4 tahun kemudian...
”La..loe gak malam mingguan??”tanya Vita, teman satu kost dengan Lala. Sekarang Lala sudah duduk di bangku kuliah di salah satu kota besar di negara ini. Lala hanya tersenyum. ”La...selama pengamatan gue, loe gak pernah punya cowok ya...”kata Lina sambil menyapu lantai teras. ”Iya..ya...dari semester pertama sampai mau lulus, loe adalah satu-satunya cewek di kost ini yang gak pernah bawa teman cowok..”kata Vita sambil duduk disamping Lala. ”Mungkin gue suka ma cewek kali...”kata Lala asal sambil tertawa menuju kamar mandi. ”Huuuu....masak jeruk makan jeruk...”ledek Vita sambil melempar handuk Lala ke muka Lala. Lina hanya tertawa geli.
Pagi hari di kampus..
”La...loe udah bimbingan skripsi lum??”tanya Gio. ”Lum, gue lum punya ide nie..mau bikin skripsi tentang apa...”kata Lala sambil memainkan remote tivi di kantin kampus. ”Cepetan lho La...ntar loe gak bisa ikut wisuda tahun depan lho...”kata Gio sambil makan nasi gorengnya. ”Iya..iya...ntar juga gue mau ke perpustakaan daerah kok...”kata Lala pelan. Gio hanya mengangguk cepat sambil makan nasi goreng porsi jumbonya dengan lahap. ”Gio..Gio...gimana loe mau kurus...makan aja loe kayak sapi kayak gini kok...”ledek Lala tertawa. ”Huh...biarin aja...”ucap Gio sambil terus makan. Lala hanya tertawa melihat tingkah laku temannya itu.
Perpustakaan daerah...
Lala, Vita dan Lina berjalan menelusuri taman-taman menuju ke ruang perpustakaan yang utama. ”Ntar kalo udah pada selesai nyari bukunya, langsung kasih tau yang lain ya...”kata Vita. ”Okey...”jawab Lina. ”Sip...”kata Lala sambil menunjukkan ibu jarinya. ”Lala...”tiba-tiba ada yang memanggil Lala dari arah belakang Lala. ”Tuh..belakang loe...”tunjuk Vita. Lala memutar badannya dan tampak Evan berdiri sambil tersenyum di depannya.”Hai...apa kabar??”kata Evan sambil melambaikan tangannya. Vita dan Lina berbisik-bisik. ”Siapa La??”tanya Lina. ”Loe gak mau ngenalin ke kita nie??” kata Vita sambil menyenggol Lala. ”Owh...Ni Evan..temen SMP gue...Evan ni temen-temen kost gue...”kata Lala memperkenalkan teman-temannya. ”Eh...ternyata Lala punya teman cowok juga ya??”kata Vita sambil tersenyum. ”Cakep lagi...”kata Lina kemudian. ”Bisa aja kalian...”kata Evan sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. ”Udah aha...gue masuk dulu ya La...takut tutup perpustakaannya...heheheh...”kata Vita sambil menyeret Lina yang masih terpesona dengan ketampanan Evan. Lala berdiri berhadapan dengan Evan. ”Gimana kabar loe??”tanya Evan. ”Baik...loe sendiri??”jawab Lala. Evan mengangguk. Lala dan Evan terdiam. ”Gue turut berduka cita atas Key ya...”kata Evan pelan-pelan. ”Terima kasih...”kata Lala pelan juga.
Malam hari di kost..
”Lala...ada pacar loe dateng!!!!”teriak Dewi dasri luar. ”Cececece...yang udah punya cowok ni ye...”ledek Vita yang sedasng duduk di depan tivi. ”Bukan...”kata Lala sambil menuju ke teras. ”Hai...lagi apa??”kata Evan sambil tersenyum. ”Lagi nemuin tamu di teras...”jawab Lala sekedarnya. Evan hanya tersenyum. ”ayo kita keluar...”kata Lala sambil menyeret tangan Lala. ”Kita mau kemana???”tanya Lala bingung ketika Evan menaiki motornya. ”Ayo naik...”kata Evan. Lala hanya menurut saja. Sepanjang perjalanan, Lala hanya diam. Dia teringat kembali ketika berboncengan motor dengan Key. Tiba-tiba motor berhenti, Evan melepaskan helmnya. ”La...loe suka langit kan???”tanya Evan sambil memandang Lala. Lala hanya menatap Evan. ”Lihat...lihat ke atas...”kata Evan sambil menengadahkan kepalanya menghadap langit. Lala ikur menatap langit juga. ”Waaa...indah sekali!!!”tanpa sadar mulut Lala mengucap kata itu. Langit malam yang gelap dipenuhi beratus bahkan beribu bintang. Evan hanya tersenyum melihat Lala tampak senang dengan hadiah kejutannya. ”La...”ucap Evan lirih. Lala melihat ke arah Evan. ”Ada apa??”tanya Lala bingung. Evan menatap wajah Lala. ”Loe senang???”tanya Evan. Lala mengangguk sambil tersenyum tipis. Evan senang melihat Lala tersenyum padanya lagi. Suasana hening seketika. ”Apa gue dikutuk ya???”tanya Lala tiba-tiba. Evan kaget dan menatap Lala. Lala menghembuskan nafas berat. ”Kenapa orang-orang yang gue cintai selalu meninggal...”tanya Lala pelan. Evan memegang tangan Lala. ”Semua pasti ada alasannya...”kata Evan menenangkan. Tak sadar Lala menyandarkan kepalanya di pundak Evan. ”Iya...gue juga tahu alasannya...”kata Lala sambil terus melihat bintang di pundak Evan. Evan terdiam sejenak. Lala mulai menangis. ”Lala..loe kenapa???”tanya Evan panik. Lala berdiri cepat. ”Ayo...gue ingin pulang...”kata Lala sambil berlalu meninggalkan Evan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar