Aku melangkah menyusuri jalanan menuju
rumah. Ajay memang kusuruh untuk tidak menjemputku. Aku memutuskan untuk pulang
sendiri karena sekarang aku bukan anak kecil lagi. Aku Nina, usiaku sekarang 20
tahun. Peluh yang membanjiri punggungku membuatku gatal. “Ya ampun, di sini
panas sekali…”gumamku sambil melirik matahari yang bersinar dengan terang di
tengah hamparan langit biru. Sekarang aku berada di Indonesia , kampung halamanku. Mama
mengabarkan bahwa papa masuk rumah sakit karena panyakit jantung. Sebenarnya
aku ingin mengajak Han Soo juga untuk kuperkenalkan sebagai kekasihku. Tapi
sepertinya waktunya tidak tepat dan Han Soo masih sibuk dengan proyek
terbarunya di Seoul .
Kamarku
yang dulu masih terlihat sama, hanya tempat tidurnya saja yang berubah.
“Bagaimana Non….suka dengan kamar Non Nina yang baru??”tanya Bik Darsih. “Iya
Bik…ternyata masih sama…cumin yang berubah hanya tempat tidurnya…”kataku sambil
duduk di atas tempat tidur. “Iyalah Non…masak Non Nina masih mau tidur di
tempat tidur berbentuk hello kitty???”canda Bik Darsih. “Kalau
masih muat gak apa-apa kok…”kataku sambil tersenyum. “Bisa aja Non Nina ini, ya
udah Non, saya mau membuat makan malam dulu buat Non Nina...”kata Bik Darsih
lalu pergi. Aku mengamati kamarku dan tersenyum. “Aku kembali lagi ke
sini...”kataku.
Aku membacakan cerita kepada papa.
Sekarang giliranku untuk menjaga papa, karena mama harus mengurus perusahaannya
dan milik papa. “Bagaimana pa...menarik bukan ceritanya...”tanyaku pada papa
yang sedang terbaring koma di tempat tidur ruang ICU. Kugenggam tangan papa dan
kucium tangannya. “Pa...Nina pulang...sekarang buka mata papa ya...katanya papa
ingin melihat Nina yang sudah menjadi mahasiswi di universitas terbaik di
Korea??”tanya Nina pelan. Papa Nina hanya diam tak bergerak. “Maafkan Nina
pa...karena tidak pulang pada saat papa menyuruh Nina pulang...”kata Nina mulai
menangis.
Malam yang dingin di tengah musim
panas. Aku berusaha menghubingi Han Soo lewat ponselnya, tapi selalu saja
gagal. “Kenapa tidak bisa terus ya...”omelku cemas. Sudah 2 minggu aku berada
di Indonesia, dan baru kali ini aku mencoba menghubungi Han Soo. “Mudah-mudahan
tidak terjadi sesuatu padanya...”harapku. akhirnya kutekan nomor yang sudah
kuhafal di luar kepala, Ji Min ah. Malam itu kuhabiskan pulsaku untuk menelpon
Ji Min, sahabatku.
Sudah 1 bulan, papa belum sadar dari
komanya. Dan kata dokter, papa masih dalam kondisi kritis. Juga Han Soo yang
belum juga bisa kuhubungi. Hal ini tentu membuatku sangat cemas dan takut.
Selalu terngiang-ngiang kata-kata Ji Min. “Aku tidak pernah melihat Han Soo
lagi setelah kamu ke Indonesia…dia seperti hilang di telan bumi…”kata Ji Min
beberapa waktu lalu. Aku menutup mataku dan berharap, semoga kedua laki-laki
yang kusayangi baik-baik saja. Mama memberiku minuman soda yang sangat dingin.
“Tentu di sini kamu merasa kepanasan ya...”kata mama sambil meminum sodanya di
sampingku. Aku mengangguk dan meminum sodaku sampai habis. “Maaf bu...dokter
Adi ingin bicara dengan ibu...”kata perawat yang menghampiri mama.
“Baiklah....mama tinggal dulu ya sayang...”kata mama sambil mengikuti perawat
itu pergi. Aku melihat papa yang sedang terbaring dari luar kamar.
“Papa....”ucapku lirih.
Aku merasa kedinginan di tengah musim
panas. “Kenapa...kenapa aku
mersa dingin sekarang…”tanyaku bingung. Teringat kembali kata-kata Dae Woo,
“Meski aku tidak nyata, tapi aku akan hidup dalam hangatnya dirimu…jadi tolong
jangan buat dirimu jadi kedinginan lagi…agar aku bisa terus hidup…”kata Dae Woo
sesaat sebelum menghilang dari pandanganku. Aku menutup mataku
dan berusaha mencari penyebab aku menjadi sedingin ini.
Sarapan yang sepi bersama mama. “Hari
ini kita ke rumah sakit bersama ya…”ajak mama. “Baik ma...”jawabku singkat.
“Tapi kenapa wajahmu sekarang jadi kusut seperti itu??”tanya mama sambil
melihat wajahku. “Mungkin kurang istirahat kali ma...”jawabku asal sambil terus
makan roti panggangku. “Apa kamu mau istirahat di rumah saja??”tanya mama penuh
perhatian. “Tidak usah...aku akan tetap pergi ke ruamh sakit...”kataku cepat.
Mama tersenyum. “Ada masalah dengan Han Soo??”tanya mama. Aku mengangguk. “Coba
katakan pada mama, apa yang terjadi..”kata mama memegang tanganku. “Sudah 1
bulan lebih, Han Soo tidak bisa kuhubungi...kata Ji Min, dia juga tidak pernah
melihatnya di Seoul...aku takut ma....aku takut jika terjadi sesuatu yang buruk
pada Han Soo...”kataku sambil menangis. Mama
memelukku erat. “Sudahlah...Han Soo pasti akan baik-baik saja…mama yakin
itu…”kata mama sambil terus memelukku.
“Papa…papa!!!!!”teriaku
keras sambil menangis di samping papa yang tertidur pulas dalam kedamaiannya.
“Maafkan kami…kami sudah berusaha semaksimal mungkin…tapi semuanya da di tangan
Tuhan…Tuhanlah yang memutuskan…kami turut berduka cita…”kata dokter sambil
pergi dari ruangan ICU. “Papa….papa…”teriakku ditengah tangisan yang pecah
begitu saja. Mama hanya terpaku memandang papa, lalu mama mencium
kening papa. “Mama sayang papa….selamanya...”kata mama. Aku menangis keras
hingga suaraku hampir habis selama berjam-jam di ruangan itu.
Pemakaman papa dilakukan di tengah
hujan gerimis di tengah musim panas. Aku masih belum bisa menghentikan air
mataku. Meski sudah kututup menggunakan kaca mata hitam, tapi semua tamu yang
hadir masih mengetahui bahwa aku sedang menangis. Bahkan ada beberapa yang
berusaha menenangkanku. Prosesi pemakaman telah usai, kini tinggal
aku, mama dan Ajay. “Ajay..kamu pulang saja...biar nanti saya yang menyetir
sendiri...”kata mama pada Ajay. “Baik...saya permisi dulu...”pamit Ajay lalu
pergi di tengah hujan yang semakin deras. “Nina...kamu sayang papa
bukan...”tanya mama pelan. Aku mengangguk. “Mama juga...”kata mama sembari
memelukku. Hampir gelap, akhirnya aku dan mama memutuskan untuk pulang ke
rumah. Sepanjang perjalanan, mama terus tersenyum. Aku hanya melihat mama yang
sejak di pemakaman terlihat aneh. “Tenang saja Nina, papamu di sana sendirian
tidak dalam waktu yang lama kok...”kata mama sambil tersenyum memandangku.
“Mama...apa maksud mama...”tanyaku bingung. Mama terus memandangiku, tanpa
memperhatikan jalan di depannya. Tiba-tiba sirine keras mengagetkanku dan aku
melihat mobil kami berada di jalur yang salah. “Mama...lihat ke depan ma...ku
mohon...”teriakku sambil berusaha mengendalikan setir yang masih dipegang mama.
Mama hanya terus memandagku dengan linangan air mata. Truk besar menuju ke arah kami, lampunya
menyoroti bagian dalam mobil dengan begitu terangnya. “Mama!!!!”teriakku
keras. Benturan keras pun terjadi. Aku mulai tidak merasakan apa-apa lagi.
“Mama...sangat sayang padamu...”kata mama pelan. Lalu semuanya gelap.
Musim panas hampir berakhir. Aku duduk
di atas kursi rodaku. Kakiku masih belum sembuh total. “Nina..makan yang banyak
ya...”teriak Ji Min. Dia datang langsung dari Korea setelah mengetahui musibah
yang kualami. Aku tersenyum lalu memakan apel yng dikupaskan Ji Min. “Ji
Min...kamu sarapan saja dulu..biar aku yang menjaga Nina...”kata Han Soo
tersenyum. Ji Min tersenyum nakal. “Baiklah...aku tahu kalian mau berduaan ya
kan???”tebak Ji Min sambil tertawa meninggalkan ruanganku. Han Soo melihatku dan memberiku sebuah
cincin. “Ini..”kataku sambil memperhatikan cincin gading itu. “Ini
dari mamamu…dia memberiku cincin ini sesaat sebelum mobil itu meledak...”kata
Han Soo. Aku mencoba memakai
cincin itu. ‘Sini..biar aku saja yang memakaikan untukmu..”kata Han Soo dan dia
memakaikan cincin di jari manisku. “Dengan ini…aku akan terus menjagamu
selamanya…’kata Han Soo sambil memelukku. Rasa hangat langsung menyergap
tubuhku seperti ketika mama memelukku. “Terima kasih….terima kasih banyak Han
Soo….”kataku.
*Flashback*
Han
Soo mengendarai mobil sewaanya dengan mengikuti mobil yang dikendarai Nina dan
mamanya. “Kenapa mobil itu oleh terus…”cemas Han Soo. Han Soo terus membunyikan
klaksonnya, mengingatkan Nina dan mamanya. Han Soo membuka
jendela dan mendekati mobil Nina. “Nina!!!Nina!!!”teriak Han Soo. Nina tidak
mendengar karena masih ibuk membangunkan mamanya dari keputus asaannya.
Tiba-tiba truk menabrak mobil Nina dan mamanya. Han Soo tercengang melihat
mobil itu yang berbalik dan berputar tak tentu arah hingga akhirnya berhenti di
tengah jalan raya yang padat. “Nina!!!Nina!!!”teriak Han Soo langsung
menghampiri mobil Nina. Tampak di matanya Nina tak sadarkan diri dan Han Soo
berusaha keras mengeluarkannya dari mobil itu. “Nina!!Nina!!!”panggil Han Soo
pelan. Lalu dia teringat dengan mama Nina. “Kamu Ha n Soo bukan??”tanya mama
Nina dalam mobilnya. “Iya...tante akan segera kukeluarkan dari sini. Tapi mama
Nina terjepit di antara kemudi dan tempat duduk. “Sudahlah...aku hanya ingin
menemani papanya Nina saja...oh ya..kasihkan ini ke Nina dan berjanjilah kamu
akan menjaga dan melindungi Nina serta selalu menyayanginya..”kata mama Nina.
“Baiklah...saya berjanji...”kata Han Soo sambil memegang tangan mama Nina.
“Tiba-tiba, api muncul dari dalam mesin mobil dan dengan cepat menyambar tangki
mobil. “Pergilah!!!”teriak
mama Nina. Han Soo dengan berat hati berlari ke arah Nina yang terbaring di
pinggir jalan. ‘Duuuaaarrrr!!!!”mobil pun meledak dengan kerasnya. Asap hitam
melambung tinggi ke angkasa. Han Soo menatap mobil yang terbakar itu sambil
meneteskan air matanya. “Selamat jalan tante…semoga tante bahagia di
sana…”kata Han Soo sambil menggendong Nina.
*Flashback
End*
^^^^^S.E.L.E.S.A.I^^^^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar