus, jika air mata bisa mengeluarkan kesedihan dari dalam diri loe..lebih baik keluarkan saja semuanya...”kata Lina dengan bijak. Vita pun mengangguk. Lala pun menangis keras di pelukan Lina. ”Sudah keluarkan saja semuanya...”kata Lina sambil mengusap-usap rambut Lala.
Lala dengan mata sembap, mulai menatap Lina dan Vita. ”Kenapa La...cerita dong sama kita...”kata Vita. ”Iya..jika ada masalah jangan dipendam sendiri...”tambah Lina sambil tersenyum. ”Kalian pengen tahu kan, kenapa gue gak pernah punya pacar..”kata Lala pelan. Lina dan Vita mendengarkan cerita Lala tentang Key, orang yang paling disukainya dan kak Irwan, kakaknya yang paling disayanginya. ”Owh..jadi loe udah punya kekasih??”kata Vita menyimpulkan. ”Key...dia satu-satunya orang yang bener-bener bisa buat gue merasa aman,nyaman dan tenang. Tapi, semuanya telah berakhir...”kata Lala. ”Kenapa??Key selingkuh ya??”kata Vita cepat. Lina mengunci mulut Vita yang ceplas-ceplos. Lala menggeleng lemah, ”dia meninggal dalam kecelakaan yang gue lihat sendiri...”kata Lala mulai menangis. Lina dan Vita menenangkan Lala lagi. ”Sebelum meninggal, Key berkata kalau dia akan selalu mencintaiku selamanya dan dia akan selalu ada untuk melindungiku...”kata Lala sambil menangis terisak. Lina dan Vita yang mendengarnya mulai menitikkan air mata.
Malam harinya
Lala menonton televisi sambil makan nasi bungkusnya. ”La...gue keluar dulu ya...hati-hati lho...”kata Lina sambil berlalu. ”Okey deh...”jawab Lala sambil melambaikan tangannya. Tiba-tiba di televisi ada film horor yang sedang tayang. Lala yang tak sengaja memindahkan channel ke channel tersebut, langsung menutup matanya dengan kedua tangannya. ”Huh...kalo takut itu, gak usah liat...”suara laki-laki mengagetkan Lala. Lala menoleh ke belakang dan tampak Evan yang tersenyum ke arahnya. ”Eh...loe...sejak kapan loe ada di situ..”kata Lala sambil melambaikan tangan menyuruh Evan masuk. ”Sejak jaman penjajahan Belanda...”cerocos Evan sambiil duduk di samping Lala. ”Ada apa??”tanya Lala. Evan menatap Lala. ”Hah???masak cowok cakep kayak gini, datang ke tempat cewek, tapi ceweknya gak tau tujuan si cowok apa??”kata Evan ketus. Lala mengernyitkan dahi. ”Sudahlah...ayo kita keluar...jalan-jalan..”kata Evan sambil menarik tangan Lala. Lala terdiam dan menatap tangan Evan yang memegang tangannya. ”Ayo...ada sesuatu yang perlu gue omongin...”kata Evan cepat. Lala memandang Evan. Ada perasaan hangat ketika berada di dekat Evan, perasaan yang sama ketika Lala bersama Key. ”A...Y...O...Ayooo..”kata Evan kemudian. Lala tersadar dari lamunannya. ”Eh..kalo mau ngomong, dii sini aja..gue lagi malas keluar nih...”kata Lala sambil menata meja. ”Huh...disini apa enaknya ngomong kayak gituan...”desah Evan. ”Kenapa??”tanya Lala sambil menatap Evan. ”Eh..gak papa..hehehe...”kata Evan. Lala kembali menyapu lantai. ”Hemm..tapi besok kita lari pagi bareng yuk??”kata Evan. Lala berpikir sebentar. ”Okey dehh...tapi gue ditraktir makan bubur ayam ya...”kata Lala sambil tersenyum lebar. ”Hahh..dasar...ada maunya juga ya...”kata Evan sambil cemberut. ”Lha..gimana mau tidak???”tantang Lala. ”Okey..dasar tukang makan..”gerutu Evan. Lala memandang Evan. ”Apa loe bilang???”tanya Lala. ”Loe tukang makan..”kata Evan santai. ”Huuu..loe tukang sapu makam...”ledek Lala sambil melemparkan kemoceng ke arah Evan. Lala dan Evan menghabiskan malam minggu mereka dengan saling mengejek seperti ketika masih duduk di bangku SMP.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar