Annyeong...Unnieku yang satu ini emang imut
banget ya….(Unnie..Unnie…I want to hug you…hehehe). Sebagai yang paling tua di
grup idola T-ARA, tentu tidak menjadikannya sebagai seseorang yang paling
sempurna bukan??Malah ada beberapa hal yang perlu kalian ketahui tentang
Unnieku yang satu ini, ini dia Fakta-fakta Boram Unnie….
1.Boram pernah merilis album solo dan single
sebelum debut bersama T-ARA lho, nanti videonya gue cariin deh di YouTube dan
akan gue share next time, okey..
2.Dia sangat pemalu ketika di depan kamera
ketika pertama debut dengan T-ARA (lho bukannya Unnie pernah buat single
sebelumnya??), mungkin karena ini pertama buat dia tampil dengan orang lain
sebagai satu kesatuan, begitu kali ya alasannya (tebak-tebak berhadiah..hehehehe).
3.Unnie memiliki orang tua yang terkenal lho
di Korea, ayahnya merupakan
penyanyi terkenal, Jeon Yong Ryuk sementara ibunya merupakan aktris terkenal di
Korea,
Lee Mi Young (ckckckckc..jadi bakatnya merupakan keturunan dunk).
4.Nama Boram yang diumumkan pertama kali yang
akan menggantikan posisi Jiwon dan Jiae, anggota T-ARA sebelum debut.
5.Ayahnya pernah meminta kepada Boram Unnie
uantuk tidak memakai pakaian seksi pada saat debut (sekarang gak apa-apa dong
Dad??hehehehe)
6.Ayahnya juga menginginkan agar Boram Unnie
menjadi artis solo saja (kayaknya Unnie lebih cocok jadi Boramnya T-ARA deh)
7.Sebelum bergabung dengan T-ARA, dulunya
Boram Unnie sudah berprofesi sebagai aktris lho…
8.Salah satu band favorit Boram Unnie adalah
A&F (band apa ya??gak pernah denger tuh…hehehehe)
9.Warna favoritnya adalah kuning
10.Ternyata Boram Unnie adalah teman sekampus
dengan Qri T-ARA lho, di Myungji University
11.Boram Unnie ternyata mendukung ibunya yang
telah bercerai dengan ayahnya, untuk menikah lagi (anak yang baik ya…)
12.Boram Unnie mendapat julukan ratu makan di
T-ARA, soalnya makannya Unnie banyak sekali dan sering banget ngemil pada
setiap ada kesempatan..ckckckck (tapi badannya tetap bagus ya…beda ma gue,
sekali makan banyak langsung naik 5 kg..huhuhuhuhu…)
13.Boram Unnie
juga pernah menjabat sebagai leader setelah Eunjung (2010-2011)
Annyeong….sekarang waktunya untuk
membagi-bagikan fakta-fakta tentang The Face of T-ARA….Jiyeon!!!!Silakan
menbaca….
First
kissnya dengan Yoo Seung Hoo di MV Lies, wah gak sama pacarnya
ya…hahahahaha…
Sebelum
debut dengan T-ARA, Jiyeon merupakan seorang model lho, pantas saja
badannya bagus..
Jiyeong
paling suka dengan kegiatan memasak dan olahraga, dan olahraga yang paling
dikuasainya adalah Taekwondo dan Jiyeong sudah mendapatkan sabuk hitam,
itu artinya dia sudah berada di tingkat tertinggi lho (seperti Eunjung
T-ARA)
Jiyeon
pernah bermain di sebuah drama berjudul Soul a.k.a Hon bersama Boram
Unnie.
Jiyeon
pernah tergores lehernya ketika sedang bermain di film horror Death Bell 2
Jiyeon
pernah kabur dari rumah dan kemudian kembali lagi ke rumah setelah
diberitahu sng ibu bahwa kakaknya juga kabur dari rumah, ckckckckc…kakak
adik yang aneh yang suka maen kabur-kaburan aja..
Onew pernah memberikan bunga pada Jiyeon pada
suatu acara televise lho…hayo ada apa ya???
Jiyeon memiliki wajah yang mirip dengan aktris
Kim Tae Hee dan ada anti fans yang tidak menyukainya karena wajahnya
itu..(ada-ada saja orang Korea)
Jiyeon ingin menikah dengan
Eunjung....(Lhooo!!!),,,,jika Eunjung adalah laki-laki…(hahahahaha…)
Kata Soyeon, Jiyeon suka mencuri barang-barang
milik member T-ARA lain, tapi Jiyeon bilang kalau dia hanya melihat-lihat
saja bukan mencurinya…walah-walah, ada aja alasannya ya....hahahaha
Di acara T-aradot.com, semua member T-ARA menjual
barang-barang bekas mereka, dan Jiyeon tidak menjual barang bekas
miliknya, melainkan mencuri baju Eunjung dan jepit Qri untuk dijualnya
(Wah...dasar anak ini....hahahahaha...pengin gue jitaki
beneran...hehehehehe)
Jiyeon pernah bilang bahwa Hyomin mukanya jutek
pas pertama kali bertemu dan dia merasa serem dan takut dengan Hyomin
(emang sih, muka Hyomin agak-agak galak gitu...hehehehe)
Jiyeon mendapat peringkat pertama dalam kategori
artis tercantik di sebuah situs internet yang dinilai oleh banyak orang di
Korea Selatan...Chukkae...Jiyeon ah.
Aku
memang orang yang tak mudah jatuh cinta. Pacaran bagiku hanya sebagai status,
agar tak diolok teman-temanku karena tidak laku. Dalam menjalani hubungan tidak
ada rasa itu, rasa cinta yang sering dijadikan alasan bagi manusia untuk
melakukan hal yang tak wajar. Akan tetapi, akhirnya aku merasakan rasa itu,
rasa aneh yang memang tak masuk di akal. Aku mencintai seseorang yang tentunya
bagiku special, tapi tidak dari pandangan pertama. Kejadian itu terjadi ketika
aku mengikuti kegiatan dari kampus di mana aku kuliah setiap hari. Aku harus
hidup di dalam kehidupan masyarakat yang sebenarnya selama 30 hari. Tidak hanya
itu, aku juga harus bisa bekerja sama dengan teman satu kelompokku yang terdiri
dari 8 orang. Aku, Kiara, Santi, Intan, Indah, Kenny, Dedy dan Juno, itulah
nama anggota kelompokku.
Hari
pertama berjalan biasa saja. Kami selalu bekerja sama dalam menjalankan tugas.
Aku anggap semua biasa saja. Aku berteman sama semuanya. Terutama dengan Kiara
dan Santi karena mereka teman sekamarku. Dan juga ada satu cowok yang dari
pertama bertemu langsung lebih akrab denganku daripada yang lainnya. Dia adalah
Juno, anak yang aneh bagiku karena dia selalu sibuk dengan laptopnya di kamar.
Ya,walaupun tak beda jauh denganku yang juga sibuk dengan duniaku sendiri
sehingga kadang lupa untuk ikut kumpul untuk bercengkrama. “ Angel…sini ikut
ngobrol sama kita. Ini Indah masak mie goring, makanan kesukaanmu kan??”bujuk
Santi dari luar kamar. “ Enggak…makasih…”aku menggeleng dan tersenyum kearah
Santi. “Kamu tuh mirip Juno. Seneng banget di kamar. Emang gak bosen
apa??”teriak Kenny. “Enggak lah…kan lagi sibuk..”jawab Juno santai.
“Wah..kalian cocok…jodoh kali..”teriak Dedy mengejekku dan Juno. Aku hanya
tersenyum geli mendengarnya, gak mungkinlah aku suka Juno. Rasa itu tidak
pernah ada kok. “Wah…Dedy..kalo aku sama Angel..kamu cemburu ya??”ledek Juno.
Semua orang terus mengolok Dedy kalau dia cemburu sama Juno. Dedy hanya bisa
diam seribu basa.
Hujan
deras mengguyur kota ini hingga malam hari. Aku terpaku di depan laptop
mendengarkan musik sambil ditemani Kiara dan Santi. “Halo…ni mie ayamnya udah
datang???”teriak Kenny dari luar. Dalam sekejap semua anak berkumpul di ruang
makan. “Wah…mana mie ku Ken??”teriak Santi. Kenny memberikan satu bungkus mie
ayam sama Santi. “Kenny…sambalnya mana??”teriak Intan sambil sibuk
mengobrak-abrik plastic bungkus mie ayam. “Cari aja ndiri..aku mau ke
toilet..”kata Kenny langsung menuju toilet. “Dasar…gak nyariin sambalnya..malah
kabur…”kata Intan kesal. “Nie…sambalnya.”kutemukan sambal di salah satu plastic
dan kuberikan pada Intan. “Thank u..”kata Intan. “Ur welcome..”. aku memakan
mie ku sambil duduk di taman belakang. Ditemani dengan suara gemericik air
hujan. Tiba = tiba Juno mengagetkanku dari belakang. “Hayo…sendirian aja…masuk
ke dalam sana…”kata juno sambil duduk di sebelahku. Aku hanya menggeleng. “kamu
mau mie…Jun???”tawarku. “Ya…bolehlah…tapi suapin..”rengek Juno. Aku tanpa
banyak kata langsung menyuapinya. “Enak..?”tanyaku. “Ya..lumayanlah..”kata Juno.
Akhirnya aku dan Juno makan mie ayam bersama sambil mengobrol seru.
Pada
suatu malam, Kiara dan Santi sudah terlelap tidur. Aku masih berada di depan
laptop, kudengar percakapan di ruang keluarga. “Juno…beneran kamu suka
Kiara??”Tanya Indah lirih. “Lho…tak kirain kamu suka ma Angel…kan kamu ma dia
dekat banget..”kata Dedy agak keras. “Hust…jangan keras – keras bego…ntar kalo
dia denger gimana??”omel Juno. “Ow…jadi Juno suka sama Kiara???”gumamku sambil
tersenyum dan mungkin itulah senyumanku terakhir kali ketika nama Juno dan
Kiara disebut.
Pada
suatu pagi, Kiara mendadak sakit. Orang – orang menyuruh Juno untuk menemani
Kiara. “Juno…temani dia dong…”ledek Intan. Juno hanya tertawa dan menemui
Kiara. Sejak saat itu, aku merasa ada yang aneh dalam diriku. Hal yang tak
wajar menyerang pikiranku. “Apakah Juno serius dengan Kiara??Apa benar dia
mencintai Kiara???”tanyaku dalam hati. Setiap malam tak hentinya aku memikirkan
Juno dan Kiara. Aku tak tahu rasa apakah itu. Akan tetapi, setelah berapa lama
kemudian barulah aku menyadari, aku telah kehilangan sesuatu yang tak kuduga
telah menjadi bagian dariku yang sangat penting, dan kini aku diliputi perasaan
cemburu.
Minggu
terakhir di lokasi tugas, kami pergi ke tempat hiburan terdekat untuk
melepaskan penat selama melakukan tugas. “Angel…kamu setuju gak kalo Juno
menembak Kiara sekarang…??”Tanya Indah. Aku terhenyak dan kaget.
“Apa???Nembak??”tanyaku tak percaya. “Jangan keras-keras
bego…iya..nembak…kenapa kamu cemburu???”Tanya Indah. “Ngapain cemburu???aku bukan
pacar Juno kok…iya, aku setuju…apalagi mereka pasangan yang cocok kok…”kataku
sambil tersenyum tipis. Akan tetapi hatiku menangis keras. Hari itu, waktu
berlalu dengan sangat lambat. Satu detik terasa satu tahun olehku. Apalagi aku
harus melihat Juno berusaha mendekati Kiara dan mencoba memikat hatinya. Aku
menggigit bibir, menahan perihnya hatiku seperih terisi pisau tajam. “Kenapa
begini….rasa cinta pertamaku sepahit empedu..”batinku.
Sekarang
aku sudah kembali lagi ke kehidupan yang sebenarnya, aku telah kembali dari
tugas itu dan kini menjalani rutinitasku sebagai seorang mahasiswa. Tak
kuketahui bagaimana akhir dari cerita cinta Juno dan Kiara. Aku sudah bisa
mengobati rasa sakit itu dengan terus berusaha melupakan Juno dari pandanganku
dan pikiranku. Semua foto yang ada sosok Juno selalu kuhapus dari laptopku.
Nomor hapeku pun sudah kuganti dengan yang baru, dan tak ada satupun dari
kelompok tugasku yang lalu yang kuberitahu mengenai nomorku yang baru. Aku
mulai menata kehidupanku kembali dan mulai mencari mangsa untuk dijadikan
pengubah statusku agar tidak jomblo lagi.
Pada
waktu makan siang di kantin. “Gila loe ya…loe mau nyari mangsa lagi???”teriak
Stephie sahabatku. “Angel…loe gak kasian sama mereka yang bener-bener suka sama
kamu…trus kamu putusin gitu aja tanpa sebab yang jelas…kasian mereka
kan???”nasehat Bertha. Aku hanya menatap ke langit dengan tatapan kosong.
“Eh…jangan hanya karena cinta loe gak kesampaian..trus loe mau maen dengan
perasaan orang lain???itu juga akan menyakitkan bagi orang tersebut
Angel….”kata Bertha lagi. “Eh..loe inget gak…sama si Eko ceking itu…”Tanya
Stephie padaku. Aku menatap Stephie. “Dia hampir mati gara-gara loe putusin
dia…dia hampir bunuh diri…itu akibat ulahmu..tau gak??”kata Stephie. Aku
tiba-tiba teringat dengan Eko, mantan pacarku yang sangat kurus tapi hatinya
sangat baik, dan kupacari untuk maen – maen dan tidak ada rasa sedikitpun
tentang dia. Dan aku putus dengannya karena aku sudah bosan dengan dia. Dan
tanpa aku sadari ternyata dia begitu mencintaiku sampai dia tega mau bunuh
diri…gara – gara aku. Tapi sekarang, posisikulah yang seperti dia, mencintai
orang yang tak mencintaiku. Ternyata sakitnya luar biasa dan aku pengin teriak
sekencang-kencangnya. Tanpasadar, air matakupun menetes perlahan kemudian dalam
hitungan detik aku menangis tersedu-sedu. “Heh…cup..cup..cup…jangan menangis.
Stephie..jangan keras-keras gitu dong…Angel jadi sedih nih..”kata Bertha sambil
memelukku. “Ops…sorry my Angel….jangan nangis dong???”kata Stephie sambil
mengambilkan tisu untukku.
Tiga
bulan berlalu, dan aku tidak pernah bertemu dengan Juno, Kiara dan yang
lainnya. Aku mulai menjalani rutinitasku sebagai mahasiswa dengan normal
kembali. Aku mulai disibukkan dengan berbagai tugas. Setiap hari, kuhabiskan
sebagian waktuku di depan laptop untuk membuat tugas dan tugas. Setiap hari,
aku juga disibukkan dengan kuliah yang telah mengalami pemadatan jadwal karena
sebentar lagi akan ujian akhir semester. “Angel…tugas papermu dah
dikumpulin????”Tanya Bertha sambil terengah-engah. “Belum….kan jam satu
kan???”kataku sambil memberikan Bertha minumanku. “dikumpulin sekarang kok…tadi
gue baru saja dari kantor mau mencari Stephie yang lagi bimbingan…eh ..ketemu
pak yanto dan tugasnya dikumpulin sekarang karena beliau ada rapat dekan…”kkata
Bertha. “Apa???waduh…aku harus cepet-cepet nie…”kataku sambil mencari paperku
dalam tas. “Ini dia…aku ke atas dulu ya???tolong jagain laptopku…”kataku sambil
beranjak pergi menuju kantor. Aklu berjalan setengah berlari, tiba-tiba aku
tertabrak sesuatu dan jatuh terduduk. “Aduh…”teriakku spontan. “Eh..maaf…kamu
gak apa-apa kan??”Tanya seseorang diatasku. Aku berdiri dan membersihkan
celanaku yang kotor akibat terjatuh tadi. “Maafkan aku…aku tak sengaja…”kata
orang it lagi. “gak apa-apa kok…cuman…”kata-kataku terhenti ketika aku melihat
wajahnya dan ternyata Juno ada dihadapanku. “Ow…kamu Angel…akhirnya ketemu lagi
ya???udah lama tidak ketemu…”kata Juno sambil tersenyum. Aku hanya mengangguk.
Ya Tuhan, kenapa dia ada dihadapanku kembali, kenapa kau pertemukan aku dengan
dia. Apakah Kau masih ingin menghukumku karena kelakuanku selama ini??gumamku
dalam hati. “Hey…kok melamun..”kata Juno. “Oh..aku harus ke kantor dulu mau
nganterin tugas paperku.”kataku. “Okey…aku anter ya??”tawar Juno. Aku hanya
mengangguk pelan.
Makan
siang di kantin, tapi kali ini tidak dengan Stephie karena dia lagi sibuk
ngurusin bimbingannya. Sementara Bertha dia harus pulang karena ayahnya akan
pulang dari Amerika. Akan tetapi, sekarang aku ditemani dengan Juno. Sekarang
dia dihadapanku dengan terus tersenyum. “Gimana kabarmu??”Tanya Juno memecah
kesunyian. “Baik..”jawabku singkat. Pesanan mie kami pun datang, dan kami pun
makan tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Selesai makan, Juno terus
memandangiku. “Oya, gimana kabar Kiara…kamu udah jadian???”tanyaku sambil sibuk
mencari es batu dalam minumanku. “Dia baik…dan…aku…tidak..jadian..”kata juno
pelan. “Kenapa…kan kamu suka sama dia…”tanyaku lagi dan kali ini aku menatap
wajah Juno. “Karena…yang aku cintai bukan dia…rasa sukaku padanya sekedar rasa
suka sesaat….”kata Juno lagi. Aku mendengarkan dia seksama. “Angel…ternyata
yang aku sukai selama ini adalah kamu…aku tak bisa melupakanmu…setiap malam aku
selalu memimpikanmu…ternyata yang kucintai hanyalah kamu…”kata Juno sambil
menatap mataku. Aku hanya bisa tersenyum dalam tangis bahagiaku. Mengangis
karena terharu dan bahagia karena Juno merasakan apa yang kurasakan.
“Angel….kok nangis…”Tanya Juno khawatir. Aku hanya tersenyum sambil mengusap
air mataku yang tak henti-hentinya mengalir. Ternyata rasa yang tak wajar ini,
rasa aneh ini, rasa cinta ini sangat membingingkan, sampai-sampai diriku
sendiripun bingung mau menangis atau tertawa. Akan tetapi, ternyata rasa cinta
jika terbalas rasa yang sama menjadi surga dunia yang sangat indah. Terima kasih
cinta.
“Halo….iya ma…bentar lagi
juga nyampe rumah kok…ni lagi naik bis…”kataku sambil sedikit mengeraskan
volume suaraku karena keadaan sekitarku yang bener-bener gaduh banget. Aku
Karen Aurelita Kamandika, seorang gadis berumur 24 tahun yang baru saja
menyelesaikan studi S1 arsitek dan sekarang berencana ingin kembali menjadi
penghuni kamarku yang tentu saja lebih besar daripada kamar kosku. “Apa
ma???naik taksi???kan
mahal mama…..lagian aku sudah biasa naik bis kok….”jelasku pada mama yang terus
mengomeliku karena aku memilih naik bis daripada dijemput pak Jono, sopir
pribadi mamaku atau naik taksi. “Halo ma…mama…sinyal jelek ma….halo…”kumatikan
hapeku daripada terus mendengar omelan khas mamaku yang super duper bawel.
Kulihat keluar jendela bis, kuhirup udara luar bis seolah udara ini adalah
udara yang paling segar, padahal sudah diketahui banyak orang bahwa udara di kota ini sudah sangat
kotor dan mungkin beracun. Kupeluk erat tas yang ada di pangkuanku, tak sabar
aku pulang ke rumah.
“Assalamualaikum
ma….”salamku pada mama yang ternyata sudah berdiri di depan pintu gerbang.
Kucium tangan mama dan kupeluk mamaku yang tersayang. “Kenapa mama ada di
depan???ntar kalo masuk angin gimana???”protesku pada mama. “Lha kamu pake
acara matiin hape segala….mama kan
khawatir kamu kenapa-napa???”mama memandangiku penuh dengan kekhawatiran. Aku
jadi merasa bersalah pada mama. Kupeluk mama erat,”Maafkan Karen ya ma????”. Aku
jadi merasa sangat berdosa telah memberikan beban tambahan kepada mama, padahal
bebannya sudah terlalu banyak karena kehidupan yang harus dilaluinya ini.
Makan malam..
“Makan yang banyak sayang,,,soalnya
kamu keliatan kurus banget….gak pernah makan ya di sana…???”tanya mama sambil mengambilkan nasi
goring hati kesukaanku, yang jumlahnya terlalu banyak. “ Sudah
mama…cukup….”kataku sambil mengambil piringku dari tangan mama. “Oya….ada
undangan tuh dari Rian…”kata mama. “ Undangan apa ma???Rian mau disunat
lagi????Pengin dapet duit banyak lagi…kayak dulu…”kataku sambil sedikit tertawa.
“Eh..anak gadis gak boleh makan sambil tertawa kayak gitu…ntar sulit jodoh
lho..”kata mama. “Ada-ada saja mama ini….emang undangan apa???”tanyaku
pada mama. “Ntar sehabis makan kamu liat sendiri aja…”kata mama
pendek lalu melanjutkan makannya lagi. Aku juga sama, kulanjutkan makanku tanpa
sepatah katapun karena dalam benakku yang ada hanyalah Rian, sahabatku sejak
sama-sama masih dalam kandungan….he…enggak ding….kita sahabatan dari TK sampe
mungkin sekarang…tapi itu hanya mungkin.
Hah....Menikah!!!???
Malam ini aku gak bisa tidur sama sekali, kucoba berulang kali tetap saja
mataku tidak mau terpejam. Semua cara telah aku lakukan supaya aku bisa tidur,
dari mengganti posisi tidur sampe posisi bantal, dari cara menghitung domba
sampai menghitung anak tetangga. Semuanya telah aku lakukan tapi tetap saja
tidak bisa. “Aaarrrggghhh….kenapa sih….kenapa gue gak bisa tidur…”omelku pada
diriku sendiri. Kulihat secarik kertas undangan di meja belajarku. “ Semua
gara-gara itu sih…??”, sekarang kertas undangan yang ku omelin. Kertas itu
kuambil dan kubaca ’…akan menikah Andrian Manunggal Putra dengan Dewi Kartika
Lestari….’ lalu kertas itu kuletakkan lagi. Aku merasa tak sanggup
lagi. ” Kenapa semua ini harus terjadi…”tanyaku pada diriku sendiri.
Keesokan harinya yang merupakan hari yang paling panas menurutku, sehingga
aku penantianku, semua kesabaranku, semua harapanku, dan semua kerja kerasku
agar aku bisa cepat lulus S1 ternyata sia-sia. “Kenapa ini hanya mengenakan
celana pendek dan tank top saja tapi aku juga memakai cardigan karena aku akan
mengunjungi rumah orang lain, dimana aku harus menjaga kesopananku.
“Assalamualaikum…”salamku pada pembantu yang sedang sibuk membersihkan taman.
“Waalaikum salam….mau ketemu sama siapa neng….???” tanya pembantu itu ramah.
“Hmmm…Rian ada bi??”tanyaku agak ragu. “Oh..temennya den Rian ya???Den Riannya
ada kok…silahkan masuk…”kata pembantu itu sambil mempersilahkan aku masuk dan
sekali lagi dengan sanga ramah. “Makasih ya bi..”kataku sambil duduk di teras
depan tentunya setelah dipersilahkan duduk. “Minum apa neng???” tanya pembantu
itu masih dengan keramahannya. “Tidak usah…makasih…”kataku sambil berusaha
bersikap ramah juga. “Baiklah kalo begitu…saya permisi dulu neng….saya
panggilkan den Rian…permisi..” ucap pembantu itu sambil pergi. “Busyet…masih
ada juga pembantu yang seperti dia….menyenangkan sekali…”gumamku. Aku
melihat sekeliling teras dan ternyata tidak ada yang berubah. Tatanannya masih
sama seperti dulu, bunga-bunganya, bentuk tamannya, masih sama dengan yang dulu
5 tahun lalu ketika aku kesini berpamitan untuk melanjutkan studiku di luar
negeri. “Emang orang di rumah ini gak bosen apa…gak pernah diganti sama
sekali…tingkat seninya gak ada sama sekali…”kritikku. “ Iya…semenjak gak ad
aloe…di sini gak ada yang ngatur-ngatur lagi….ya beginilah..” tiba-tiba suara
seseorang mengagetkanku dari belakang. Aku menengok kea rah suara itu.
Kutemukan sesosok yang hampir 5 tahun ini pingin kutemui. “Rian….”kataku tersendat.
Seperti kerongkonanku kemasukan kelereng sepupuku. “Hai….Karen…ternyata loe
masih inget ya ma gue…”katanya sambil tersenyum manis. “Ya tentu saja masih
ingat…kaena selama ini yang kutuju cumin di sini…”gumamku tanpa bisa mengucap
sepatah katapun dari mulutku yang biasanya bawel seperti mamaku.
Sekarang aku dan Rian duduk berhadapan, jarak antara kita yang biasanya
beratus ratus kilometer sekarang hanya setengah meter, tapi kami tak bisa
berkata sepatah katapun. Kami saling membisu. Akhirnya kuberanikan diri untuk
memulai pembicaraan. “Hhhmmm…Rian…ada yang mau gue tanyain sama loe…”kataku
sedikit berhati-hati. “ya…”kata Rian dengan nada sedih. “ Beneran nih loe mau
nikah???”tanyaku pelan tapi pasti. Rian mengangguk. “Syukurlah…kalo akhirnya
loe nemuin jodoh loe…”kataku berusaha tegar dihadapannya padahal hatiku sudah
menangis tersedu-sedu dan air mata hatiku sudah seember mungkin. “Kapan
pestanya..?”kucoba bertanya lagi. “Bulan depan..”kata Rian lirih. “Ow…sebentar
lagi ya….”kataku yang kini mulai garing. Waktu terus berlalu dengan diam kami
berdua. Akhirnya kami berdua tenggelam dalam waktu yang terus merangkak
sementara kami hanya duduk membisu dan tertunduk. “Aku pulang dulu ya….udah
sore…”kataku sambil beranjak meningalkan kursiku yang sudah terasa panas.
“Kenapa loe gak pernah pulang Karen….!!!”teriak Rian tiba-tiba. Aku tersentak
kemudian memandang wajahnya yang ternyata diliuti kesedihan yang maendalam.
“Kenapa loe gak pernah tengokin gue…kenapa???gue piker loe udah gak nganggep
gue sahabat loe lagi…gue piker loe lebih memili tinggal di
sana….Karen…kenapa??”tanyanya. “Padahal gue disini butuh loe….gue selalu nunggu
loe pulang dari sana…”kata Rian di dalam isaknya. Aku juga terlarut dalam
kesedihan yang dialaminya. Ternyata apa yang kurasakan juga dirasakan olehnya.
“Maafin gue Rian…maaf….disana gue juga harus menhghadapi cobaan dan hari-hari
yang sabgat berat tanpa loe….tapi gue harus belajar…semuanya demi kebahagiaan
nyokap gue Rian…maafkan gue…telah ngesampingkan loe….”kataku sambil menitikkan
air mata. “Gue sayang loe..Karen..”kata Rian sambil memelukku. Aku hanya bisa
menangis sejadi-jadinya, karena yang kutahu Rian takkan mungkin jadi Rianku
lagi. “Kita kabur aja, berdua…gimana???”ajak Rian sambil memandang mataku. “Gak
bisa…gue gak bisa lakuin itu…”kataku sambil memalingkan pandangannya. “
Kenapa…”tanyanya dengan nada agak keras. “ Loe sudah menjadi milik orang lain
Rian…gak mungkin loe ninggalin gadis itu…gadis itu pasti akan malu…loe gak
kasihan…???”tanyaku. “Peduli amat ma dia…dia cewek pilihan papa…bukan pilihan
hati gue…pilihan gue cumin loe…”kata Rian. Rian kemudian menarik tanganku
menuju ke luar rumah. “ Maaf Rian…gue gak bisa…gue gak bisa ninggalin nyokap
gue….dia sendirian di rumah…dia butuh gue….”kataku memberikan alas an. “Emang
gue gak butuh loe…gue lebig butuh loe…”kata Rian keras. “Gak bisa….gak…gue gak
mau menjadi wanita pengahancur harapan dan impian wanita lain seperti wanita
jalang yang elah merebut papa dari mamaku…gue gak mau menjadi seperti itu…gak
mau…”teriakku smbil meninggalkan Rian. “Terserah loe Karen…gue gak pernah
menjadi milik siapapun selain menjadi milik mu….tak akan pernah…gue janji
itu….”teriak Rian. Aku melihanya sekali sebelum aku keluar dari pintu
gerbangnya. “Maafkan aku Rian…maaf…semua sudah terlambat untukku mendapatkan
kamu…”kataku dalam hati.
Pesta pernikahan
Akhirnya aku datang juga ke pernikahan Rian, setelah semua alasan kupakai
buat membuat mama tidak memaksaku untuk pergi ke pesta ini. Tapi apa daya,
ternyata mama lebih cerdik daripada aku. Akhirnya aku disini, bersama mama.
“Hey…jeng Stephie….dah lama gak ketemu ya???”sapa tante Lia, mama Rian akrab.
“Iya…maklumlah bu..banyak kerjaan..”mama memberikan alas an.
“Oh..iya..ya..sekaag jeng kan single parents, jadi ya segalanya di urus sendiri
ya???”kata tante Lia lagi. mama hanya bisa tersenyum tipis. “Ini…ini..jangan-jangan
Karen ya???”Tanya tante Lia sambil menari lenganku. “Iya tante…saya
Karen..”kataku sambil berusaha tersenyum walaupun tanganku tersasa sangat sakit
karena cengkeraman tante Lia hamper seperti harimau. “Kamu tambah cantik
aja….seharusnya Rian sama kamu aja ya…tante pasti tambah seneng deh…”ujar tante
Lia. Aku hanya bisa tersenyum tipis, mungkin lebih tipis dari senyuman tipis
mamaku tadi. ”Tapi kan sekarang Rian dapat yang cantik juga tante...”ujarku
seraya berusaha melepaskan tanganku dari cengkeraman tante Lia. ”Dewi memang
cantik, baik lagi, tapi tante merasa kurang srek aja ma dia....tapi kalo
kamu...tante pasti langsung 100% setuju...”kata tante Lia sambil menatapku. Aku
kaget ketika melihat mata tante Lia yang begitu sayu dan menyimpan kepedihan. ”Oy,
mungkin kamu mau menemui Rian dulu sebelum dia menjadi milik Dewi Karen....dia
ada di ruang tengah...kamu kesana aja ya...ayo jeng..kita kumpul sama ibu-ibu
yang lain...”kata tante Lia sambil menyeret mamaku sebelum aku berujar sepatah
katapun. Aku menghela nafas dalam dan dalam. ”Apa boleh buat...inilah
kenyataannya...”ujarku seraya beranjak menuju ke ruang tengah.
Di ruang tengah, kulihat sosok yang paling kukenal dalam hidupku sedang
duduk bersimpu kedua tangannya. Aku berusaha menghapus kesedihanku agar tidak
tampak cengeng dihadapannya. ”hai Rian...murung aja loe...padahal kan ini hari
yang paling bersejarah buat loe...”sapaku sambil merangkul pundaknya. Tapi
tiba-tiba Rian memelukku dengan sangat erat. ”Kenapa semuanya berakhir seperti
ini???padahal gue pengin selalu berada di dekat loe...selamanya...”katanya
sambil terus memelukku. ”Hey...kenapa loe ngomong kayak gitu sih...loe itu mau
menikah...bukan mau meninggal...dasar bego...”kataku sedikit bercanda untuk
mancairkan suasana menjadi lebih rileks dan santai. Rian melepaskan pelukannya
dan dia memandangku. Aku menatap matanya dan aku merasa ada perasaan yang
tiba-tiba muncul yang akan membuatku sedih selamanya, ”mungkinkah perasaan
sedih karena akan ditinggal kekasihnya untuk menikahi orang lain???”batinku.
”apakah loe mencintai gue???”tanya rian serius. ”Apa-apaan sih loe...jangan
bercanda deh...”ledekku sambil menjitak kepala Rian. ”Gue serius Karen...gue
pengin jawaban dari loe sekarang juga....”kata Rian sambil memegang pundakku. Aku
hanya bisa tertunduk di hadapan Rian. Aku mengangguk lemah. ”Iya..gue juga
cinta sama loe. Lima tahun gue di Inggris, merupakan waktu yang paling
menyiksakan bagi gue...karena gue gak bisa ketemu ma loe...dan acara ini juga
acara yang paling menyakitkan bagi hati gue...karena gue akan menjadi saksi
pernikahan orang yang gue sayangi dengan orang
lain....makanya....gue..”tangisku pun akhirnya meledak sudah. Kusandarkan
kepalaku pada bahu Rian. ” gue seneng banger bisa denger itu dari loe
sendiri..Karen...gue bahagia banget...”ujar Rian sambil tersenyum senang
seperti mendapatkan undian berhadiah. Aku mendapati wajah Rian yang sudah pucat
pasi, lalu tiba-tiba dia jatuh dari pelukanku ke lantai. Kupandangi Rian yang
kini tertidur di lantai dengan darah mengucur deras dari nadi tangan kirinya.
”Riannnn...!!!!!”teriakku sekencang-kencangnya.
Pemakaman..
”Rian...Rian....”teriakku sambil terus menangisi proses pemakaman Rian. ”Sudahlah
Karen...relakanlah kepergian Rian....biar jalan nya diberi cahaya...”kata mama
sambil terus memelukku. Setelah pemakaman selesai, tante Lia mendekatiku yang
masih tertunduk melihat gundukan merah yang dipenuhi bunga-bunga
berwarna=warni. ”Karen....tante cuman mau ngasih tahu sesuatu sama kamu....Rian
pernah bilang sama tante, dia tidak akan pernah mau menikah selain sama kamu...dia
menuggu kamu waktu kamu lagi kuliah di luar negeri...setiap hari berharap kamu
pulang dan mengajak dia bermain dan bercanda lagi...bahkan dia sampai tidak
pernah pacaran sama gadis manapun hanya karena menunggu kamu...tapi kehendak
berkata lain..usaha papa Rian terlilit hutang...untuk menebusnya, papa Rian
harus menikahkan Rian dengan anak yang menghutangi uang pada om. ”kata Tante
Lia pada Karen. Aku memandang ke wajah tante Lia yang sangat sayu dan sedih.
”Rian selalu saja menolak jika harus bertemu sama si Dewi....dan pada
puncaknya, Rian menolak mentah-mentah Dewi dan terjadilah keributan yang
besar.. akan tetapi papa Dewi memberikan tawaran untuk Rian, jika dalam waktu
seminggu Rian mendapatkan pacar maka Rian bisa melepaskan Dewi, tapi jika
tidak...dia mau tak mau harus manikah dengan Dewi...Rian menyanggupinya, akan
tetapi...”cerita tante Lia. ”Rian menunggu Karen...dan Karen gak pernah
datang....ya kan??”kata karen sambil menangis. ”Semua ini salah Karen tante...seandainya
Karen pulang lebih awal...mungkin Rian masih hidup tante..”sesal Karen. ”
Sudahlah sayang....mati dan hidup seseorang ada di tangan Tuhan kan???kita gak
bisa mengganggu gugat masalah yang satu itu. ”kata tante Lia sambil terus
memeluk Karen yang masih terus menangis. ”Rian....loe akan slalu tetap di hati
gue...sampai kapanpun dan dimanapun...semua kenangan tentang loe takkan pernah
kulupakan...selamanya...”ujarku dalam hati sambil memegang kalungberuang dari Rian.