Aku
memang orang yang tak mudah jatuh cinta. Pacaran bagiku hanya sebagai status,
agar tak diolok teman-temanku karena tidak laku. Dalam menjalani hubungan tidak
ada rasa itu, rasa cinta yang sering dijadikan alasan bagi manusia untuk
melakukan hal yang tak wajar. Akan tetapi, akhirnya aku merasakan rasa itu,
rasa aneh yang memang tak masuk di akal. Aku mencintai seseorang yang tentunya
bagiku special, tapi tidak dari pandangan pertama. Kejadian itu terjadi ketika
aku mengikuti kegiatan dari kampus di mana aku kuliah setiap hari. Aku harus
hidup di dalam kehidupan masyarakat yang sebenarnya selama 30 hari. Tidak hanya
itu, aku juga harus bisa bekerja sama dengan teman satu kelompokku yang terdiri
dari 8 orang. Aku, Kiara, Santi, Intan, Indah, Kenny, Dedy dan Juno, itulah
nama anggota kelompokku.
Hari
pertama berjalan biasa saja. Kami selalu bekerja sama dalam menjalankan tugas.
Aku anggap semua biasa saja. Aku berteman sama semuanya. Terutama dengan Kiara
dan Santi karena mereka teman sekamarku. Dan juga ada satu cowok yang dari
pertama bertemu langsung lebih akrab denganku daripada yang lainnya. Dia adalah
Juno, anak yang aneh bagiku karena dia selalu sibuk dengan laptopnya di kamar.
Ya,walaupun tak beda jauh denganku yang juga sibuk dengan duniaku sendiri
sehingga kadang lupa untuk ikut kumpul untuk bercengkrama. “ Angel…sini ikut
ngobrol sama kita. Ini Indah masak mie goring, makanan kesukaanmu kan??”bujuk
Santi dari luar kamar. “ Enggak…makasih…”aku menggeleng dan tersenyum kearah
Santi. “Kamu tuh mirip Juno. Seneng banget di kamar. Emang gak bosen
apa??”teriak Kenny. “Enggak lah…kan lagi sibuk..”jawab Juno santai.
“Wah..kalian cocok…jodoh kali..”teriak Dedy mengejekku dan Juno. Aku hanya
tersenyum geli mendengarnya, gak mungkinlah aku suka Juno. Rasa itu tidak
pernah ada kok. “Wah…Dedy..kalo aku sama Angel..kamu cemburu ya??”ledek Juno.
Semua orang terus mengolok Dedy kalau dia cemburu sama Juno. Dedy hanya bisa
diam seribu basa.
Hujan
deras mengguyur kota ini hingga malam hari. Aku terpaku di depan laptop
mendengarkan musik sambil ditemani Kiara dan Santi. “Halo…ni mie ayamnya udah
datang???”teriak Kenny dari luar. Dalam sekejap semua anak berkumpul di ruang
makan. “Wah…mana mie ku Ken??”teriak Santi. Kenny memberikan satu bungkus mie
ayam sama Santi. “Kenny…sambalnya mana??”teriak Intan sambil sibuk
mengobrak-abrik plastic bungkus mie ayam. “Cari aja ndiri..aku mau ke
toilet..”kata Kenny langsung menuju toilet. “Dasar…gak nyariin sambalnya..malah
kabur…”kata Intan kesal. “Nie…sambalnya.”kutemukan sambal di salah satu plastic
dan kuberikan pada Intan. “Thank u..”kata Intan. “Ur welcome..”. aku memakan
mie ku sambil duduk di taman belakang. Ditemani dengan suara gemericik air
hujan. Tiba = tiba Juno mengagetkanku dari belakang. “Hayo…sendirian aja…masuk
ke dalam sana…”kata juno sambil duduk di sebelahku. Aku hanya menggeleng. “kamu
mau mie…Jun???”tawarku. “Ya…bolehlah…tapi suapin..”rengek Juno. Aku tanpa
banyak kata langsung menyuapinya. “Enak..?”tanyaku. “Ya..lumayanlah..”kata Juno.
Akhirnya aku dan Juno makan mie ayam bersama sambil mengobrol seru.
Pada
suatu malam, Kiara dan Santi sudah terlelap tidur. Aku masih berada di depan
laptop, kudengar percakapan di ruang keluarga. “Juno…beneran kamu suka
Kiara??”Tanya Indah lirih. “Lho…tak kirain kamu suka ma Angel…kan kamu ma dia
dekat banget..”kata Dedy agak keras. “Hust…jangan keras – keras bego…ntar kalo
dia denger gimana??”omel Juno. “Ow…jadi Juno suka sama Kiara???”gumamku sambil
tersenyum dan mungkin itulah senyumanku terakhir kali ketika nama Juno dan
Kiara disebut.
Pada
suatu pagi, Kiara mendadak sakit. Orang – orang menyuruh Juno untuk menemani
Kiara. “Juno…temani dia dong…”ledek Intan. Juno hanya tertawa dan menemui
Kiara. Sejak saat itu, aku merasa ada yang aneh dalam diriku. Hal yang tak
wajar menyerang pikiranku. “Apakah Juno serius dengan Kiara??Apa benar dia
mencintai Kiara???”tanyaku dalam hati. Setiap malam tak hentinya aku memikirkan
Juno dan Kiara. Aku tak tahu rasa apakah itu. Akan tetapi, setelah berapa lama
kemudian barulah aku menyadari, aku telah kehilangan sesuatu yang tak kuduga
telah menjadi bagian dariku yang sangat penting, dan kini aku diliputi perasaan
cemburu.
Minggu
terakhir di lokasi tugas, kami pergi ke tempat hiburan terdekat untuk
melepaskan penat selama melakukan tugas. “Angel…kamu setuju gak kalo Juno
menembak Kiara sekarang…??”Tanya Indah. Aku terhenyak dan kaget.
“Apa???Nembak??”tanyaku tak percaya. “Jangan keras-keras
bego…iya..nembak…kenapa kamu cemburu???”Tanya Indah. “Ngapain cemburu???aku bukan
pacar Juno kok…iya, aku setuju…apalagi mereka pasangan yang cocok kok…”kataku
sambil tersenyum tipis. Akan tetapi hatiku menangis keras. Hari itu, waktu
berlalu dengan sangat lambat. Satu detik terasa satu tahun olehku. Apalagi aku
harus melihat Juno berusaha mendekati Kiara dan mencoba memikat hatinya. Aku
menggigit bibir, menahan perihnya hatiku seperih terisi pisau tajam. “Kenapa
begini….rasa cinta pertamaku sepahit empedu..”batinku.
Sekarang
aku sudah kembali lagi ke kehidupan yang sebenarnya, aku telah kembali dari
tugas itu dan kini menjalani rutinitasku sebagai seorang mahasiswa. Tak
kuketahui bagaimana akhir dari cerita cinta Juno dan Kiara. Aku sudah bisa
mengobati rasa sakit itu dengan terus berusaha melupakan Juno dari pandanganku
dan pikiranku. Semua foto yang ada sosok Juno selalu kuhapus dari laptopku.
Nomor hapeku pun sudah kuganti dengan yang baru, dan tak ada satupun dari
kelompok tugasku yang lalu yang kuberitahu mengenai nomorku yang baru. Aku
mulai menata kehidupanku kembali dan mulai mencari mangsa untuk dijadikan
pengubah statusku agar tidak jomblo lagi.
Pada
waktu makan siang di kantin. “Gila loe ya…loe mau nyari mangsa lagi???”teriak
Stephie sahabatku. “Angel…loe gak kasian sama mereka yang bener-bener suka sama
kamu…trus kamu putusin gitu aja tanpa sebab yang jelas…kasian mereka
kan???”nasehat Bertha. Aku hanya menatap ke langit dengan tatapan kosong.
“Eh…jangan hanya karena cinta loe gak kesampaian..trus loe mau maen dengan
perasaan orang lain???itu juga akan menyakitkan bagi orang tersebut
Angel….”kata Bertha lagi. “Eh..loe inget gak…sama si Eko ceking itu…”Tanya
Stephie padaku. Aku menatap Stephie. “Dia hampir mati gara-gara loe putusin
dia…dia hampir bunuh diri…itu akibat ulahmu..tau gak??”kata Stephie. Aku
tiba-tiba teringat dengan Eko, mantan pacarku yang sangat kurus tapi hatinya
sangat baik, dan kupacari untuk maen – maen dan tidak ada rasa sedikitpun
tentang dia. Dan aku putus dengannya karena aku sudah bosan dengan dia. Dan
tanpa aku sadari ternyata dia begitu mencintaiku sampai dia tega mau bunuh
diri…gara – gara aku. Tapi sekarang, posisikulah yang seperti dia, mencintai
orang yang tak mencintaiku. Ternyata sakitnya luar biasa dan aku pengin teriak
sekencang-kencangnya. Tanpasadar, air matakupun menetes perlahan kemudian dalam
hitungan detik aku menangis tersedu-sedu. “Heh…cup..cup..cup…jangan menangis.
Stephie..jangan keras-keras gitu dong…Angel jadi sedih nih..”kata Bertha sambil
memelukku. “Ops…sorry my Angel….jangan nangis dong???”kata Stephie sambil
mengambilkan tisu untukku.
Tiga
bulan berlalu, dan aku tidak pernah bertemu dengan Juno, Kiara dan yang
lainnya. Aku mulai menjalani rutinitasku sebagai mahasiswa dengan normal
kembali. Aku mulai disibukkan dengan berbagai tugas. Setiap hari, kuhabiskan
sebagian waktuku di depan laptop untuk membuat tugas dan tugas. Setiap hari,
aku juga disibukkan dengan kuliah yang telah mengalami pemadatan jadwal karena
sebentar lagi akan ujian akhir semester. “Angel…tugas papermu dah
dikumpulin????”Tanya Bertha sambil terengah-engah. “Belum….kan jam satu
kan???”kataku sambil memberikan Bertha minumanku. “dikumpulin sekarang kok…tadi
gue baru saja dari kantor mau mencari Stephie yang lagi bimbingan…eh ..ketemu
pak yanto dan tugasnya dikumpulin sekarang karena beliau ada rapat dekan…”kkata
Bertha. “Apa???waduh…aku harus cepet-cepet nie…”kataku sambil mencari paperku
dalam tas. “Ini dia…aku ke atas dulu ya???tolong jagain laptopku…”kataku sambil
beranjak pergi menuju kantor. Aklu berjalan setengah berlari, tiba-tiba aku
tertabrak sesuatu dan jatuh terduduk. “Aduh…”teriakku spontan. “Eh..maaf…kamu
gak apa-apa kan??”Tanya seseorang diatasku. Aku berdiri dan membersihkan
celanaku yang kotor akibat terjatuh tadi. “Maafkan aku…aku tak sengaja…”kata
orang it lagi. “gak apa-apa kok…cuman…”kata-kataku terhenti ketika aku melihat
wajahnya dan ternyata Juno ada dihadapanku. “Ow…kamu Angel…akhirnya ketemu lagi
ya???udah lama tidak ketemu…”kata Juno sambil tersenyum. Aku hanya mengangguk.
Ya Tuhan, kenapa dia ada dihadapanku kembali, kenapa kau pertemukan aku dengan
dia. Apakah Kau masih ingin menghukumku karena kelakuanku selama ini??gumamku
dalam hati. “Hey…kok melamun..”kata Juno. “Oh..aku harus ke kantor dulu mau
nganterin tugas paperku.”kataku. “Okey…aku anter ya??”tawar Juno. Aku hanya
mengangguk pelan.
Makan
siang di kantin, tapi kali ini tidak dengan Stephie karena dia lagi sibuk
ngurusin bimbingannya. Sementara Bertha dia harus pulang karena ayahnya akan
pulang dari Amerika. Akan tetapi, sekarang aku ditemani dengan Juno. Sekarang
dia dihadapanku dengan terus tersenyum. “Gimana kabarmu??”Tanya Juno memecah
kesunyian. “Baik..”jawabku singkat. Pesanan mie kami pun datang, dan kami pun
makan tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Selesai makan, Juno terus
memandangiku. “Oya, gimana kabar Kiara…kamu udah jadian???”tanyaku sambil sibuk
mencari es batu dalam minumanku. “Dia baik…dan…aku…tidak..jadian..”kata juno
pelan. “Kenapa…kan kamu suka sama dia…”tanyaku lagi dan kali ini aku menatap
wajah Juno. “Karena…yang aku cintai bukan dia…rasa sukaku padanya sekedar rasa
suka sesaat….”kata Juno lagi. Aku mendengarkan dia seksama. “Angel…ternyata
yang aku sukai selama ini adalah kamu…aku tak bisa melupakanmu…setiap malam aku
selalu memimpikanmu…ternyata yang kucintai hanyalah kamu…”kata Juno sambil
menatap mataku. Aku hanya bisa tersenyum dalam tangis bahagiaku. Mengangis
karena terharu dan bahagia karena Juno merasakan apa yang kurasakan.
“Angel….kok nangis…”Tanya Juno khawatir. Aku hanya tersenyum sambil mengusap
air mataku yang tak henti-hentinya mengalir. Ternyata rasa yang tak wajar ini,
rasa aneh ini, rasa cinta ini sangat membingingkan, sampai-sampai diriku
sendiripun bingung mau menangis atau tertawa. Akan tetapi, ternyata rasa cinta
jika terbalas rasa yang sama menjadi surga dunia yang sangat indah. Terima kasih
cinta.
******The
End******
Tidak ada komentar:
Posting Komentar