Aku Nina, dan
sekarang usiaku menginjak 17 tahun, masa-masa yang paling indah menurut
teman-temanku. Tapi bagiku, usiaku yang ke 17 membuatku harus menjadi wanita
dewasa dan matang dalam berpikiran. Papa dan mama sudah menikmati masa tua mereka di Indonesia, sementara
aku harus berjuang untuk dapat melanjutkan ke universitas terbaik di Korea
Selatan. Yups, aku masih tinggal di Korea Selatan. Aku memilih untuk hidup
mandiri di negeri orang. Papa dan mama memberikan kepercayaan penuh padaku dan
aku tidak akan pernah mengecewakan mereka. “Aku akan berhasil...”kataku sambil
melihat foto orang tuaku. “Nina....ayo berangkat!!”teriak Ji Min, sahabatku dan
sampai sekarang masih menjadi sahabatku. “Okey...”jawabku lalu keluar dari
kamar kosku dan bertemu dengan Ji Min. Ji Min tersenyum dan aku membalas
senyumannya.
Seperti
biasanya, kelasku sangat gaduh pada waktu pagi hari. Banyak murid yang
bermain dan bercanda. Aku memilih untuk duduk di kursiku meski ada beberapa
murid yang mengajakku bermain. Ji Min tidak sekelas denganku, dia ada di kelas
B dan aku ada di kelas A. “Nina....kamu mau kan ikut kelompok belajar kita??”tanya Han
Soo. Aku menatap Han Soo. “Ayolah…kamu kan
murid yang paling pandai di kelas ini”pinta cowok jangkung tersebut dengan
wajah memelas. “Okey…”jawabku singkat. “Hore…”teriak Han Soo lalu berlari ke
arah teman-temannya menyampaikan kabar gembira ini. Aku hanya tersenyum melihat
tingkah mereka.
“Nina…boleh aku tanya sesuatu??”tanya Ji Min. “Tanya apa??”jawabku
sambil terus membaca buku pelajaranku. Ji Min lalu menunjukkan buku tulisnya
padaku. “Apa ini??”tanyaku kaget. “Aku bingung...bagaimana cara menjawab soal
ini??”kata Ji Min sambil menggaruk kepalanya. Aku menggeleng melihat tingkah
laku Ji Min. “Dasar...semua ini kan ada di buku utama...”kataku sambil
memperhatikan soal di buku Ji Min. “Kamu tinggal baca aja dulu, kemudian kamu
terapkan di soal tersebut...”kataku pelan kearah Ji Min. “Aku sudah membacanya
ribuan kali, tapi tetap saja tidak mengerti...”katanya sambil terus memandangi
buku utama miliknya. Akhirnya aku menyerah, dan ku ajari Ji Min hingga
benar-benar memahaminya. “Paham???”tanyaku setelah mengajarinya sejam lebih. Ji
Min mengangguk senang. “Senang ya...kamu punya otak cemerlang yang bisa mengerti
pelajaran yang sulit itu dengan sangat mudah...”katanya sambil terus
memandangiku. Aku meliriknya. “Kalau kamu mau erus belajar keras, pada akhirnya
otakmu juga akan menjadi pintar...”kataku sambil meletakkan buku utamanya di
atas kepalanya.
Minggu
pagi yang cerah, aku memilih melakukan jogging di belakang sekolah. Suasana
yang sepi membuatku semangat untuk melakukan peregangan otot dengan leluasa.
“Nina….”teriak seseorang dari belakang. Aku kaget dan langsung melihat ke
sumber suara. “Han Soo…”kataku pelan. “Hai…”sapanya ramah. Aku tersenyum.
“Ngapain kamu disini sendirian???Mana Ji Min???”tanya Han Soo. Aku hanya diam
dan memandang wajahnya. “Kenapa??Ada
yang salah dengan wajah tampanku in?”tanya Han Soo sambil mengusap mukanya. Aku
tertawa. “Kenapa tertawa??”tanyanya seraya memandangku heran. “Kamu
lucu…”kataku sambil berlari meninggalkannya. “Lucu…hehehehe…”geli Han Soo
sendiri. Aku berhenti dari lariku, dan memandang kea rah bunga yang sedang
bermekaran. Han Soo ikut berhenti di sampingku. “Indah bukan???”tanyaku pada
Han Soo. “Apa??”Han Soo tidak mengerti ucapanku. “Bunga itu, bermekaran sangat
indahnya…”kataku seraya memandangi bunga-bunga yang cantik. “Iya…”jawab Han Soo
pelan.
Aku dan seluruh murid kelas A
berdiri rapi di depan sekolah. “Hari ini kita akan melakukan perjalanan
mengunjungi universitas-universitas yang telah menyediakan kursi buat kalian
semua…”jelas kepala sekolah di iringi tepuk tangan para murid dengan bangga.
Kelas A memang diberikan kemudahan dalam seleksi masuk ke universitas setiap
tahunnya. Dan tahun depan, aku berharap bisa masuk ke universitas pilihanku. “Kamu mau masuk universitas
mana??”tanya Han Soo dari belakang. Kau menunjukkan selebaran profil
salah satu universitas yang akan dikunjungi. “Wah..sama dong…aku juga mau ke sana …nanti kita sama-sama
ya...”ajaknya gembira. “Baiklah...”jawabku singkat.
Musim semi yang indah di kota Seoul .
Aku berjalan-jalan menyusuri kota
bersama Ji Min. Tiba-tiba ada segerombolan anak seusiaku berlari mengejar mobil
yang baru diparkir di depan gedung tinggi. “Ahh…aku ingin masuk ke sana …”teriak Ji Min.
“Kenapa??”tanyaku. “Hari ini kan
ada acara musik kesukaanku..”katanya ceria. “Kamu ingin lihat??”tanyaku pada Ji
Min. Ji Min mengangguk cepat. “Baiklah ayo kita masuk…”kataku. Ji Min langsung
menarik tanganku dan akhirnya aku dan Ji Min berbaur dengan anak-anak tadi.
Karena terlalu berdesakan akhirnya aku terpisah dari Ji Min dan aku tersesat di
dalam gedung tinggi itu. “Aduh…aku harus kemana??”tanyaku bingung. “Kamu
kenapa??”tanya seseorang dari belakang. “Aku tersesat…dan aku tidak tahu harus
kemana…”kataku polos sambil memandang wanita di depanku. “wanita itu
memandangiku. “Kamu pasti mau melihat live musik bukan??”tebaknya. “Ya benar…”kataku gembira. “Bisakah
anda memberitahuku, kemana aku harus pergi...kumohon...”kataku sambil
membungkukkan badan. “Baiklah...kamu terus saja ke depan, belok kiri trus belok
kanan dan ada pintu merah, kamu masuk saja...acaranya belum dimulai
kayaknya...”kata wanita itu sambil melihat jam tangannya. “Baiklah...terima
kasih banyak...”kataku sambil bersiap pergi. “Eh....tunggu sebentar...karena
kamu sangat sopan...ini aku kasih hadiah...”kata wanita itu sambil menyerahkan
selembar foto. Kuterima foto itu, dan kubaca tulisannya. “Untuk anak
baik...tetaplah menjadi anak baik...dari Hyomin T-ARA...”bacaku dan akupun
tersadar. “Eh...Hyomin T-ARA...bukankah itu grup idol yang sedang populer saat
ini...”kataku pelan. “Hey...Nina!!!Ayo masuk...sebentar lagi mau
dimulai...”teriak Ji Min dari ujung lorong. “Iya...sebentar...”teriakku.
kumasukkan foto itu ke dalam tasku dan berlari ke arah Ji Min. Kupandangi foto
Hyomin T-ARA di dalam kamar. “Aku benar-benar beruntung bisa mendapatkan
ini...”kataku bangga. “Kakak..tolong doakan aku ya...agar nanti aku bisa
berhasil dalam ujian...”kataku pada foto yang kutempel di dinding kamar.
Sore
hari yang sangat cerah. Aku bersantai sejenak di taman sekolah setelah seharian
belajar kelompok dengan Han Soo dan kawan-kawan. “Huft..capeknya…”teriakku.
“Heh…kenapa teriak-teriak???”kata Han Soo tegas. Aku memandang Han Soo dan
tersenyum. “Memang kenapa???Tidak boleh??”tanyaku sambil cemberut. “Anak
perempuan tidak baik melakukan itu… kurang sopan…”kata Han Soo sambil
menyodorkan kaleng soda. “Terima
kasih…”kataku sambil meminum soda itu. “Indah bukan pemandangan di
sini??”tanya Han Soo. “Iya...sangat indah…aku suka…”kataku sambil memandang
pemandangan matahari yang mulai berwarna merah. “Nina…aku mau bicara
sesuatu…”kata Han Soo pelan. Aku memandang Han Soo. “Apa??”tanyaku penasaran.
“Maukah kamu menjadi pacarku??”tanya Han Soo sambil menatap mataku. Aku kaget
tidak percaya. “Nina…maukah kamu menjadi kekasihku….”tanya Han Soo sekali lagi.
Aku tersenyum mamandanginya. Angin sore bertiup menerpa kami. “Nina….bagaimana??”tanya Han Soo sekali lagi.
“Baiklah…”jawabku sambil mengangguk. Han Soo tersenyum lega lalu memelukku.
“Terima kasih…aku berjanji akan selalu bersamamu dan menjagamu…dan aku juga
akan melindungimu…”kata Han Soo sambil tersenyum lebar. “Aku tidak butuh
janjimu…aku hanya butuh kenyataannya..,”kataku menantangnya. “Okey…aku akan
melakukannya dengan sepenuh hati…”jawab Han Soo dengan senyum ceria. Han Soo
duduk disampingku, aku bersandar pad bahunya. “Musim semi tahun ini adalah
musim semi yang terbaik dalam hidupku….”kata Han Soo. “Musim semi terindah
bukan…”tanyaku. “Iya…sangat indah…”jawab Han Soo pelan. Matahari mulai turun
perlahan untuk sejenak tidak menyinari tempatku berpijak.
^^^^^S.E.L.E.S.A.I^^^^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar